5.

3.1K 106 0
                                    

Benar, setelah kejadian itu mereka memang sangat amat jauh, bukan LDR, jauh dari kata tersentuh, bersapa maupun chatan. Mereka memang memutuskan untuk memperbaiki diri tapi tak ada yang tau kejelasan hubungan mereka, jika ada yang bertanya bagaimana hubungan mereka, pasti salah satunya akan menjawab

"tuhan udah kasih jalan kita masing masing, kita umatnya cuma jalanin dan ikutin langkahnya, ga ada salahnya nurut sama sang pencipta" itu jawabannya yang selalu terdengar

Revan, hari ini menemui Nadia anak kelas 12 IPS 2 itu, saat ini memang sedang istirahat. Revan menuju kelas itu, tak ada kata "nanti" atau "kapan kapan" untuk mengurusi hubungannya dengan Vania, yang dia butuhkan hanya bukti dan penjelasan

"Nadia" panggil Revan, sosok lelaki dengan tatapan dingin yang mematikan memanggil gadis itu dengan suara datar khasnya

"we need to talk" ujar Revan serius. Nadia langsung memgikuti Revan, raut wajah nadia sedikit bingung dan senang, pria yang selama ini Ia inginkan dan idam idamkan mengajaknya bicara
"hanya berdua" kapan lagi ?

Gudang belakang sekolah...

"lo pasti denger tentang hubungan gua yang renggang sama Vania" tatapan itu menusuk dalam

"dia tau semuanya, dan gua ga mungkin hianatin cewe yang bener bener gua sayang, demi seorang bitch yang gatau harga dirinya dimana" masa bodo dengan perasaan gadis itu

"bisa lo jelasin kenapa gua bisa ada sama lo waktu itu? I just need explanation. Lo cuma butuh ceritain itu pas dan ga lebih atau kurang sesuai fakta tanpa hoax" dingin sedingin es tajam seperti pisau, sosok revan sangat menonjol sekarang

"kenapa si rev ? Lo ga pernah lirik gua sedikit aja, just little bit, susah banget emangnya ?" tatapan gadis itu sendu

"kemaren gua lakuin itu pengen banget berada di posisi Vania, bisa bahagia sama lo, gua kasih sebuah obat di minum lo waktu di kelas, lo mulai kena efeknya, gua gatau apa nama obat itu" jelas Gadis itu, apapun itu dia memang benar benar harus jujur apalagi pada revan, orang yang dia sayang

"lo beneran ngabisin waktu bareng gua, tertuju sama gua doang, efek obat itu lo beneran lupain orang yang lo sayang, termasuk vania, dan dalam seminggu itu kita bareng bareng terus dan gua bahagia"

"just for a week" lirih gadis itu dia telah selesai menjelaskan

"you say just a week ? You know because of you, my relationship is getting worse now !" ujarnya dingin

"jangan terlalu terobsesi sama gua, sesayang secinta apapun elo ke gua, ga akan pernah ngerubah pandangan gua ke lu" jelas Revan

"jangan nyia nyiain waktu lo cuma buat gua, gua ga akan pernah ngubah perasaan ini, just for her, Vania" sedikit rasa tulus, kelembutan di sana

"kenapa si rev, harus dia ? Kenapa harus Vania ? Ga bisa apa lo liat gua lagi nunggu perasaan lo. Secinta itu lu sama dia ?" tanyanya lirih

"gua cuma pengen lu, gatau kan seberapa banyak orang yang gua tolak demi satu hati yang gua pertahanin, satu hati yang gua tunggu. lu juga ga pernah tau seberapa bosen Tuhan dengerin nama lu di tiap doa malem gua" seketika mata nya memanas

"seberapa gabby cape dengerin nama lu di tiap curhatan gua, buku harian gua juga bisa jadi bukti, semua tercetak jelas nama lu di semua lembaran itu, tapi lu ga pernah tau itu" jelasnya kaki nya melemas, seketika jantungnya tenang begitu saja

Gabby maranatha, gadis ini sahabat yang selalu mendengarkan curhatan Nadia, tak pernah jenuh untuk berkomentar maupun memberi saran. Tapi dia juga sering sekali menunjukan raut kecewanya saat sahabatnya ini terlalu bodoh telah berharap banyak pada Seorang Revano itu.

"jangan bego, lu udah tau dia udah punya cewe mending lu buang semuanya jauh jauh, buang semua harapan lu tentang dia, semua percuma nad, lu sama sekali ga di respon, di lirikpun engga, ga cape lukain diri sendiri ?" kata kata itu selalu terngiang di benak Nadia, Gabby benar pria ini sama sekali tidak peduli

"berharap boleh, tapi ga sampe bego gitu, gua tau dulu lo sahabat lama gua nad, tapi engga gini caranya, lo gua anggep ade gua sendiri, bahkan di luar sana juga ada yang siap terluka cuma buat nunggu lo"

"selama ini lu cuma buang buang waktu, tenaga, pikiran dan semua kata kata lu buat curhatin tentang gua, sejak lu beneran bilang kalo lu suka sama gua dengan terpaksa gua jauhin lu, gua gamau kita jadi musuh jadi lebih baik gua yang mundur supaya lu bisa lupa sama semua perasaan itu" semua pertahan Revan runtuh, bagaimanapun Dia tau sahabat lama nya ini masih memiliki perasaan yang sama padanya yang sudah lebih lama mengenal dirinya jauh sebelum Vania datang ke hidup revan.

"kita damai Nad, lu bisa move on dari gua, maaf ga bisa bales perasaan lo itu, gua cuma bisa berdoa semoga lu dapet yang lebih baik dari gua" rasanga ingin sekali memeluk gadis dihadapannya tapi Ia tahan

Semua terbongkar, kisah kedekatan mereka akhirnya mereka gali lagi, yang sudah terkubur dalam dalam, dan jauh dari permukaan kembali di bongkar. Keduanya sangat merindukan kisah mereka yang lalu, tak ada pacar, tak ada pengganggu, semua mereka lakukan berdua saja, NADIA DAN REVAN

"nyata nya memang lo lebih lama kenal gua, tapi lu ga bisa naklukin hati gua, nad, sorry" batin Revan sudah lelah dengan semua drama yang Ia buat, sudah cukup kali ini

"maafin gua udah bikin lo kecewa rev, sama semua perasaan gua, gua bakal usaha gimanapun, supaya semua ini balik membaik, gua tau lo ga perlu janji, you just need proof" entah sejak kapan Nadia sudah ada dalam dekapan pria itu

"thanks nad, u always know me😊" dia membalas pelukan itu, rindu dengan sosok sahabat lamanya ini

❤❤❤❤❤❤

Posesif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang