MR. PARK BOGUM lulusan Queen’s College, Cambridge, dianggap sangat beruntung oleh kerabatnya karena telah mendapatkan jabatan sebagai sekretaris Earl of V. Dia pribadi lumayan berpuas diri, sebab pekerjaan sebagai staf sebuah marga bangsawan adalah batu lompatan yang bagus menuju karier sebagai pejabat publik. Kendati begitu, Bogum yang berwatak serius sebetulnya ingin lebih aktif dalam urusan kenegaraan. Lord V ada kalanya dapat dibujuk untuk menghadiri rapat Majelis Tinggi dan kerap melontarkan suara merdu dan malasnya untuk mendukung sebuah mosi, tetapi dia tidak memiliki kedudukan di kementerian apa pun dan tidak menunjukkan secuil pun hasrat untuk bergelut dalam dunia politik. Jika Lord V berencana untuk bicara, Bogum akan diminta menyiapkan naskah pidato, yang dikerjakannya dengan penuh semangat dan antusiasme. Sambil menulis, dia membayangkan dirinya sendiri mengucapkan kata demi kata itu dengan suara jernih. Ketika naskah rampung, Lord V biasa melirik berlembar-lembar tulisan tangan eloknya, kemudian berkata, “Mengagumkan, Bogum, sungguh mengagumkan. Tapi tidak sesuai dengan gayaku, bukan begitu?” Dan Bogum dengan sedih mesti menyaksikan tangan Lord V menggerakkan pena bulu untuk mencoret sejumlah besar kalimat panjang kebanggaannya. Lord V, yang rupanya paham akan kekecewaan Bogum, lantas mendongak dan berkata sambil menyunggingkan senyum menawannya, “Aku memahami perasaanmu, Bogum, percayalah padaku. Tapi, kau tentu tahu bahwa aku ini lelaki yang banyak gaya dan kurang cerdas. Para anggota Majelis Tinggi pasti terkejut jika mendengarku menyampaikan sentimen yang demikian menggebu. Ini tidak cocok.”
“Tuan, boleh saya katakan bahwa Anda justru ingin dianggap sebagai lelaki yang banyak gaya dan kurang esensi?” tanya Bogum, agak ketus. Andaikan tidak menaruh respek pada sang majikan, dia mungkin akan bersungut-sungut.
“Silakan, Bogum. Kau boleh berpendapat sesuka hatimu,” timpal Lord V dengan riang.
Walaupun sudah diberi izin, Bogum tidak mengucapkan apa-apa lagi. Menegur Lord V sama saja dengan buang-buang waktu. Alih-alih mengindahkan masukan sang sekretaris, pria itu paling-paling akan menyuruh Bogum tutup mulut, sekalipun dengan sikap ramah dan binar geli di mata kelabunya yang menampakkan ekspresi bosan. Bogum terpaksa berpuas diri dengan mengkhayalkan masa depannya saja dan terus membereskan urusan sang majikan secara saksama. Dia tetap tidak sudi menerima cara hidup sang Earl, sebab Bogum adalah anak pendeta dan dididik ketat menurut adab kesusilaan. Bogum terutama mengecam keras kegemaran Lord V bergaul dengan wanita cantik genit, semisal Bae Irene dari Opera House atau Lady Nancy. Mula-mula dia merasa muak dan belakangan—ketika sudah menjadi sekretaris Lord V selama dua belas bulan—prihatin.
Kali pertama melihat sang Earl, Bogum tak dapat membayangkan bahwa dirinya mampu menyukai, atau bahkan memaklumi, si pemalas sarkastis yang kebanyakan lagak ini, tetapi dia ternyata tak kesulitan menyukai serta memaklumi pria tersebut. Pada penghujung bulan pertama, Bogum mendapati bahwa sebagaimana mantel Lord V yang berenda dan berparfum menyembunyikan perawakan teramat perkasa, maka matanya yang tampak jemu pun menyembunyikan otak yang cerdas.
Takluk akan pesona bangsawan itu, Bogun akhirnya menerima keserampangan Lord V, bukan dengan persetujuan, melainkan dengan rasa maklum.
Niat sang Earl untuk menikah mengagetkan Bogum. Dia baru mengetahui wacana itu suatu pagi, dua hari sesudah majikannya bertamu ke rumah Lady Jung di South Street. Selagi Bogum duduk di balik mejanya di perpustakaan, Taehyung melenggang masuk sehabis sarapan menjelang siang dan, melihat pena di tangan sang sekretaris, dia langsung mengeluh, “Kau selalu saja sibuk, Bogum. Sebanyak itukah pekerjaan yang kuberikan kepadamu?”
Bogum bangkit dari kursinya di balik meja. “Tidak, Tuan, justru kurang.”
“Kau ini tidak bisa dipuaskan, Sobat.” Lord V melihat kertas-kertas yang dipegang oleh Bogum dan sontak mendesah. “Apa lagi sekarang?” tanyanya dengan pasrah.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Convenient Marriage [END]
Fanfiction"Hoseok, jadi kau tanpa tahu malu meminta Lord V menikahimu?" "Ya," jawab Hoseok tegas. "Aku harus melakukannya." "Dia pasti luput menyadari," ujar Yoongi "bahwa kau gagap." Hoseok mengangkat dagunya. "Aku menyinggung b-bah-bahwa aku g-gagap dan di...