CHAPTER 5

910 71 4
                                    

Sokcho, 1 mei 2017

.
.
.
.

Sepanjang hari Rosé menyibukkan diri dalam pekerjaannya, kertas-kertas berserakan di atas meja kerjanya. Pekerjaan yang tak pernah selesai membuat ia kadang lupa akan jam istirahat makan siang. Ia terlalu fokus membuat beberapa pola sampai ponselnya berbunyi. Ia menatap tulisan yang muncul di layar ponsel.

Jisoo oppa calling...

Ia terus menatap layar ponselnya tanpa berniat mengangkat. Rosé berfikir tidak biasanya Jisoo menelfon saat jam-jam kerja dan ia paling benci jika ada seseorang yang mengganggu jam kerjanya. Ia hanya mengangkat telfon jika itu berasal dari keluarga atau sahabat dekat.

Dan pada akhirnya ia memutuskan untuk membiarkan ponselnya terus berdering. Setelah beberapa lama, deringnya berhenti.

Rosé pov.

Tumben sekali Jisoo oppa menghubungiku jam-jam segini. Tapi toh pikirku jika itu penting dia akan menghubungiku lagi.

Braakk...

"Hey Rosé! mau makan apa hari ini?" tiba-tiba Jimin oppa membuka pintu tanpa mengetuk dan langsung masuk begitu saja membuat lamunan ku tentang Jisoo oppa langsung buyar.

"Kau pikir ini kamarmu apa seenaknya masuk tanpa mengetuk!" ucapku sambil mengelus dadaku dan memandangnya dengan tatapan membunuh.

Aku berharap mempunyai sepasang mata laser milik Superman agar dia hangus dalam pandanganku saat ini.

"Slow Rosé, santai jangan marah-marah. Hari ini aku akan mentraktirmu."

Aku heran tak biasanya laki-laki ini bersikap manis kepadaku. Karena dalam otaknya selama ini hanya menjahiliku.

"Tumben, apa kau habis memeras seorang perempuan muda?" ucapku sarkas.

"Hei mulutnya ya," ucapnya sambil mencubit pipiku gemas. Ia melanjutkan, "si tua memberiku job tambahan dan aku menyelesaikan sebelum waktunya. Jadi, dia memberiku bonus," jelasnya sambil mengibas-ibaskan beberapa lembar uang didepanku.

"Sebenarnya aku bosan selalu mengingatkan jam makan siangmu. Tapi, karena aku sahabatmu jadi mana mungkin aku melewatkannya," ucapnya sambil tersenyum dan menampilkan hampir semua gigi depannya.

"Apa kau yakin mengajakku makan? setahuku kau jarang sekali berbaik hati padaku."

"Oh my babe, tentu saja. Ayo kau bisa makan apa saja."

Tanpa menunggu apa yang aku katakan selanjutnya, tangannya sudah menggandeng lenganku seenaknya. Walaupun ia kadang menyebalkan tapi ia cukup bisa diandalkan dalam keadaan tertentu. Aku dan Joy kadang memanfaatkan keadaan itu.

"Hati-hati Rosé jangan terlalu gampangan jadi orang," ucapnya dengan wajah serius.

"Maksudmu?" aku mulai emosi dengan kata gampangan yang ia ucapkan.

"Lihat saja, tadi kau sempat marah-marah padaku. Tapi waktu aku mengajakmu makan kau langsung mau."

Ya tuhan baru saja aku memujinya tapi lihat apa yang dia katakan sekarang. Tanpa aba-aba aku memukul punggungnya sangat keras sampai telapak tanganku terasa panas.

"Aduh Rosé! tenagamu sangat kuat untuk ukuran seorang perempuan yang belum makan," ucapnya sambil menggosok-gosok punggunya.

Aku dan Jimin oppa memutuskan untuk makan di kafeteria kantor karena cuaca hari ini tidak bersahabat.

Saat melewati lorong menuju kafeteria aku berpapasan dengan Joy. Joy perempuan berambut pendek teman sekantorku.

"Joy!" teriakku memanggilnya.

Let It GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang