"jangan salahin gua kalo, gua bertindak lebih dari batas kewarasan, gua gatau kenapa bisa segila ini karna lo, yang gua tau, gua cinta sama lo, gua sayang sama lo, gua cuma mau lo, kalo lo mau beranggapan gua alay atau berlebihan, terserah" ucap Revan panjang lebar tak lupa nada dingin andalannya
"gua muak sama hidup gua, jangan salahin gua kalo rumah gua bakal ada suara tangisan, jangan salahin gua kalo rumah gua bakal rame dikunjuin orang, dan jangan salahin gua kalo ada bendera kuning atau putih disana" ujar Revan
"REVAN !" bentak Vania geram
"APA ?! lo ga pedulikan ? Jangan dateng ke rumah gua disaat semuanya rame, jangan peduli kalo disana ada bendera kuning atau putih" sahutnya tak mau kalah, jujur Ia benar benar muak, dalam 3 bulan ini hidup dia tak menentu
Makan tak selera, belajar tak ada niat, kamar berantakan, layar ponselnya retak,baju tak di strika, rambut berantakan,sekolah tak memakai atribut dengan benar, semuanya berantakan dan hancur
"mau lo apa sih ?" kesal Vania
"mau gua cuma lo !" sahut Revan dengan bentakannya
"REVAN STOP ! LO BODOH TAU GA MASIH NGAREPIN GUA !" bentak Vania
"biarin gua bodoh, biarin gua bego, tolol, idiot, gila, semuanya asal lo balik lagi sama gua, Nia" lirih Revan
"gua cape hidup tanpa tujuan kaya 3 bulan lalu, gua gatau arah hidup gua kemana, gua butuh lo. sosok Vania yang nemenin gua, sosok Vania dengan sikap dingin, dan lemah lembutnya, gua butuh lo" lirih Revan kali ini terdengar seperti isakan tangis
"gua harap lo bisa mikir gimana keadaan, dan perasaan gua, biarin gua egois, biarin gua cuma mau di ngertiin doang, untuk kali ini, dan seterusnya" ucapnya lirih Ia ingin segera pergi, kemanapun asal jangan melihat Vania, hanya untuk membuka luka
Revan tak menyadari, dia yang membuat luka itu, tapi mengapa Ia berperan sebagai korban disini, sedangkan korban berperan sebagai pelaku yang menyakiti [?]
Revan pergi, pikirannya kalut, Ia tersulut emosi juga rasa kecewa, kejiwaannya sedang terganggu sekarang, kemanapun Ia, emang ada yang peduli ? pikirnya
Ia meninggalkan kendaraannya disekolah Ia berlari, sambil menangis, hidupnya kosong sekarang, masa bodoh dengan tempat ini, Ia hanya akan per---
BRAKKK !
Revan pov
Gua gangerti arah gua lari yang pasti gua cuma mau bebas, gua pengen cari apa yang seharusnya gua rai---
BRAKKKK !
"aku sayang kamu Vania" gumamnya saat keadaan sekaratpun Ia akan tetap mencintai gadis itu
Revan pov end
Darah bercucuran di jalan itu, orang yang tadinya hanya berlalu lalang, mereka kemudian memilih melihat kejadian itu, masih di sekitar area sekolah.
Satpam sekolah melihat itu hanya mengernyitkan dahinya, ada apa, lalu Ia mendekat, dan sekarang disinilah Revan rumah sakit, dengan ciri khasnya bau obat.
Vania pov
Gua pengen ngejar dia, gimanapun gua rasa omongan dia itu bener bener real apa yang di alamin selama 3 bulan lalu, tapi gabisa gengsi gua lebih besar daripada rasa sayang gua ke dia !
Pas mau ngejar Hp, gua bunyi
"Halo"
"Revan ?"-Vania
Vania pov end
"Ini Pak Tono. Aden Revan masuk rumah sakit, bapak nelfon karna non itu ditandain ditelfon darurat sama aden"jelas Pak satpam

KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif
RomanceHidup itu ga selamanya bakalan seneng terus atau susah terus Semua ada takarannya. Tuhan juga tau gimana bikin umatnya bahagia. Apalagi bikin umatnya belajar dari kesalahan. Tuhan tau yang terbaik untuk kita. "kamu dan aku"