CHAPTER 8

717 64 4
                                    

Seoul, 20 Juni 2017.

.
.
.
.

El-27 comment:
Ending yang sangat bagus aku suka, meskipun konflik yang kau buat tidak terlalu membuat reader pusing tapi aku suka.

UknowMe reply:
Wah, benarkah terima kasih. Aku memang tak bisa membuat cerita yang rumit.

"Yeobo, bisakah kau letakkan sebentar saja ponselmu?" suara Jennie membuat Lim spontan mendongak dan dengan segera ia meletakkan ponselnya.

"Oh, maaf apa ada yang bisa ku bantu?" tanya Lim.

"Tolong kau buatkan susu untuk Alan, aku tak bisa melepaskan ini sekarang."

Lim melihat Jennie yang cukup sibuk mengaduk-aduk sup buatannya.

"Tentu saja biarkan aku yang membuat susu untuk Alan, mian," ucap Lim berdiri dan mencium kening Jennie. Ia merutuki dirinya sendiri kenapa bisa membiarkan istrinya sibuk sendiri.

Suasana pagi ini sedikit agak tidak tenang seperti biasanya berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya. Sebenarnya menyiapkan sarapan untuk dua orang dewasa dan satu anak kecil tidaklah terlalu repot bagi Jennie, tapi dikarenakan Jennie yang terlambat bangun karena "aktivitas malam" bersama suaminya semalam membuat ia cukup lelah dan baru tidur pukul 04.00 pagi tadi.

Sebenarnya Jennie merasa kesal dengan suaminya saat ini. Bagaimana mungkin sang suami terlihat sibuk memainkan ponselnya sedangkan ia dibuat mondar-mandir kesana-kemari menyiapkan kebutuhan suami dan anak tercintanya.

Jika ia tega ia bisa saja membiarkan suaminya tidak sarapan karena pikirnya Lim bekerja di rumah jadi ia tak perlu repot-repot menyiapkan kebutuhannya di pagi hari. Cukup memprioritaskan Alan saja karena ia beraktivitas di luar rumah.

Pernah dulu Jennie sengaja tidak membuat sarapan untuk suaminya dan hanya menyiapkan untuk Alan dan dirinya sendiri. Ia hanya menyiapakan semua bahan-bahan dikulkas dan menempelkan memo bertuliskan apa yang harus dimasak dan beserta bumbu-bumbunya.

Dan yang terjadi setelah Jennie pulang kerja ia mendapati sang suami makan-makanan junk food yang paling ia benci.

"Kenapa kau makan ini?" Tanyanya sambil mengambil tempat makanan junk food seolah -olah kantong kertas itu sudah terlumur penuh dengan racun.

"Maaf sayang, aku ingin yang lebih praktis tanpa repot-repot memasak," jelas Lim.

"Lim kau kan tahu ini tidak baik untuk kesehatanmu, jika Alan tahu dan ketagihan bagaimana?" Oceh Jennie karena Lim tak pernah memperhatikan nasihat Jennie untuk tidak sering memakan junk food.

Jennie benar-benar memperhatikan kesehatan keluarganya terlebih lagi Alan yang masih kecil, dia benar-benar harus mengajari anaknya hidup sehat sejak dini.
Sesibuk-sibuknya Jennie ia tetap meluangkan waktu untuk menyiapkan segala kebutuhan keluarganya.

"Selamat pagi Appa, mommy," sapa Alan yang sudah lengkap dengan seragam sekolahnya.

"Pagi, kau tampan sekali seperti aku," bangga Lim kepada anaknya.

"Hei, ingat wajah imut ini tentu saja dariku," sela Jennie yang tak mau mengalah pada Lim.

Kata-kata Lim dan Jennie membuat Alan tertawa kecil melihat tingkah kedua orang tuanya yang tak mau mengalah satu sama lain.

"Appa, apa Appa sudah menyiapkannya?" tanya Alan sambil memegang rotinya.

"Tentu apapun untukmu, Appa sudah menyiapkan di dalam tasmu. Ingat jangan sampai Mommy tau ya," ucap Lim sambil mengedipkan matanya pada Alan. Alan hanya terkekeh karena rahasia kecil diantara dia dan Ayahnya.

Let It GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang