"Terkadang apa yang kita bayangkan tidak sesuai dengan apa yang kita actionkan"
Bayangan kehidupan luar yang semakin bebas tanpa umi abi, apakah aku bisa mengontrol diriku dalam masa kelabilanku ini, pasalnya aku tidak pernah merasakan dunia luar yang bisa membuat semuanya lupa, aku sudah sangat lama tinggal dilingkungan pesantren ini, dan yang aku takutkan apakah ibadahku nanti masih sama seperti ini lagi.
" Assalamualaikum, nak! (sambil membuka knop pintu)" suara umi yang membuyarkan lamunanku
"waalaikumsalam umi" jawabku yang masih tertunduk lesu
" apakah kamu ada masalah sayang?, apa kamu sudah setuju jika kamu nanti ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikanmu? " tanya umi sambil meletakkan minuman ke meja
" saya belum siap umi, bagaimana bisa saya meninggalkan lingkungan ini, jika nanti dunia Jakarta lebih kejam bagaimana, bagaimana urusan akhiratku nanti jika aku sudah disibukkan ke dalam urusan duniaku nanti?!" jelasku sambil menitihkan air mata
" sudah sayang, anak umi pasti bisa kok demi masa depanmu ya, nanti umi bantu bereskan perlengkapanmu" balas umi yang berusaha menenangkanku
" umi kenapa sih umi dan abi meminta syifa untuk kuliah disana?, dunia yang belum tentu bisa tetap menjadikan syifa berahklakul karimah, umi jakarta itu sangat kejam, bagaimana jika nanti syifa tersesat ke jalan kemaksiatan, umi meskipun syifa sudah besar syifa tidak mau berpisah dengan kalian, yang syifa takutkan masa kelabilan syifa sendiri yg akan menjerumuskan syifa ke lubang kemungkaran" jelasku hingga menitihkan air mata
"sayang, ini ujian untukmu kamu juga belajar menata masa depan, menerjang kerasnya dunia fana dengan bekal ilmu agamamu, umi yakin jika syifa itu pasti bisa, umi dan abi selalu berada dan mendoakan syifa agar semuanya baik baik saja, umi dan abi ingin syifa mandiri syifa lebih punya pengalaman, bukan hanya disini " celoteh umi yang masih kekeh terhadap pendiriannya
"umi apakah nanti disana lingkungannya akan seperti ini?, tidak juga kan! Apakah nanti jika syifa disana umi dan abi tidak kangen sama syifa? Syifa masih belum siap" rengekku untuk membujuk umi agar semuanya dicancel namun apa daya semuanya hanya sia sia
Umi hanya tersenyum sembari meninggalkan ku dengan sebuah anggukan manis, yang membuatku semakin putus asa tentang membuat cara agar umi dan abi membantalkan semuanya, apalah daya aku hanya bisa menuruti semua perkataan beliau.
1 bulan lagi aku akan ke Jakarta meninggalkan kampungku ya nanti akan kurindukan, bagaimana bisa aku menerima semua keadaan ini, aku tidak mau seperti khalayak remaja yang haus akan nafsu, yang sering mengumbar aurat. Apalagi melakukan zina, seringkali kerap terjadi dimasyarakat yang membuat mereka buta akan dosa yg mereka tumpuk tanpa disadarinya.
Yaallah, apakah hambamu ini bisa untuk tidak melakukan semuanya, bahkan hamba takut melukai seorang yang bukan mahrom hamba. Dijaman era globalisasi ini, banyak sekali pakaian pakaian haram yang mereka pakai bahkan allah sudah melaknatnya sekalipun itu.
"assalamualaikum ukhti syifa! ..(tanpa jawaban)
Syifa!.. Hai syifa!" tibatiba seorang datang dengan sedikit kecemasan agar membuatku sadar dialam nyata yg sedang ku lamunkan"iya ukhti ada apa? Maaf tadi saya tidak mendengar ukhti berbicara, kenapa tiba tiba ukhti aira datang kesini memangnya ada keperluan apa?" tanyaku heran, pasalnya aira sahabatku ini tidak pernah berkunjung kerumahku
mungkin sebabnya uhkti aira datang kesini karena syifa tidak kepesantren selama 1 bulab ini tanyaku dalam hati
" ana kesini karena disuruh ustadah menanyakan tentang ketidak hadiran uhkti ke pesantren selama 1 bulan ini, ana juga rindu sama uhkti" jelasnya dengan nada merengek
"maaf akhti 2 hari lagi ana akan segera ke Jakarta, insyaallah besok ana ke pesantren untuk pamit kepada semuanya, doakan semoga semuanya berjalan dengan lancar ya akhti" tanpa kusadari air mata ini menetes tak mampu meninggalkan semuanya yang sudah melekat selama 19 tahun ini, semua harapanku sirnah untuk bisa bertahan disini
"apakah keputusan ini sudah akhti setujui?" tanya aulia yang kurang yakin terhadap penjelasanku
"sebenarnya ana tidak meminta ini semua terjadi, namun karena ana ingin berbakti kepada orang tua ana sesegera mungkin meninggalkan semuanya disini, antara siap dan tidaknya insyaallah ana akan siap dalam lindungan allah ta'ala" jawabku sembari tersenyum menutupi penat yang sangat tak karuan
"yasudah akhti, kita bareng saja ke pesantren nanti akhti bermalam selama 2 hari disana lalu nanti kami antarkan dengan ustadah agar akhti selamat sampai tujuan" tawarnya setelah usai mendengar jawabanku
Aku pun menyetujuinya, dengan tanda sebuah anggukan tulus yang kuberikan padanya. Dan sesegera mungkin berpamitan kepada kedua orang tuaku, mereka pub menyetujui dan akan datang ke pesantren guna mengatarkanku juga.
__________
Hening yang saat ini kurasakan, dinginnya angin yang menari dengan tarian khasnya menerjang pori pori kulit tanpa meminta ijin sang penjaganya. Betapa kacaunya hariku ini, mengaoa semua ini terasa sukit meskipun aku belum bisa menjalaninya.
Bagaimana bisa aku hidup sendiri ditengah tengah kota yang penuh dengan dunia fana, dunia yang sangat asing bagiku. Aku tak rela jika harus meninggalkan umi, abi, dan kampungku ini.
"syifa!" tiba tiba suara itu memanggil namaku sehingga membuatku sadar dalam lamunan
"astagfirullah! Ustadzah ami! Iya ada?" kagetku saat melihat ternyata ustadzah ami yang memanggilku
" kok ngelamun terus ada apa? Ceritalah!" pinta uztadah ami saat mengetahu saat aku sedang ngelamun
" tidak apa apa uztadah " jelasku dengan penuh kebohongan agar aku tidak membebani uztadah ami
" ndok uztadah tau jika kamu itu banyak masalah, jangan takut ndok kamu masih punya allah swt. Kamu tidak sendiri allah selalu dihati umat yang selalu taat kepadanya, yang penting sholatnya jangan bolong bolong, imanmu juga harus kuat, insyaallah para malaikat senantiasa menjaga dan melindungimu dari mara bahaya" penjelasan uztadah yang membuatku sedikit tenang
"iya uztadah, ana insyaallah bisa dan selalu menjaga iman ana untuk sang pencipta" balasku yakin dengan seulas senyum disinilah aku mereasa tenang dengan nasehat nasehat dari beliau beliau
____________
2 hari sangatlah cepat, tak terasa setelah ini aku akan berangkat ke jakarta dan meninggalkan kampung halaman yang sangat ku cintai, tanpa pernah ku tinggalkan sekalipun selama 19 tahun berturut turut ini.
Suara bising dari jalanan terdengar saat berada didalan mobil. Kali ini umi, abi, uztad, uztadah, dan alia mengantarkanku pergi ke bandara ujung kota jember yang sudah dipadati dengan kendaraan yang menerjang terik panasnya matahari untuk bisa pergi ke Jakarta.
2 jam menyita waktu perjalanan kami untuk bisa pergi ke bandara, ya semua ini mereka lakukan hanya untuk mengantarkanku, rasanya ingin sekali berlama lama disini. Mengapa dunia ini tidak sesuai dengan yang aku ekspetasikan. Semuanya terasa sangat sulit.
Tuhan apakah aku bisa !?!?
Sedangkan aku saja belum yakin dengan semua iniHai akhy dan ukhti jangan lupa vote dan komen ya..
Ikuti terus kelanjutan ceritanya..
Mila

KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya cinta
Novela JuvenilDion! Cowok tajir yang memanfaatkan hartanya dan menjanjikan kemualafannya hanya untuk memikat hati gadis muslimah yang berasal dari desa. Ia terpikat dengan gadis tersebut namun ia belum bisa sepenuhnya mencintainya dan ia berharap bisa menjaganya...