Chapter 17

1.6K 99 20
                                    


Chap sebelumnya..

"Apa kau menyukainya?" Jihoon menjatuhkan rahangnya mendengar pertanyaan absurd tersebut.

Suka dalam artian bagaimana?

"Aku menyukainya sebagai teman. Jika kau bertanya dengan maksud selain itu, aku tidak memiliki perasaan khusus untuknya. Maaf bila pertemanan kami membuatmu cemburu."

Jihoon memainkan sumpit di mangkuk miliknya yang masih tersisa tiga per empat. Nafsu makannya menguap tiba - tiba membuatnya kehilangan selera.

"Aku tidak cemburu. Dan asal kau tahu aku tidak tertarik pada wanita apalagi sampai menyukai Minjoo yang notaben adalah sepupuku sendiri, karena aku-"

"Hmm karena aku-

Menyukai-

Lelaki."
Tunggu!
Apa?
Gay?!

_________________________________________

Chap 17..

Jihoon mendelikkan matanya, menatap tak percaya atas pernyataan sosok di depannya. Sungguh ia syok tentu saja, namun juga entah kenapa terselip senang di sudut hatinya.

Guanlin mengerutkan alisnya dalam, bingung akan reaksi yang diberikan Jihoon barusan. Terlihat terkejut namun juga tampak binar bahagia di matanya. Entahlah, ia juga tak mengerti.

"Ke-kenapa kau menceritakan hal ini padaku?" Jihoon menelan saliva nya gugup.

"Eumm.. Entahlah. Hanya ingin." Jawaban Guanlin yang terdengar asal seketika mengubah kegugupan Jihoon menjadi kekesalan. Ia pun memukul kepala Guanlin cukup keras. "Aku serius bodoh."

Guanlin tampak tidak terima dan ingin membalas namun sebuah suara menginstrupsi keduanya.

"Jihoonie, kau disini?" Guanlin memutar bola matanya malas sesaat setelah melihat wajah si pemilik suara.

"Tentu saja, Sunbae. Kalau aku tidak disini bagaimana mungkin kita akan bertemu." Jihoon tersenyum dan mempersilahkan Minhyun duduk di sampingnya.

"Ah, benar juga. Eum.. kau sedang kencan, ya?" Minhyun melirik sekilas pada Guanlin lalu tersenyum menggoda Jihoon.

"Kalau sudah tahu jangan bertanya. Mengganggu saja." Guanlin mendelik tajam pada Minhyun yang terkekeh geli mendengarnya.

"Kau sedang pms, ya? Jadi pemarah seperti itu?" Minhyun tak dapat menahan tawanya saat wajah Guanlin memerah menahan marah.

"Kalian saling kenal?" Jihoon akhirnya bertanya setelah melihat interaksi keduanya yang terlihat akrab.

"Yeah, kami bertetangga." Minhyun tampak enggan menjawab.

"Oh ya, apa Chanyeol ada di rumah? Aku ingin menemuinya untuk memberikan laporan."

"Laporan? Chan-Hyung tidak terlibat masalah dengan kepolisian, kan?" Jihoon bertanya khawatir.

"Tidak tidak. Bukan Chanyeol, tapi salah satu karyawannya yang mengambil uang dari dompet perusahaan."

"Ku harap masalah yang ditimbulkan tidak separah yang kubanyangkan."

"Tenang saja. Chanyeol bahkan sudah memecatnya dan kepolisian sudah menangkapnya. Ia takkan bisa lari dari hukumannya."

Jihoon melirik jam di sudut utara kedai.

"Sepertinya Chan-Hyung sudah ada di rumah. Ia juga tidak mengabariku jika akan pergi ke suatu tempat." Jihoon mengecek ponselnya. "Kita bisa pergi bersama."

"Pergi bersama?"

"Iya. Sekalian saja Minhyun Sunbae nanti pulang bersamamu, kalian kan bertetangga." Jihoon menatap Guanlin yang tampak tidak senang dengan ide yang dicetuskannya barusan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BULLYING [Panwink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang