enam

164 25 4
                                    

Diperjalanan

"kau sungguh temanku waktu tk?"

"aku pacarmu! Bahkan hingga sekarang"

"aku serius bertanya, jangan terus bercanda"

"aku lebih serius, kau pacarku hingga sekarang karena kita tak pernah putus"

"hei itu masa kecil, kenapa kau membawa itu hingga sekarang? Itu kan sudah berlalu sangat lama artinya sudah berakhir"

"tidak, kita belum berakhir"

"kita sudah berakhir"

"belum"

"sudah"

"jadi kau sudah ingat? Kau menciumku dan kita berpacaran?"

"tidak" aku ketahuan

"heii kau berbohong lagi, aku tak akan menganggap kita putus kalo kau tidak jujur"

"baik aku ingat semuanya sekarang, jadi kita putus!!!!"

"hehehehe" senyum-senyum

Nampaknya Chan tersenyum bahagia, senyumnya mengeluarkan suara.

"lagian kita tidak bisa mengatakan itu karena kau pergi dengan tiba-tiba, dan kita terlalu kecil untuk saling menghubungi maka kuanggap kita berakhir."

"saat ku pergi, apa kau menangis? Aku menangis"

"hmmm iya"

"bagaimana? Bagaimana kau menangis?"

"aku tak begitu ingat, tapi mamaku bercerita saat kau pindah aku sering sekali menangis, karena teman baikku sudah pindah. Tapi lama kelamaan aku baik-baik saja, tapi tak mau berteman dengan banyak orang"

"wah sebesar itu aku bagimu. Kalau sekarang bagaimana?"

"aku baik-baik saja tanpamu"

"tapi tampaknya tidak"

"apa maksudmu?"

"aku lihat kau sering menyendiri"

"tidak, aku juga berteman dengan banyak orang, hanya saja tidak sedekat teman baik"

"benarkah?"

"tentu saja! Kenapa? Apa kau tak percaya?"

"tentu aku percaya"

"sekarang giliranku, bagaimana denganmu?"

"aku tak bisa berteman juga, hingga sekolah dasar berakhir aku sulit berteman, aku banyak bertanya kapan aku pindah lagi kesini"

"hmm begitu"

.

.

Ternyata benar dia masih ingat dengan persis dimana rumahku, ia mengantarku hingga depan rumah.

"terimakasih"

"kenapa perjalanannya dekat sekali?"

"karena kita mengobrol"

"tidak! Aku rasa karena aku sangat bahagia bersamamu"

"kau mengatakan ini pada banyak wanita kan? Aku tidak mempan"

"aku tak pernah melupakanmu, sungguh"

"apa ini menggelikan sekali. Aku tahu hanya dengan melihatmu kau punya banyak wanita"

"tidak"

"pembohong! Hahaha"

"sungguh, aku tidak pernah berpacaran, meski ia memohon. Aku selalu berkata pada mereka aku sudah punya pacar."

"kau ini lucu sekali, kau mematahkan banyak hati"

"itu karenamu"

"kalau begitu maaf. Sekarang kita sudah berakhir, maka berpacaranlah"

"serius?"

"kenapa bertanya?"

"kalau begitu, mau kau menjadi pacarku?"

"aku tak suka kau bercanda mengenai hati"

Aku jalan pergi masuk, tapi dia memanggil

"hei pendek"

"apa lagi?"

"helm ku, kembalikan"

"oh maaf, ini terimakasih"

Aku malu, aku buru-buru masuk, tapi ia memanggil lagi

"pendek!"

"apa lagi?"

"tak apa, aku akan menunggu. Jangan abaikan aku" lalu tersenyum dan ia pergi dengan motor lama ayahnya itu.

"ya hati-hati"

.

.

Malam ini aku baca beberapa buku untuk kuliah besok, tapi chan muncul. ibu dan ayahku sangat menyangiku apalagi sewaktu aku kecil, saat aku menangis ibuku menenangkanku, lalu mengecup bibirku yang cemberut, lalu berkata jangan menangis lagi dan aku berhenti menangis. Saat itu, aku melihat chan duduk dibawah pohon sekolah sembari menangis dan membuat gambar ditanah, aku menghampirinya dan bertanya kenapa? Tapi ia terus menangis, saat itu aku masih sangat kecil untuk mengerti apa yang harus aku lakukan,lalu kulakukan hal yang sama seperti apa yang selalu dilakukan kepadaku. Lalu ia berhenti menangis, aku tersenyum. Kau tampan, jangan menangis lagi. Sejak itu kami sering bermain bersama. Aku tertawa saat ingat kelakuannya yang tak berubah, chanyeol, ia kembali.

--Chanyeol VOW--

Aku kembali ke daerah ini lagi setelah banyak memohon pada ayahku. Sayangnya aku tak bisa membeli lagi rumahku yang dulu, padahal rumah itu sangat dekat dengan rumahnya. Aku kini tinggal sendiri, dengan mendapat biaya dari orangtuaku di Seoul. Aku menemukannya saat aku mengurus kepindahan kuliahku, hatiku berdegup saat ia lewat. Aku menoleh dan mendapati wanita cantik itu dipanggil dengan nama yang selalu kucari. Aku menemukanmu!

.

.

Aku merebahkan diri diatas sofa ruang tengah lalu menyalakan tv. Aku memandangi foto masa kecil yang ku simpan bertahun-tahun dalam dompetku. Satu-satunya foto saat ku bermain bersamanya dengan amat bahagia. Ibuku yang memotret dengan kamera barunya saat itu.

"dia masih saja cantik, masih saja mudah marah, tapi hatinya lembut" aku senyum-senyum sendiri.

Tapi tampaknya ia sedang jatuh hati pada sunbae itu. Saat itu dia tersenyum lalu merapikan rambutnya waktu sunbae itu datang, ia bahkan kadang mengabaikan ceritaku saat mengobrol dengan sunbae, dan dia lebih memilih pulang bersama sunbae.

"hei pendek! Aku kecewa! Kau mengabaikanku hah? Lagian apa juga hebatnya kyungsoo sunbae, dia akan mengabaikanmu, dia juga dingin, aku tak bisa melepaskanmu pada lelaki seperti itu. Haruskah kurebut hatinya?"

--My VOW--

Saat ku masuk kelas, teman-teman kelas amat ribut, entah apa yang mereka bicarakan. Aku mengabaikan itu, tapi salah satu dari mereka bertanya padaku.

"kau benar-benar tak mau mengakuinya?"

"mengakui apa?"

"kau pacarnya chanyeol! Jelas-jelas kau kemarin pulang bersama"

"tidak, biar ku perjelas. Aku ini teman masa kecilnya, teman masa kecilnya, teman masa kecilnya dan sekarang kuharap kalian tidak lagi banyak bertanya. Thank you"

Salah satu mahasiswi berkata "baiklah jika begitu saat aku pacari chanyeol kau jangan marah ya"

"te...tentusaja!" aku tersenyum kikuk

Saat belajar serius seperti ini aku merindukan kyungsoo sunbae, apa kabarnya? Aku mencek handphone ku

-1 panggilan tidak terjawab-

-1 pesan masuk-

"pendek, bisa kita bertemu?" sunbae mengirimku pesan

Aku kaget dan kegirangan bukan main.

"tentu saja sunbae"

"kutunggu kau ditaman"

Ada apa ini? Tiba-tiba saja sunbae ingin bertemu, aku senang tapi juga bingung.

[END] Something to Remember (You X Chanyeol X Kyungsoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang