CHAPTER 2

1.5K 115 16
                                    

Seoul, 15 April 2017.

.
.
.
.

"Hyung tolonglah jangan terlalu membatasi ku dengan para penggemar," ucap Lim dengan nada memohon.

"Maaf Lim aku benar-benar tidak bisa mengabulkan keinginanmu," SinB melanjutkan "penggemarmu kadang diluar batas."

"Tapi aku benar-benar tidak enak dengan mereka hyung, mengantre panjang seperti itu untuk mendapatkan tanda tanganku, bahkan mereka berbicara padaku kurang dari 30 detik," ucap Lim sambil menatap gerak-gerik managernya yang sibuk membaca jadwalku.

"Ish... Lim apa kau tidak tahu, walaupun kurang dari 30 detik itu sudah berharga bagi mereka."

"Hyung bisakah....."

"Aaaah.... sudahlah Lim jangan banyak bicara, kau harus istirahat besok jadwalmu pergi pagi-pagi di daerah Gangnam," sergah SinB cepat sambil mengibaskan tanganya dengan cepat.

Lim sebenarya ingin berlama-lama dengan para penggemarnya. Melihat mereka datang awal-awal hanya untuk mendapatkan spot terbaik dan ia yang harus meninggalkan mereka cepat-cepat membuat Lim merasa sedih.

"Oh Lim jangan lupa besok kau juga menghadiri acara di radio swasta untuk wawancara," kata SinB sukses membuyarkan lamunan Lim tentang penggemarnya.

"Kau tahu, sepertinya aku akan menghubungi Jennie nanti malam," lanjut SinB

"Hah?" Lim menatapnya bingung. "untuk apa?"

"Tentu saja memberitahunya untuk tidak terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan juga untuk fokus memasak masakan bergizi untukmu," tawa SinB meledak. Lalu ia melanjutkan "kalau Alan aku yakin ibumu pasti mengurusnya dengan baik sedangkan kau?"

"Berhenti mengejekku, aku hanya lebih memilih junk food disaat aku deadline, lebih praktis," ucap Lim tak terima. Dengan gerakan acuh tak acuh ia memasukkan ponselnya kedalam tasnya. Ia kembali memikirkan sang istri yang jarang mempunyai waktu free untuk keluarga kecilnya.

"Aku hanya heran pada Jennie. Sepertinya ia terlalu gila kerja," ucap SinB berdiri dari kursi dan menjinjing tas besarnya.

Kim Jennie dia istri Lim seorang kepala di perusahaan lokal, dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Sampai-sampai mengalahkan kesibukan Lim saat launching novel terbarunya. Lim hanya ingin dia menemaninya disaat-saat seperti ini, ia hanya ingin menunjukkan bagaimana antusias para penggemarnya. Ya sesederhana itu....

-----------


Sokcho, 25 April 2017.

.
.
.
.

Rosé pov

"Rosé-aah apa kau sibuk hari ini?" ucap seseorang dari ponsel Rosé.

"Sepertinya tidak oppa, kenapa? tapi aku tidak tahu juga karena schedule bisa berubah kapan saja."

"Oh begitu ya? baiklah hubungi aku jika tidak over time hari ini," jisoo melanjutakan "aku hanya ingin mengajakmu keluar untuk makan malam."

"Iya oppa aku akan menghubungimu nanti. Sampai jumpa."

"Ya sampai jumpa. Saranghae, hati-hati pulangnya."

"Hmmmm..."

Aku sedikit merasa bersalah kepada Jisoo oppa, karena setiap ia mengatakan itu aku tidak pernah membalasnya. Entahlah walaupun hubunganku dengannya hampir 1 tahun tapi aku selalu canggung bila didekatnya.

Bukan karena ia tidak baik, bahkan ia terlalu baik. Ia tak pernah sekalipun menunjukkan emosinya bila bersamaku, ia cukup sabar bila menghadapiku.

"Whoooaa... efek dari seorang Limario Manoban benar-benar menakutkan, bahkan ini sudah hampir 2 minggu sejak perilisan novelnya," ucap seseorang yang baru saja masuk sambil membawa tumpukan kertas pola yang memenuhi tangannya.

"Kenapa Jimin oppa?" tanyaku heran.

"Toko buku benar-benar ramai, aku bahkan harus saling berdesakan dengan segerombolan gadis-gadis hanya demi membeli kertas pola," dengusnya kesal

Aku sedikit kasihan dengannya. Membayangkan ia berdiri diantara para gadis-gadis dan membawa tumpukan kertas pola yang pasti tidak ringan membuatku urung untuk mengejeknya lebih lanjut.

"Padahal ini kota kecil, tapi efeknya sampai sini," ucapnya sambil membawa sebotol air mineral yang hampir habis.

"Yah bukan di kota kecil lagi tapi sampai seluruh korea," ucapku sambil tertawa. Ia benar-benar dibuat heran dengan tingkah lucu temannya.

Berbicara mengenai cerita romance, aku dulu mempunyai cita-cita ingin menjadi penulis tapi aku benar-benar buruk untuk menuangkan semuanya kedalam bentuk tulisan. Mungkin aku terlalu geli untuk menumpahkan semuanya dan cerita romance sebenarnya cukup membuatku pusing karena bermain dengan perasaan.

Rosé pov end.


-------------


Esoknya di kediaman Lim.

Lim pov

"Sayang apakah jadwalmu mulai agak sedikit longgar?"

Aku mengangkat wajahku dan menatap sumber suara yang sangat aku kenal. Jennie B. Manoban perempuan berparas imut dan sexy, rambut hitam bergelombang, bermata kucing ini adalah isteriku.

"Ah ya.. jadwalku sudah tak se-mengerikan kemarin, kenapa?" tanyaku sambil menarik tangannya agar duduk disampingku. Sungguh aku merindukan momen kecil ini.

"Aku hanya tidak enak terus-terusan menitipkan Alan ke Eomma."

"Tidak apa-apa mulai besok aku akan mengurusnya," ucapku sambil membelai pipi mandunya.

"Terima kasih sayang, maaf ya." ucapnya sambil menelusupkan wajahnya kedalam ceruk leherku.

"Nah.... it's okey."

Setelah kepergian Jennie ke kantor aku kembali kerutinitas biasanya. Aku sangat betah berlama-lama didepan layar laptop atau ponselku, bahkan isteriku akan merasa sangat cemburu bila dua benda itu berada diantara dia dan aku.

Aku belum sempat membaca komentar-komentar para penggemar di Blogku tentang novel kemarin. Komentar positive dan negative pasti selalu ada tapi aku cukup berbesar hati menghadapi itu semua. Bagiku komentar-komentar itu adalah sebuah motivasi untuk terus berkarya.

Berbicara tentang komentar aku terpaku dengan salah satu seorang reader novelku yang menyarankan untuk membuat cerita online dengan salah satu aplikasi yang sedang digandrungi para remaja saat ini. Ia berkata bahwa dia ingin langsung berbalas komentar dengannya.

Aku cukup tertarik dengan aplikasi itu dalam hatiku apakah aku harus menuruti penggemarnya atau tidak. Hatiku bimbang.

-----

Di tempat lain...

Rosé cukup sibuk dengan ponselnya. Tidak, bukan pekerjaan tapi ia lebih suka surfing di dunia maya. Ia sangat menyukai cerita-cerita online yang random. Kebiasaannya membaca cerita dongeng dari kecil membuat ia sangat menyukai cerita-cerita terlebih lagi bergenre misteri dan teka-teki. Ya, ia lebih suka bermain logika daripada perasaan yang menurutnya sulit untuk ditebak. Sampai pada suatu halaman blog ia mendapat rekomendasi aplikasi yang cukup booming untuk membaca cerita online.

Dan disaat bersamaan....

"Sepertinya menarik untuk mengisi waktu luangku."

Ya kalimat itu tidak sengaja keluar bersaman dari dalam hati Lim dan Rosé. ketertarikan mereka pada aplikasi itu datang dari latar belakang yang berbeda.

"Aku ingin lebih dekat dengan para penggemarku dan ingin tahu reaksi yang sesungguhnya."

"Semua genre sepertinya ada didalam sini, so aku mungkin tak akan susah-susah mencari cerita yang aku inginkan."

.
.
.
.

TBC.

Let It GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang