Ku pasrahkan semuanya kepada tuhan. Jika memang kau jodohku pasti kau akan kembali atas ijin darinya
Sejak saat kejadian dimasjid itu. Dion selalu kepikiran dengan Syifa yang telah ia antarkan ke Malang sesuai keinginanya tanpa ada lecet sekalipun. Setelah tau adanya Syifa diapartemen yang saat ini Dion tempati sangatlah sepi, hingga beberapa hari ini ia telah menyewa pembantu agar bisa meladeni semua kebutuhannya.
Entah saat ini Dion hanya memikirkan tentang ketenangan yang benar benar ia rasakan saat berada di masjid itu bersama Syifa yang melantunkan surah Ar Rahman yang dibacakan Syifa membuat Dion ingin mendengarkannya lagi. Kini Dion telah menyesal membuat Syifa pergi dari pelukannya, yang dulu ia labuhkan hatinya padanya kini semua telah sirna sepertinya tak akan ada lagi Syifa dalam kehidupannya sat ini.
Kini setiap kali Dion mendengar lantunan adzan berkumandang jiwanya terasa semakin tenang. Apa ia memang tertarik dengan agama Islam? Ah sudahlah mungkin hanya perasaanku saja. Pekiknya dalam hati
"den ini makan malamnya" sapaan bi inem namun tidak ada jawaban dari Dion
"den, aden?"lagi lagi bibi memanggil dan itu membuatnya berhasil untuk mengembalikan fikirannya kedunia nyata lagi.
"ya bi, letakkan saja dimeja"jawabnya sopan."oh iya bi boleh minta tolong"pinta Dion sebelum bibi keluar dari kamarnya
"iya ada apa den?"tanyanya dengan rasa penasaran, dengan tangan yang masih mendekapkan nampan diatas dadanya.
"tolong kenalkan aku dengan agama islam, dan aku ingin menganut ajaran kitabnya nabinya dan tuhannya. Aku ingin menjadi mualaf seperti janjiku kepada gadis yang pernah kulabuhkan rasaku padanya" jelasnya panjang lebar
"aden serius?"tanya bi inem memastikannya."iyalah aku serius bi, aku tenang saat mendengarkan lantunan suara kitabnya dan aku ingin mempelajari itu"
"baiklah den jika itu memang keputusan aden yg terbaik besok ikut bibi ke kampung halaman bibi yang ada di Solo agar den Dion bisa berhijrah dan bermualaf disana" jelasnya yang membuat Dion semakin bersemangat dan ia menyetujui semua usulan bi inem dengan cara menganggukan kepala sebagai tanda mengerti.
"yasudah bibi tinggal ke kamar dulu". Tanpa gubrisan dari majikannya bibi meninggalkan kamar dan membiarkan Dion sendirian.
Entah apa yg ia rasakan kali ini intinya hatinya sudah bergerak ingin beralih agama dan menepati janji Syifa atas kehendak hati Dion sendiri bukan dari paksaan Syifa ataupun orang lain yang ada disekitarnya.
Malam ini saat rembulan bersinar terang menerangi gelapnya malam ia berdiri tegap bersender pada bingkai jendela yang ada diantara sudut kamarnya. Menantikan cahaya matahari dengan deruan nafas yang tak sabar melihatnya. Dion ingin sekali segera pergi ke Solo untuk bisa menjalankan ibadahnya dengan agama baru yang bisa ia anut.
Sambil mengotak atik laptopnya dan mencari tentang bagaimana cara masuk agama islam. Dan disitu dijelaskan bahwa:
Pertama, ikrar dua kalimat syahadat
Kedua, ikrar ini harus diucapkan di depan saksi kaum muslimin. Jumlah saksi minimal dua orang muslim baik-baik.
Ketiga, Khitan
Keempat, syariat islam lainnya
Kelima, kami sarankan agar muallaf segera melaporkan ke dinas pemerintah untuk masalah administrasi KTP dan KK. Menurut informasi dari salah satu Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Dan dari kelima syarat diatas yang telah dibaca oleh Dion yang telah dipelajarinya ia menyanggupinya meskipun terkadang rasa ragu dan takutnya yang tiba tiba muncul. Namun semua itu kalah dengan rasa inginnya yang begitu besar kepada jiwa agama islam.
***
Kini matahari terbit dan gelap berganti siang, cahaya matahari menghiasi puih puih dalam sudut dinding. Dion terbangun dari ranjang tempat bebaringan saat natahari itu tembus dalam penglihatan Dion yang masih tertutup matanya namun ia merasakan kehangatan dari kuasa lillah.
Tok..tok..tok.. Suara ketukan itu terdengar dari pintu kamar Dion.
"den bangun den, mari sarapan" teriakan bi inem dari luar. "iya bi sebentar" Diiringi Dion yang bergegas menyibatkan selimutnya kearah tak beraturan. Setelah membuka pintu bibi pun langsung meletakkan napas yang berisi roti dan kopi serta selai untuk diberikan kepada Dion sebagai sarapan paginya.
"oiya bi! Kita jadi kan ke Solo"tanya Dion setelah bi inem meletakkan nampan diatas meja dekat dengan ranjang Dion. "iya jadi den, aden cepat siap siap, bibi juga akan berkemas sebentar"sahut bi inem lalu meninggalkan kamar Dion.
Setelah kepergian bi inem, Dion pun bergegas untuk pergi ke kamar mandi dan menyiapkan barang barangnya untuk keperluannya selama ada di Solo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya cinta
Teen FictionDion! Cowok tajir yang memanfaatkan hartanya dan menjanjikan kemualafannya hanya untuk memikat hati gadis muslimah yang berasal dari desa. Ia terpikat dengan gadis tersebut namun ia belum bisa sepenuhnya mencintainya dan ia berharap bisa menjaganya...