Chapter 2

2.5K 223 11
                                    

“Hyung, sore ini aku pergi ke lotte mall ya. Beli beberapa alat sekolah?” Jihoon sedang berbicara dengan Chanyeol lewat telpon genggam miliknya.

“Oh iya, hyung lupa menyiapkan itu. Pakai saja black card yang hyung kasih padamu. Beli apapun yang kau mau dan ku jamin isinya tak akan habis.”

"Baik Hyung, aku sudah mengecek saldonya yang cukup fantastis. Ku yakin tak akan bisa menghabiskannya walau sepersepuluh.”

“Ya sudah hati – hati mengendarai mobilnya ya, ingat kau belum punya SIM.”

“Iya Hyung aku tau. Dijamin aman.”

“Hyung ada meeting sebentar lagi, mungkin Hyung akan pulang larut malam. Ku harap kau makan dengan baik di rumah. Walaupun tak ada maid, kau bisa panaskan makanan dalam kulkas. Bisa kan?”

“Tenang saja Hyung, pikirkan saja dirimu sendiri. Jangan telat makan hanya karena mementingkan pekerjaan.”

“Hehee, kau sungguh tahu diriku Jihoon-ah. Lagi pula disini ada Baekhyun. Dijamin Hyungmu ini tidak akan kelaparan.”

“Oh iya, aku lupa Baekhyun Hyung kan juga bekerja disitu. Bye – bye Hyung.”

“Bye.”

Jihoon menutup telponnya. Jika diingat – ingat, Baekhyun berpengaruh besar dalam perubahan Chanyeol. Ia harap Bakhyun menjadi yang terakhir untuk hyungnya karena ia tahu bahwa Hyungnya sangat mencintai namja manis itu. Oh cinta, apakah memang semanis itu? Jihoon berharap ia juga akan menemukan cintanya tak lama lagi.

.
.
.
.
.

Jihoon pun memasuki salah satu kawasan etalase di mall terbesar itu. Terlihat beberapa pasang boneka dari yang kecil hingga extra besar berjejer dihadapannya.

“Ah Lucuu..” Jihoon menahan gemasnya.

Setelah berjalan – jalan mengitari mall diiringi dengan belanjaannya yang cukup banyak, akhirnya ia bisa melihat – lihat benda kesukaannya itu.

Berjalan di Lorong – Lorong yang penuh boneka membuatnya menatap takjub. Tak digubrisnya perdebatan yang terjadi tak jauh darinya.

Terlihat sepasang kekasih yang sedang adu argumen memilih boneka. Si wanita tak henti – hentinya menanyakan keimutan bermacam boneka yang dipegangnya sehingga membuat lelaki yang bersamanya terlihat menahan kesal.

“Oppa, bukankah yang ini imut? Atau yang ini? Yang ini juga menggemaskan?”

“Astaga. Bisakah kau tinggal pilih salah satu dari mereka dan kita langsung pergi dari sini. Aku muak melihat bermacam – macam makhluk menjijikkan yang tak hidup ini.”

Jihoon terdiam mendengar perkataan lelaki disampingnya. Menjijikkan katanya? Huh yang benar saja.

Jihoon mengambil langkah besar – besar untuk segera pergi keluar dari etalase boneka – boneka itu.

Moodnya benar – benar hancur sekarang. Entah kenapa ia terus memikirkan kata – kata yang dilontarkan namja tak dikenalnya itu.

Apakah seorang lelaki memang tidak boleh menyukai boneka? Chanyeol hyung tidak menyukai boneka. Appa dan Haraboji juga. Dan namja tadi apalagi. Apa berarti aku namja yang menjijikkan? Aish..  Tapi Baekhyun Hyung menyukai boneka Rilakkuma. Yeah, walau tak sepertiku yang menyukai semua jenis boneka.

Jihoon telah keluar dari mall besar itu lalu menatap langit malam. Tak disangka ia telah menghabiskan banyak waktu untuk berkeliling mall. Ia segera melajukan mobilnya pergi meninggalkan halaman parkir mall untuk pulang melepas penat.

Sesampainya di rumah…

“Anyeong, Jihoonie..” Seorang namja sesama mungil namun lebih tua darinya menyambutnya di depan pintu.

“Baekie Hyung.” Jihoon segera memeluk kekasih hyungnya itu, meninggalkan beberapa kantong belanjaan yang langsung berserakan di lantai karena dihempaskannya secara tiba – tiba. 

“Aku merindukanmu, Hoonie.”

“Aku apalagi Hyung.”

“Ehem.”

Kedua namja yang berpelukan itu lantas melepaskan pelukan mereka dan langsung menatap si perusak suasana.

Chanyeol segera membereskan belanjaan Jihoon dan langsung membawanya masuk dengan wajah yang tertekuk masam.

Astagaa. Ingatkan Jihoon bahwa Hyungnya itu sungguh pencemburu.

Baekhyun menatap Jihoon memberi kode tentang apa yang harus dilakukan pada Chanyeol yang sedang merajuk.

Oh ayolah, Chanyeol sudah dewasa sekarang kenapa masih bisa merajuk.

“Baiklah Hyung, aku akan mencobanya.” Jihoon segera melangkah masuk diikuti Baekhyun yang sedang menahan senyumnya.

“Hyung, maaf.. Aku terlalu senang bertemu Baekie Hyung jadi aku melupakanmu sejenak.”

Jihoon menatap malas Hyungnya yang tengah duduk di sofa tak menghiraukannya.

“Chanyeol Hyung yang paling tampan, pintar, gantle, baik dan paling pencemburu. Maafkan Jihoonie ya.”

Jihoon memeluk leher Chanyeol dari belakang merasakan Hyungnya yang menegang.

Apa katanya? Cemburu?

“Hei! Hyung tidak pencemburu Jihoon-ah.”

“Hmm? Benarkah? Kalau begitu Baekie Hyung buat ku saja ya?”

Jihoon melepaskan pelukannya perlahan namun tangannya ditarik hingga membuatnya jatuh terduduk di sofa. Huft, jangan lupakan tenaga Hyungnya yang kuat sekali.

“Aku tidak akan membiarkannya Jihoonie.” Chanyeol langsung menggelitik leher Jihoon.

“Hyung , kau curang.”

Jihoon segera melepaskan diri dari cengkraman Hyungnya dan berhasil walau dengan napas yang terengah – engah.

Baekhyun yang melihat adegan itu  tertawa senang tak menyangka kedatangannya kesini disambut dengan pergulatan kakak beradik itu.

“Huh, aku pergi ke kamar saja. Kalian sama menyebalkannya.”

Jihoon segera beranjak mengambil beberapa kantong belanjaannya dan meninggalkan sepasang kekasih yang sedang menertawakan dirinya itu.

“Kau tidak ingin makan malam dulu Jihoonie?”

Baekhyun meneriaki Jihoon yang sudah membuka pintu kamarnya.

“Tidak, besok saja. Moodku benar – benar bertambah buruk karena kalian berdua.” Jihoon menoleh dan langsung menutup pintu dan menguncinya.

Huh, hari ini ia benar – benar lelah sekali.

Mungkin dengan mandi akan mengurangi rasa penatnya walau sedikit.

Jihoon pun beranjak mandi dan langsung tertidur setelah menyiapkan keperluan sekolahnya besok tanpa tau apa yang akan menyambutnya nanti.

BULLYING [Panwink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang