"Rindu! Kini yang kurasakan saat dirimu sudah tak sama lagi seperti dulu"
"Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus menyesali semua yang telah terjadi? Atau bahkan aku haru pergi dari kehidupannya agar aku bisa berubah menjadi Syifa seperti dulu yang tak pernah meninggalkan semua kewajibannya sebagai muslimah?. Hati ini ragu namun aku tetap rindu, rindu Dion yang sudah tak sama seperti dulu. Namun aku juga masih memikirkan laki laki itu! Laki laki itu telah membuat hatiku berlabuh kepadanya sejak pandangan pertama tiba.
Astagfirullah halaadzim, apa yang telah aku perbuat! Hingga aku terus terusan memikirkannya yang selalu terngiang didalam fikiranku. Maafkan hambamu ini yang telah banyak melakukan dosa besar Ya Rabbku. Maafkan hambamu ini yang telah melalaikanmu dan sudah melanggar kewajibanku sebagai seorang muslimah." sesal Syifa yang kali ini sedang meringkuk disajadah dengan tangisanyang begitu dalam atas semua perbuatan bejatnya.Kini ia berjalan gontai dengan kepala menunduk membawa koper dan semua bajunya. Tampilan Syifa kali ini beda, dia benar benar memantapkan hatinya untuk berubah seperti Syifa yang dulu yang sudah menginginkan untuk berjalan kearah yang benar, dengan khimar yang panjang dan jubah syar'i yang menutup semua tubuh mungilnya dia berjalan menyusuri tiap sudut rumah untuk bisa menemukan pintu keluar dari rumah tersebut. Namun nihil semua itu telah dicegah oleh Dion yang kini tengah memegangi tangannya.
"mau kemana kamu?"tanyanya dengan nada sinis."apa kamu sudah tidak butuh aku lagi, jika itu keinginan kamu silahkan pergi dan semoga kamu disana menjadi gembel atas kebodohanmu sendiri"lanjutnya dengan melepaskan tangan Syifa hingga membuat Syifa merintih kesakitan.
"iya aku memang bodoh! Bodoh telah tinggal bersama orang tak beradab sepertimu."balas Syifa dengan tak kalah sinisnya seperti Dion. "dan kini...." sebelum Syifa melanjutkan memotongnya
"aku tak beradab atau kau yang tak pernah diuntung?".tanyanya sambil mengepalkan kedua tangannya didepan dada busungnya.
"aku memang tidak beruntung mempunyai sosok lelaki yang telah menghancurkan kehormatanku"balas Syifa lalu pergi meninggalkan Dion yang berdiri mematung dihadapanya.
"kamu mau kemana?" tanya Dion yang yang lalu membutntuti Syifa dari belakang. Dia sangat khawatir karena Dion ingin sekali melindunginya
"aku mau kerumah kakek yang ada di Malang, sudah kan! Apa masih ada yang ditanyakan lagi?"jawabnya dengan terus berjalan keluar untuk menuju ambang pintu.
"aku akan mengantarmu! Apa kamu mau itu? Itu sebagai tanda maafku dan tanda perpisahan kita, selepas itu aku tidak akan menganggumu lagi." jelas Dion untuk meyakinkan Syifa agar Syifa mau diantarkannya
"terserahmu saja."
Setelah mendengar jawaban dari Syifa, Dion langsung bergegas mempersiapkan mobilnya dan memasukkan koper yang sedari tadi ada digenggaman Syifa. Sebenarnya sulit sekali untuk Syifa meninggalkan semua terutama kuliahnya yang saat ini ia korbankan untuk sementara waktu. Saat keputusan ini sudah dilakukan Syifa memberitahukan keoada umi dan abinya bahwa Syifa masih tidak sanggup melanjutkan kuliah untuk sementara waktu ini dan ingin menenangkan diri kerumah Kakek dan neneknya yang berada dikota Malang. Kota yang sangat ia rindukan atas ketenangan jiwa yang ada disana.
"berapa lama di Malang?"tanya Dion yang sedang fokus melihat jalan. Namun dari lontaran tanya tersebut taada jawaban dari Syifa, hanya saja gelengan kepala yang membuat Dion tidak mengerti apa yang dimaksud Syifa.
"sudah duhur! carikan aku masjid aku ingin sholat disana" lontaran kata yg diberikan Syifa saat lama tak ada pembicaraan diantara mereka berdua. Dion pun terperanjat kaget, saat lama tak melihat Syifa beribadah namun dengan beraninya dia meminta untuk diturunkan di Masjid terdekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya cinta
Teen FictionDion! Cowok tajir yang memanfaatkan hartanya dan menjanjikan kemualafannya hanya untuk memikat hati gadis muslimah yang berasal dari desa. Ia terpikat dengan gadis tersebut namun ia belum bisa sepenuhnya mencintainya dan ia berharap bisa menjaganya...