11.

41 3 0
                                    

"Keputusan yang salah akan mengakibatkan suatu masalah"

Sebodoh itukah cinta, hingga merelakan dan mengorbankan semuanya. Syifa tidak pernah tinggal dikost nya lagi, sejak dia bersama Dion tinggal diapartement mewah disalah satu gedung termewah yang ada di Jakarta. Kostnya mungkin tidak seperti kandang ayam, hanya saja debu dan usang. Dan tidak tau lagi apa yang dikatakan oleh tetangga tentang kepribadianku yang tiba tiba menghilang.

Saat ini mungkin saja umi dan abi sudah berada dikost yang aku tinggali, namun hingga saat ini aku masih berada ditempat yang sama sehungga aku belum bisa menemuainya. Terlihat ada banyak sekali miscalled dari umi, aku takut jika harus mengangkatnya. Sekalipun Dion memintaku untuk mengangkat telfon itu aku tak memenuhi permintaannya. Aku tidak tau harus berbuat apa untuk saat ini, yang jelas aku ragu dengan keputusan saat ini.

"pulang aja deh fa, kasian nyokap bokap lo yang nungguin, mereka juga jauh jauh dari kampung buat ketemu lo" suara Tia yang membuyarkan semua pikiranku

"kalo aku pulang dengam pakaian seperti ini yang jelas abi dan umi akan sangat marah, apalagi jika harus dianterin sama cowo!" jelasku

"ya intinya sekarang pulang dulu, masalah pakaian nanti kita beli ke mall dijakarta" sambung dion

"mending lo lakuin saran Dion fa, daripada ntar terjadi apaapa" sahut Tio

"yang kedua, nanti jija umi dan abi tanya aku harus jawab gimana?!, kalo masalah pulang dan tidaknya gampang yang bikin ribet itu problemnya" sahutku

"ntar bareng gue aja kalo kekost lo, dan ntar bisa bilang selama ini lo tinggal dirumah gue, karena lo sendirian dan gue hanya sama pembantu, ntar disana gue juga usahain pake jilbab biar lo ga kena samber bokap sama nyokap lo" usul Tika yang membuat semuanya berangguk setuju

"ide cermelang tuh buat bebebku" pujian dari gilang untuk Tika selaku pacarnya

"paansi beb"muka tika yang langsung memerah layaknya kepiting rebus

"thanks banget ya buat kalian semua, maaf udah jadi ngrepotin" ujarku pada mereka

"santai aja lah ya, sahabat itu selalu ada" ujar nana yang ikut angkat bicara

"yaudah yuk langsung beberes aja, ntar keburu petang" pinta Dion agar semua segera berkemas

Kini senja menemani perjalanan kami untuk pulang, seharusnya kami pulang itu besok namun karena ada sedikit problem dariku mengharuskan untuk semuanya pulang, sebenarnya aku tidak enak hati karena sudah merepotkan mereka yang tidak terlibat dalam masalahku namun mereka sangat membantuku hingga berusaha membuatku agar tidak terkena marah oleh umi dan abi.

Dari sore ke pagi, melihat jalan yang tak pernah sepi ditemani dengan dinginnya udara pagi membuat keadaan semakin sunyi. Saat ini aku berada dikawasan mall yang ada didaerah Jakarta, dengan ditemani Dion berbelanja, dan juga teman teman yang sibuk dengan kepentingannya masing masing. Aku membeli pakaian syar'i begitupun Tika yg merubah penampilan mengenakan jubah dan jilbab yang lumayan panjang.

Kami pun bergegas pulang menuju kost, dan sesuai firasatku ada umi dan abi yang sedang duduk diteras. Aku enggan menatapnya karena rasa malu, takut, dan rasa bersalah yang kian menghampiri.

"assalamualaikum umi abi" sapaku saat aku telah sampai dihadapan mereka, dan mencium tangan beliau bergantian diikuti dengan Tia yang sama memperagakan sama sepertiku

"waalaikumsalam ndok" respon umi abi bersamaan

Hingga ku mengetahui air mata dari umi jatuh menetes tanpa meminta izin sang pemilik dan langsung membanjiri pipi yang sudah tak muda lagi. Beliau memelukku hingga aku terbawa suasana, aku menangis dalam dekapan yang telah lama aku tak merasakan dekapan itu lagi.

'''Ya tuhan aku rindu, maafkan umatmu ini yang telah menyepelekanmu''' jeritku dalam hati

"kamu kemana saja selama ini ndok, tetangga bilang kamu tidak dikost lagi ya?" tanya abi sembari aku melepas dekapan dari umi

"maaf abi, tidak sempat mengabari abi dan umi Syifa tinggal bersama Tia teman Syifa soalnya Syifa takut jika dikost itu sendirian, sedangkan Tia juga sendirian dirumahnya jadi Syifa numpang dirumah Tia" jawabku berbohong

"owalah ndok, kalo gitu umi jadi nggak khawatir lagi ke kamu, soale umi itu juga takut kamu salah pergaulan dan diapa apain sama orang" jelas umi padaku

"yasudah ayoayo masuk saja tidak usah berdebat diluar gak enak sama tetangga" pinta abi

"ndok, semenjak kamu di Jakarta kamu jarang ngabarin umi dan abi, memangnya tidak rindu?" tanya abi sesudah duduk dikursi
Aku pun mengikuti apa yg dilakukan beliau begitupun Tia, namun berbeda dengan umi yang langsung masuk ke dapur entah untuk membuat apa

"maaf abi, Syifa sibuk kuliah, dan Syifa jarang megang hp" jawab syifa berbohong.

Mendengar jawaban dari Syifa Abi pun terdiam, lalu tiba umi dari arah dapur menuju ruang tamu dengan tiga cangkir teh yang disuguhkan untuk kami.

"kok pada diam saja sih"sahut umi saat tiba dideoan meja ruang tamu untuk menyuguhkan tehnya.

"tidak apa apa kok umi" jawabku

"yasudah ndok, kamar untuk kalian berdua sudah umi siapkan, dan berhubung kita berkumpul sekalian umi dan abi besok pamit untuk pulang ke kampung"

"loh umi! Kok cepet banget sih Syifa kan masih kangen" rengekku karena mungkin terlalu cepat

"lain kali Syifa saja yang kesana mengajak temannya ya"sahut abi

"yasudah kalian istirahat saja sudah malam" pinta umi

Kemudian aku dan Tia pergi ke kamar untuk membaringkan diri karena terlalu lelah saat camping kemarin.

Cahaya cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang