Books 22 [END]

1.7K 119 23
                                    

YOONGI, YANG tampak necis dalam balutan busana beledu merah marun dan syal dari bahan renda Dresden, dengan rambut yang disisir kebelakang dan menampilkan jidatnya, datang ke Grosvenor Square atas permintaan Hoseok untuk bersantap sebelum pergi bersama sang adik ke Vauxhall Gardens. Berkat kehadiran Yoongi, Hoseok tidak perlu berduaan saja dengan suaminya. Dengan begitu, jika Taehyung bermaksud mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membuat kikuk, Hoseok berpikir bahwa Yoongi akan lebih bisa menjawab ketimbang dirinya.

Namun demikian, Taehyung ternyata bersikap amat simpatik dan berbaik hati memperbincangkan aneka topik yang biasa-biasa saja. Satu-satunya momen menegangkan adalah ketika Taehyung berjanji menyusul mereka ke Vauxhall andaikan Namjoon tidak menahannya di rumah terlampau lama.

“Tapi, kita tidak perlu mengkhawatirkan itu,” kata Yoongi selagi naik ke kereta, ke samping Hoseok. “Namjoon sudah bersumpah akan menyibukkan Taehyung hingga tengah malam. Pada saat itu, kita tentu sudah mendapatkan kembali bros busuk itu. Akhirnya!”

“Bukan b-bros busuk!” kata Hoseok. “Itu pusaka keluarga!”

“Mungkin memang pusaka keluarga,” kata Yoongi, “tapi bros itu sudah menyusahkan melebihi nilainya sebagai pusaka keluarga. Saat ini, mendengarnya disebut-sebut saja aku sudah sebal.”

Kereta menurunkan mereka di dekat kanal. Dari sana, mereka meneruskan perjalanan dengan menaiki perahu yang disewa Yoongi. Masih tiga jam sebelum tengah malam dan mereka berdua sama-sama sedang tak ingin berdansa. Sir Yijeong menemui mereka di pintu masuk taman dan, dengan sangat sopan, mengulurkan tangan dengan gagah demi membantu Hoseok turun dari perahu ke dermaga sembari mewanti-wantinya agar kakinya yang bersepatu-sutra tidak menginjak lantai basah. Selagi menuntun Hoseok di salah satu jalan setapak yang menuju pusat taman, Sir Yijeong memintanya agar tidak waswas. “Saya yakinkan Tuan bahwa saya dan Yoongi akan memasang mata baik-baik!” katanya.

“Aku t-tidak waswas,” timpal Hoseok. “Aku s-sangat ingin bertemu Lord Jeon, sebab aku setengah mati ingin memberitahukan p-pendapatku mengenai dirinya!” Mata Hoseok yang berwarna gelap tampak menyala-nyala. “Kalau bukan karena takut skandal,” dia mengumumkan, “k-kunyatakan bahwa kuharap dia menculikku! Dengan demikian, aku b-bisa membuatnya menyesal k-karena sudah coba-coba!”

Dengan saru lirikan saja ke wajah Hoseok yang merengut galak, Yijeong menyimpulkan bahwa pria belia itu serius.

Setibanya di paviliun, mereka mendapati bahwa selain tari-tarian dan hiburan lain, sebuah oratorium tengah dipertunjukkan di aula konser. Karena Yoongi dan saudaranya sama-sama tidak ingin berdansa, Yijeong menyarankan agar mereka duduk sebentar dan mendengarkan pertunjukan tersebut. Yijeong sendiri bukan penggemar musik, tetapi satu-satunya pengisi waktu yang mungkin bisa dinikmati oleh Yoongi ataupun Hoseok adalah permainan kartu. Untungnya, Yijeong dengan bijak mencegah mereka masuk ke ruang kartu, dengan berargumen bahwa begitu keduanya duduk untuk bermain, mereka akan melupakan tujuan awal ekspedisi mereka ke Vauxhall.

Hoseok serta-merta menerima usulan Sir Roland, sebab segala jenis hiburan terkesan sama saja baginya sampai dia kembali mendapatkan bros bundarnya. Hoseok mengatakan bahwa barangkali mending menyimak pertunjukan musik daripada jalan-jalan di taman atau duduk-duduk di bilik, yang tentu membosankan karena tidak ada yang dapat dikerjakan selain menonton orang lain lalu lalang. Oleh sebab itu, mereka pun beranjak ke aula konser. Selebaran yang dibagikan kepada mereka di pintu menginformasikan bahwa oratorium itu adalah Susanna karya Handel, alhasil nyaris membuat Yoongi membalikkan badan seketika. Andaikan dia tahu komposisi tersebut digubah oleh si Handel, dia tidak sudi dekat-dekat, apalagi membayar tiket seharga setengah guinea. Yoongi pernah menemani ibunya ke pementasan Judas Maccabeus. Tentu saja dulu Yoongi tidak punya gambaran sedikit pun apa tepatnya itu karena, jika dia tahu, bakti kepada orangtua sekalipun takkan mampu memaksanya untuk ikut. Karena sekarang sudah tahu, dia sama sekali tidak berhasrat menyiksa diri untuk kali kedua.

The Convenient Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang