Part 15

1.1K 71 0
                                    

[Keyra p.o.v]

Ini gua lagi dimana? Kok sepi?

Gua terus berjalan menuju sebuah cahaya yang terang.

Terlihat sosok dua pasangan yang sedang menunggu disana.

"Kalian siapa?"

Kedua pasangan itupun membalikkan badannya ke arah gua

"Mama? Papah? Om? Tante?"

"Iya sayang ini mama dan papah." Ucap mereka tersenyum

Tak sangka ternyata air mata gua mengalir begitu cepat.
Gua segera memeluk erat mereka berdua.

Rindu, itu yang gua rasakan.

"Jangan menangis sayang."

"Tapi kenapa ma? Kenapa mama sama papah pergi waktu itu?" Tanya gua

Mereka hanya tersenyum.

"Keyra pengen ikut sama mama, papah. Om sama tante juga nanti Keyra anterin ketemu sama Kirana, yah,"

"Gak bisa nak, lebih baik kamu kembali sekarang. Tolong dan bantu kakak mu disana, pasti ia sedang kesakitan menunggumu." Ucap papa

"Iya Keyra, bantu Kakak mu dan Kirana disana sekarang. Mereka mengharapkan mu." Ucap mamanya Kirana

"Ada apa dengan mereka?"

"Kamu akan tau jika kamu segera menolongnya." Ucap mama

Mereka melepaskan pelukannya, Mengusap air mata gua yang kian mengaril deras.

Tak tahu apa yang harus gua lakukan. Mereka berdiri dan mencium kening gua. Lalu berjalan menjauh dariku.

AAAKKHHH!

.
.
.
.
.

TTTIIIIIIITTTT....

Gua membuka mata gua perlahan.

Apa? Gua sadar? Hanya halusinasi orang koma?

Seketika gua teringat dengan perkataan orang tua gua dan orang tua Kirana tadi.

Arga? Kirana? Ada apa dengan mereka?

"Akhh membuatku pusing." Ucap gua sambil mengacak rambut

Gua mencabut semua peralatan rumah sakit yang menempel di tubuh gua. Kemudian berlari dengan sekuat tenaga menuju pintu keluar.

Tidak sedikit perawat yang menghalangi gua keluar dari rumah sakit ini. Tapi gua tetap nekat dan berlari mencari keberadaan Arga dan Kirana.

Dimana mereka?

Seketika terlintas sesuatu yang ada di fikiran gua. Seperti petunjuk, tapi....
Aggrhh gak peduli.

***
Gua berhenti tepat di depan rumah yang kumuh.

Gua segera masuk dan membuka pintu rumah itu dengan berani.

BBRRAAKK

Dua buah kayu mendarat dengan tepat di kedua punggung Jesi dan Iqbal.

"LO BERDUA NYARI MATI HAH?! LO BERANI GANGGU MEREKA? MATI AJA KALIAN SEKARANG!"

Gua mengambil palu berukuran besar lalu menghantamkan ke wajah mereka berdua.

Yap, darah mulai mengalir membasahi wajah mereka. Tak ada kata sedikit pun dari mulutnya.

"Kenapa lo gak ada bicara?"

Gua melihat ke sekeliling rumah ini. Ternyata banyak barang yang bisa gua gunain untuk sekarang. Salah satunya bor listrik.

Gua mendekatkan bor itu kearah mereka berdua sambil tersenyum licik.

Bor pun mulai menyala ditangan gua. Gua mengarahkan bor itu ke rahang Jesi dan menusuknya hingga menembus sampai kemulutnya.

Setelah itu gilaran Iqbal yang gua jadikan percobaan, bor tetap menyala dan mengarah ke telingan kanannya. Tusukan demi tusukan bor yang gua genggam akhirnya mengoyak isi dalam telinga dan kepala Iqbal.

Puas? Oh tidak. Gua jelas belum puas degan semua ini.

Gua mengambil tang besar yang biasa dibuat untuk menyabut paku atau memotong logam, tapi kini fungsi dari tang itu berganti menjadi penyabut kuku jari manusia.

Satu persatu kuku dari jari jari manis Jesi hilang dan hanya tersisa kulit dan daging. Yahhh lumayan kalau dikoleksi.

"Ahh gua capek. Lagian Kirana pingsan sih, jadi kaga ada yabg bantu gua. Tapi itu semua karna kalian, Jesi, Iqbal." Ucap gua

Dan ini yang terakhir. Gua mengambil kapak dan langsung memotong setiap bagian tubuh Jesi dan Iqbal.

Seperti biasa, gua selalu menyisakan Hati dan jantung untuk koleksi pribadi gua sama Kirana. Jadi gua membungkusnya dengan karung yang tidak terlalu besar.

Setelah itu gua memasukkan semua bekas potongan badan Jesi dan Iqbal kedalam sumur yang sepertinya sudah tidak pernah terpakai, lalu gua timbun dengan tanah supaya tidak terlihat oleh orang nanti.

"Sshhh."

Kirana? Iya itu suara Kirana. Gua segera menghampirinya.

"Udah bangun? Bagus deh."

"Hmm, untung aja lu datang Key, makasih ya." Ucap Kirana tersenyum pada gua

"Iya iya gua juga gak tau kenapa bisa jadi gini semuanya."

"Jesi sama Iqbal udh tewas yah?" Ucapnya dengan tawa kecil

"Haha iya lah, udh gua beresin semuanya. Sekarang ayo kita pulang sekalian bantuin gua angkat Arga."

"Ayo keburu Arga sadar ntar."

Gua pun segera membawa Arga keluar dari rumah tersebut bersama Kirana.

Gua merasa lega dengan semuanya.

***

Mwehehe, selesai juga akhirnya masalah ama si Jesi.
Kayanya gua kasih double up aja deh. Kalo yang nge vote agak banyak ntar langsung update lagi.

Oke see u next chapter.
Vote sama komen jangan lupa readers kuuhh

TWO PSYCHOPATH GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang