Chapter 9

1.6K 92 4
                                    


Setia Adalah Sebuah Pilihan Dimana Hati Memilih Menetap Dan Bertahan Pada Satu Hati. Lalu apa Yang Bisa Memisahkan.? Hanya Waktu...Diman Saat Itu Tuhan Berkata Cukup...
Ali Membawa Marsya Meninggalkan Kampus Setelah sebelumnya Menyelesaikan semua Urusannya Dengan Dosen Pembimbing Demi
terselesainya Skripsinya..
Ia Melajukan Mobilnya Dengan Kecepatan sedang membelah
Jalanan Ibu kota Yang Penuh Polusi Dan Kebisingan... Entah Kemana Mereka Akan Pergi, hanya Satu
Yang Perlu di ketahui, Ali Dan Marsya Saat Ini Bahagia.. Dari Segelintir Masalah Yang Menerpa Hubungan bukan Menjadi hambatan Untuk Keduanya Bahagia...
"Sayang...!" Panggil Marsya Dan Ali Menoleh Sekilas Lantas Tersenyum Kemudian Kembali Fokus pada Jalanan.
"Apa Aku Boleh Meminta Sesuatu...?"
"Apapun Yang Bikin Kamu Bahagia Akan AkubLakukan..!"
"Aku Hanya Ingin Kamu Tetap Menatap Ke arahku, Melangkah menuju Diriku, Mendengar Hanya Suara ku, Tersenyum Dan Bahagia
Hanya Bersamaku. Aku Tidak Ingin Apapun Merenggutmu Dariku...!"
Mendengar Ucapan Marsya Ali TersenyumLantas Mengusap Rambut Kekasihnya Penuh Sayang... Marsya Adalah Satu Alasan Bahagianya, Marsya Adalah Cinta Dan Hidupnya Sekarang Sampai Saat Nanti Tuhan
berkata Cukup.
"Jangan Pernah Meragukan Cintaku... Kamu adalah Salah satu Alasan Bahagiaku, Kamu adalah hidupku, Duniaku"
"Aku Mencintaimu" Ujar Mereka Bersamaan.
Ali Meraih Tangan Marsya Lantas Mengecupnya Penuh Cinta...
***
Warna Langit Telah Berubah Jingga, Sore Menjelang, Dimas Saat Ini Sedang Menuju Ke Tempat Kekasihnya Menunggunya, Tempat
Spesial Yang Selalu Mereka Gunakan Kala Sedang ingin Kenyamanan... Sebuah Taman Dengan Danau Buatan Di Depan Gazebo Tunggal Di sisinya. Tempat Dimas Dan Michelle sering menghabiskan Waktu Bersama..
"Sayang" Sapa Dimas Setelah Sampai Di Tempat Michelle Berada.
Michelle Menoleh Lalu Memeluk Dimas Erat.. Seakan Menumpahkan Segala Rasa yang Berkecamuk Dalam Jiwanya..
"Kenapa..?" Tanya Dimas Seraya Mengelus Rambut Michelle..
"Maafin Aku..."
"Maaf Untuk Apaa.?"
"Untuk Semua Penolakan Aku..! Ah.. Bukan, Lebih Tepatnya Penundaan.. Maafin aku Dimas, Aku Tidak Bisa Menikah DenganMu Dalam Waktu Dekat Ini... Aku....... Aku .........."
"Gak papa Sayang...! Udah Ah, Jangan Merasa Bersalah Gitu.. Aku Sayang Sama Kamu Dan aku Akan Menunggu Sampai Kamu Siap"
"Maafin Aku...! tapii Aku Punya Alasan..."
"Ssstttt.. Udah...! Setiap Orang Punya Alasan dan Aku Gak akan Memaksamu Menceritakan
semuanya. Tapi Aku akan Menunggu Sampai Kamu Siap"
"Aku Cinta Sama Kamu.. Aku sayang Sama kamu tapi Aku belum Bisa Menerima lamaran Kamu.. Maaf"
"Sayang.. Udah.. Ini Namanya Tuhan Masih Belum Menghendaki Kita Menjadi Suami Istri.."
Michelle Mengangguk Di Dalam Dekapan Dimas;
Mereka berpelukan Di bawa Hamparan Jingga, Tak Peduli Angin Lalu Lalang Membelai Wajah Mereka.. Tak Perduli dengan Kicauan Burung Yang seakan Meledek Mereka Tak
Perduli Dengan Semuanya.. Meski Dalam Keadaan Seperti Ini Namun Tuhan Masih Tetap Mengizinkan mereka Bersama Dengan Tak
Merubah Apapun Dari Perasaannya..
*
.Flashback
Sepulang Dari Restoran Dimas Meminta Michelle Menemuinya Di Taman komplek Yang Tak Jauh Dari Rumah Mereka masing-Masing..
Dimas Membawa Sebucket Bunga Mawar Merah dan Sebuah Kotak Berlian Berisi Cincin Untuk Michelle Malam Itu... Dimas Melamar Michelle Di Tempat Yang terbilang Sederhana Namun Kenyataan Pahit Berpihak Padanya, Dimas Di Tolak Dengan Satu
Alasan Yang Tak Bisa Di Ungkap Oleh Michelle.. Bintang Menjadi Saksi, Namun Bulan Seakan Tahu Isi Hati Dimas, Ia Bersembunyi Di Balik
Awan Yang Meredupkan Sinarnya Seperti keadaan Dimas Kala Itu.. Namun Yang Namanya Hidup Telah di atur Oleh Takdir Dan Takdir Masih Menginginkan Mereka Bersama..
Satu Penolakan Dari Michelle Menumbuhkan Sejuta Semangat Bagi Dimas...
.FlashbackOff
*
"Tidak Akan Ada Yang Merubah Apapun Sayang.. Jangan Menangis.. Aku Akan Tetap Di sini, Menunggunu Sampai Kamu Siap Karena alasan Bahagiaku adalah Kebahagiaanmu,
Always Love U Michelleku" Ujar Dimas Lalu Mengecup Kening Michelle Berulang-Ulang.
***
Lamborgine Yang di Bawa Kemudi Ali Berbelok Di Salah Satu cafe. Setelah Mendapat Parkiran Ali Segera Membuka Pintu Mobil lalu Menggandenga Tangan Marsya Menuuju Cafe tersebut..
Segala Rasa Hormat Telah Mereka Dapat Mulai Dari Pintu Masuk sampai Ali Dan Marsya masuk Ke Ruangan VVIP Yang telah di pesan Ali Lebih
Dahulu... Semua Telah Di Setting Dengan Hanya Menggunakan Tiga Warna Lampu.. Merah Sebagai Warna Kesukaan Marsya, Putih Sebagai Lambang Kesucian Cinta Mereka dan Biru Sebagai Warna Kesukaan Ali... Mata Marsya Berbinar Melihat Semuanya telah di Bentuk Sedemikian Indah Oleh Ali.. Keremangan Di Dalam Ruangan Itu Menambah KeRomantisan Saat Itu...
"Sayaang... Ini Indah Banget... Aku Sukaa..!" Kata Marsya Seraya Memeluk Ali. Mereka Lantas Duduk Dan Menikmati Hidangan Yang Telah Di Sediakan Sebelumnya...
"Kok Pake Tudung Yank..?" Tanya Marsya Heran. Ali Hanya Tersenyum Menanggapinya
"Aku Buka Yah..!"
Ujar Marsya Dan Detik Berikutnya Matanya Seakan Ingin Keluar.. Bukan Makanan Yang ada di dalamnya Melainkan Sebuah Cincin Berlian.
"Will You Marry Me..?"
Ujar Ali.
"Hah..?!" Marsya Kaget Mendengar Ucapan Ali..
"Sya.. Will You Marry Me..?"
"Li.. Kamu Serius..?? Ini.... Ini Kamu Ngelamar Aku...?" Ali Mengangguk Mantap.. Seketika Air mata Marsya Menetes..
"Jadi...??" Tanya Ali lagi
Dan Marsya Hanya Mengangguk..
"Apaan Tuh..?"
"Yes...! I will Ali.." Ujar Marsya
Lantang lalu Memeluk Ali.
Selanjutnya Ali Memasangkan Cincin di Jari Manis Marsya Lalu Mengecupnya...
***
Karena Tak Perlu Mewah Jika Hanya Ingin Bahagia.. Sederhana Lebih Baik...
*
Please Gak Usah Protes.. Ikut Alur Ajaa..
Tbc

Like Magic [END] + [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang