CHAPTER 14

524 50 0
                                    

Seoul, 8 Agustus 2017.

.
.
.
.

Lim pov.

From my wife :
Jam berapa acaramu selesai?

Satu pesan masuk ke dalam ponselku. Dari kemarin aku memang tak sempat mengecheck ponselku dan baru sekarang aku bisa mengechecknya.

To my wife :
Sebentar lagi, tunggu aku akan menjemputmu.

From my wife :
Aku menunggumu.

Kemarin dan hari ini aku cukup sibuk mengisi acara sana-sini sampai aku lupa dengan ponselku. Kulihat banyak sekali notif yang muncul beberapa pesan dari redaksi dan pesan dari SinB hyung. Tapi dari semua pesan itu ada salah satu notifikasi menarik perhatianku, ya dari aplikasi itu.

Ku buka satu persatu komen yang reader tinggalkan untuk ceritaku. Banyak sekali dukungan untuk melanjutkan ceritaku dan tak sedikit dari mereka yang menginginkan karyaku selanjutnya.

Dari sekian banyak komentar yang menilai ceritaku sangat bagus terdapat salah satu komen yang berisikan komplain pada cerita yang ku buat. Chaengmunk, ID yang cukup menggemaskan dan terlihat cerewet.

Chaengmunk comment :
Cerita mu bagus author-nim, tapi kenapa kau tega membuatnya tak bersama?

Aku tesenyum membaca komentarnya.


El-27 reply :
Terima kasih. Ya ending cerita cinta memang tak harus bahagiakan?

Ku balas semua komen satu persatu, aku cukup berterima kasih karena respon semua reader disini sangat positif, lega rasanya.

"Ayo Lim kita pulang!" teriak SinB yang sudah bersiap-siap pulang.

"Hyung kau pulang naik taxi saja ya!" teriakku tak kalah kencang. Jarak tempat dudukku dan tempat ia berdiri memang cukup agak jauh karena itu kami saling teriak.

"Kau mau kemana?" ucapnya berjalan mendekat.

"Aku harus menjemput Jennie."

"Kau tak mengajakku pulang bersama?"

"Tidak. Kau akan merusak acaraku," ucapku berjalan keluar ruangan.

"Huh dasar pelit!"

Aku hanya tertawa melihat dia seperti itu. Manager macam apa yang menebeng mobil seorang selebritis. Ya aku menyebut diriku selebritis terkenal sekarang mengingat aku selalu dapat pekerjaan yang mengharuskan aku masuk acara televisi. Menggelikan jika mengingat itu.

Sesampainya di kantor Jennie aku segera menghubunginya dan menyuruhnya turun karena aku memang tak berniat untuk masuk ke dalam kantornya. Aku tak ingin membuat heboh, Jennie sendiri memang menyarankan untuk tidak masuk ke dalam kantornya, walaupun jabatan dia sangat  berpengaruh.

"Maaf menunggu lama," ucapnya sambil tersenyum. So cute.

"Tidak apa-apa." balasku.

"Jadi, mau kemana?"

"Makan malam?" tanyaku balik.

"Oke. Baiklah."

"So, where is my reward?"

Let It GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang