CHAPTER 1

3.3K 142 4
                                    

Sokcho, 14 april 2017.

.
.
.
.

Ruangan itu sudah sepi sejak satu jam yang lalu. Hanya ada beberapa orang yang sudah bersiap-siap untuk pulang. Roséanne Park duduk sambil terus membolak-balikkan file yang masih tercecer "rapi" di meja kerjanya.

"Loh? apa kau berencana tidur di sini malam ini?"

Rose mengangkat wajah dan menoleh. Park Jimin laki-laki berperawakan sedang, wajah manis dan berambut rapi itu berusia 28 tahun, beberapa tahun lebih tua dari Rose.

"Kau sendiri, apa yang kau lakukan?" tanya Rosé dengan wajah kesalnya.

"Aku hanya kembali untuk mengambil kunci mobilku," Jimin melanjutkan, "jangan terlalu mencintai pekerjaanmu, nanti kau bisa awet menjomblo," ucap jimin sambil mengacak rambut Rosé.

"Yah! Jaga ucapanmu tuan!" ujar Rosé dengan nada yang tidak bersahabat.

Jimin tertawa melihat teman sekantornya yang cukup terlihat lucu dengan wajah marahnya. Lihat saja kedua pipi chubbynya semakin terlihat berisi dengan wajah ditekuk seperti itu.

"Mau aku temani?" tanya jimin.

"Tidak usah, aku bisa melakukannya sendiri."

"Yakin?"

"Tentu saja, aku bukan lagi anak remaja yang masih ingusan ," ucap rosé dengan bangganya.

-----------

Sesampainya dirumah, Rosé memasuki kamarnya yang masih tertata rapi karena tidak ada yang memasuki kamarnya semenjak ia berangkat ke kantor tadi pagi. Rutinitas di kantor yang lebih padat dari biasanya membuat ia gampang kelelahan. Baru saja ia merebahkan tubuhnya dan hampir terlelap. Tiba-tiba.....


"Rosé-aaahh, cepat turun dan jangan tertidur, kau belum mandikan?"

Suara yang sangat familiar di telinganya membuat ia tersenyum dan agak sedikit dongkol karena tertangkap basah sedang melakukan kebiasaannya.

"Iya sebentar!" teriaknya tak kalah kencang.

Ya dia adalah ayah Rosé walaupun ia bukan anak remaja ingusan tapi ia tetap anak ayah.

Suasana makan malam ini begitu ceria karena lelucon-lelucon yang ayah lontarkan. Rosé bahkan sangat heran dengan beliau apakah nenek moyangnya dulu seorang pelawak?

Rosé pov

"Oh ya Ros, aku tahu besok hari minggu dan tahu kebiasaanmu di hari minggu yang tidak mungkin bisa bangun pagi, tapi aku butuh bantuanmu," jelas sang ayah.

"Apa?" jawabku sambil tetap sibuk dengan makananku.

"Tokyo," jelas Eommaku sambil membantuku memotong-motong daging di depanku

"Hah?" tatapku heran. "Lalu?"

"Antarkan Appa ke bandara pagi-pagi," ucapnya sambil tersenyum dan cukup membuatku dongkol karena pagiku tak seperti yang aku harapkan.

"Oh ya dan satu lagi, jangan tidur terlalu larut malam ini ibu tidak mau kau mengantuk saat menyetir," ucapnya sambil membereskan piring-piring yang berada di meja makan. Padahal anaknya ini belum selesai makan.

Setelah kami semua membereskan acara makan malam ini ku lihat Davin Park saudara laki-lakiku melihat tayangan televisi yang menyiarkan acara malam ini.

"Sepertinya acara favoritku akan ditiadakan malam ini," dengusnya kesal.

Aku menoleh kearah televisi dan melihat begitu antusias para pengunjung di pusat perbelanjaan itu. Ah iya, hari ini adalah acara meet and greet penulis novel terkenal Limario Manoban karyanya yang berjudul "My Last Love" cukup jadi best seller, ya aku belum membacanya juga sih.

"Dia terlalu tampan untuk jadi penulis," tawa Eomma dari arah dapur. Beliau melanjutkan "wajah-wajah seperti itu sangat cocok bermain layar lebar."

Aku tersenyum mendengarnya ya ibu-ibu sepertinya sangat menyukai laki-laki muda.

Rosé pov end.


--------------


Sementara di tempat lain.
.
.

"Astaga, kau belum bersiap siap Lim?", tanya SinB kesal melihat Lim yang masih memakai baju rumahan nya. Yang ditanya  tak menjawab dan terus berjalan melewati SinB masuk ke rumahnya.

"Jadwalmu padat hari ini Lim, dan 30 menit lagi kita harus sudah sampai di tempat tujuan pertama kita," ujar SinB sambil mengekori langkah Lim.

"Iya iya, aku tahu," jawab Lim singkat lalu meninggalkan SinB diruang makan dan menuju kamar untuk bersiap siap.

"Sudah siap?" tanya SinB begitu melihat lim sudah berdandan rapi.

"Ayo berangkat," ajak SinB sambil meraih kunci mobil Lim yang tergeletak diatas meja makan.

Ya, SinB adalah manager Lim orang yang paling berpengaruh di hari-hari Lim. Laki-laki muda berwajah dingin dan dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi, kurasa ia lebih tepat dianggap sebagai bodyguard daripada sebagai managernya. Lihat saja untuk urusan mengemudi saja ia
tak merekrut orang lain.

Lim pov

Disinilah aku berdiri sekarang, lampu sorot yang cukup menyilaukan, ditengah-tengah pusat perbelanjaan, di hadapan ratusan penggemar yang di dominasi oleh para wanita dari berbagai usia dengan menggenggam sebuah novel ditangan nya.

Rasa lelahku terbayar lunas hanya dengan melihat semyuman mereka, jabat tangan mereka yang seolah memberikan energi positif yang membuatku bertambah semangat.

Yaa, aku adalah penulis novel terkenal, Limario B. Manoban kebanyakan karanganku bergenre romance itulah sebab nya penggemarku di dominasi oleh wanita, dan sekarang aku sedang mengadakan meet and great untuk mempromosikan novel terbaru ku My Last Love.

Dan mereka yang berada dihadapanku sekarang adalah orang-orang yang beruntung kata mereka yang bisa berinteraksi langsung denganku dan mendapat tanda tangan asliku di novelnya.

Aku sangat menyukai sesi ini karena aku bisa mendengar apa saja yang menjadi keluhan pembaca ceritaku, hanya saja waktu membatasi obrolan kami itu yang membuatku kesal.

Pov end

Lim tertawa mendengar protesan tak terima dari seorang penggemar yang duduk di depan nya, dia belum bisa move on dari ending novel karangan Lim sebelum nya, tentu saja hal ini membuat Lim gembira karena berarti novel karangan mampu membuat pembaca nya ikut terhanyut kedalam ceritanya, sampai akhirnya tawa Lim terhenti karena ulah SinB yang menarik novel milik penggemar Lim.

"Maaf noona, antrian berikutnya," usir SinB halus tapi di mata Lim itu terlihat tak sopan, dia mengerang kesal dan menatap tajam pada SinB yang malah dengan berani nya membalas tatapan Lim, membuat nyali nya menciut, dalam hati dia sangat ingin marah pada SinB yang selalu memotong pembicaraan nya dengan para penggemarnya, tapi dalam hati kadang Lim juga menyadari bahwa ini untuk kebaikan nya juga, SinB hanya ingin melindungi nya, menyadari itu membuat nyali Lim selalu menciut jika dia sedang ingin marah pada SinB.

Lim menghembuskan nafasnya kasar, karena dia juga tak bisa berbuat banyak, ia meneruskan kembali memberi tanda tangan pada penggemar selanjutnya, yang kali ini obrolan nya menjadi garing karena mood Lim yang terjun bebas, tapi dia tetap berusaha untuk menutupinya dan tetap terlihat ramah pada penggemar nya.

.
.
.
.

TBC.

Maafkan ceritaku yang agak aneh tapi terima kasih telah mampir

Let It GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang