[][][]
Author POV
Bandung, 01 Juli 2015
Kala jarum jam menghampiri tepat di angka delapan....
Drtt drtt
Getaran ponsel Alvaro menyeruak di dalam bilik kamar. Memampangkan notifikasi dari "kepala negara". Begitu sebutan yang Alvaro berikan kepada Galen.
Kepala negara : Al, gue udah d dpn nih
Pesan singkat Galen mengabari Alvaro. Tak berselang lama balasan pesan diterima oleh Galen.
Adek kedua : masuk aj Len, gak gue kunci. Lagian lo aneh, ad bel bukannya d pencet malah ngechat gue. Purba lo
Galen lantas masuk tanpa permisi. Karena kediaman Alvaro nyaris sepi. Maklum, dia hanya tinggal sendiri.
Remaja yang mendekati sempurna itu menyambangi Alvaro di lantai tiga rumahnya. Alvaro memang suka mengawali malam dengan berolahraga di tempat gym pribadi miliknya.
"Hosh... Hosshh..., kenapa lo suruh gue ke sini sih? Emang gak bisa dibahas pas sore tadi di rumah gue?" Keluh Galen kehabisan napas menaiki tangga hingga ke lantai tiga.
"Karena menurut gue ini penting. Dan lo harus tau, cukup lo aja. Jadi, gue sengaja gak bilang soal ini di rumah lo." Alvaro meninggalkan treadmill hitam itu. Lantas, menyeka keringat yang membanjiri wajah rupawannya.
"Soal apa? Jangan bikin gue penasaran!" Galen mulai tertarik pada topik yang mereka bangun.
"Matematika Len." Canda Al.
"Gak lucu lo, Al." Kesal ketua Alexis itu.
"Sebelum gue kasih tau hal ini. Gue mau bilang makasih sama lo, Len. Lo mau berteman sama gue. Padahal di SMP gue, gak ada yang mau terima gue. Kata mereka gue terlalu nakal untuk anak seumuran gue. Gue cuma punya Kenzio. Dan gue salut sama lo karena mau mengulurkan tangan ke gue. Thanks bro." Sumringah Alvaro yang tak lagi merasa sendiri setelah kehadiran Kenzio dan Galen.
"Iya Al, sama-sama. Lo punya Alexis, gak cuma gue." Jelas Galen pada Alvaro.
Saat Alvaro Leondra Handoko kelas tiga SMP, tidak ada seorang pun yang mau mendekati dirinya yang sekejam serigala. Hanya ada Kenzio sang adik kelas Alvaro yang tanpa alasan mulai menjadi informan seorang Alvaro.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queensha
Teen FictionKayla, gadis anggun yang terpaksa harus masuk SMA Texas di Bandung. SMA yang tidak benar-benar ia inginkan dan memaksanya melupakan cita-cita terpendam itu untuk menjadi siswa di SMA internasional Jakarta. Akankah ia menyesal atas kepindahannya? Gad...