Chapter 4

2K 218 9
                                    

"Ayolah, saem. Aku perlu sekarang. Aku akan membayarnya besok."

Jihoon menangkupkan kedua tangannya memohon pada penjaga koperasi.

"Tidak. Tidak bisa. Aku takkan kena tipu lagi oleh murid - murid nakal seperti kalian. Bilang besok bayar eh sampai lulus pun tak ada kabarnya."

Guru itu bersedekap menatap Jihoon tanpa kasihan.

Oh astaga. Jihoon hanya lupa membawa uang kash dan black card dan kartu atm-nya tidak bisa digunakan dalam situasi ini.

"Ayolah Jisung-saem. Aku transfer saja ya?"

"Tidak boleh."

"Tapi kata Jong Dae-saem, aku boleh mencicil pembayarannya."

"Ku bilang tidak bisa ya tidak. Lebih baik kau pergi dari sini. Dan jangan menggangguku menonton drama favoritku."

Jisung mengalihkan atensinya pada drama yang sedang tayang di televisi.

"Oh Sehun, kenapa kau tampan sekali. Aku kan jadi cinta." Jihoon melongo mendengarnya.

"Aku akan memberikan tanda tangannya jika kau menyerahkan pakaian ganti padaku sekarang, Saem."

"Yak! Jangan terlalu berkhayal. Sudah pergi sana." Jisung mendengus kesal tetap menatap televisi di depannya.

Aish ayolah. Oh Sehun si aktor terkenal itu adalah sahabat Hyungnya. Bahkan jika ia meminta si aktor itu untuk datang ke sekolahnya sekarang, dijamin ia takkan menolak.

Hufft...

Apa yang harus kulakukan sekarang..

Jihoon berjalan gontai berniat kembali ke kelasnya, namun terdengar perbincangan yang menarik perhatiannya. Sebenarnya ia tak bermaksud untuk menguping, tapi salah satu suara mengingatkannya pada seseorang.

"Baiklah. Kalian beli apapun nanti oppa yang bayar."

"Benarkah?"

"Tentu saja."

"Yeay. Gomawo oppa."

Jihoon mendekat mencoba memastikan pendengarannya tidak salah.

"Park Woojin."

Jihoon memanggil namja yang menurutnya tak asing itu.

Namja serta tiga yeoja yang bergerombol itu mengalihkan atensi mereka menatap Jihoon.

"Sekarang kalian boleh pergi. Aku ada sedikit urusan dengan orang itu."

Woojin tersenyum memunculkan gingsul seksinya yang seketika membuat ketiga yeoja tadi memekik histeris lalu beranjak pergi.

Woojin memperhatikan namja di depannya intens. Merasa tidak mengenalinya walau suaranya terdengar mirip dengan seseorang yang dikenalnya.

"Siapa kau?"

"Park Jihoon"

"Eh?"

"Kau melupakanku? Aku Park Jihoon" Jihoon bersedekap dan memberengut menatap Woojin kesal.

"Tidak mungkin."

"Apanya yang tidak mungkin Buluk."

Jihoon menghela napas frustasi. Mengapa hari ini ia terus diremehkan oleh orang - orang.

"Yak! Kau berani mengataiku Buluk! Hanya Jihoon-ku yang boleh memanggilku seperti itu."

"Ya memang aku Jihoon-mu."

"Huh! Kau kira aku percaya?"

"Aish!! Bukankah kita dikenal dengan sebutan Bunsodan karena sering memakai benda berwarna pink saat di JHS dulu. Ternyata kau memang sudah lupa."

Jihoon mengusap kasar rambutnya yang mulai mengering.

Tunggu .. Bunsodan... itu adalah julukan yang diberikan orang - orang padanya dan Jihoon. Apa mungkin orang ini benar - benar Jihoon-nya?

"Jadi kau Jihoon adik Park Chanyeol?"

"Yeah." Jihoon menganggukkan kepalanya semangat.

"Kapan tanggal lahirku?"

"2 November 1999."

"Apa yang paling aku takuti?"

Jihoon memutar bola matanya malas. Kenapa malah jadi sesi tanya jawab kuis?

"Lebah dan ketinggian."

"Hubungan apa yang kita miliki?"

"Yak! Kenapa kau tanyakan hal bodoh seperti itu Hah! Tentu saja sepupu. Mana mungkin aku mau hubungan yang lebih dari itu dengan namja buluk sepertimu."

"Hff...Haahaaa..haahaa.."

Woojin tertawa kencang melihat wajah Jihoon yang sudah memerah menahan amarah. Woojin membayangkan perempatan siku - siku terbentuk dan asap imajer keluar dari kepala sepupunya itu.

"Yak! Kau berubah begitu banyak Jihoonie. Jujur aku bahkan tak mengenalimu."

"Beginilah aku sekarang. Hanya bersikap sederhana."

"Kau begitu lama di Jepang. Aku merindukanmu."

"Aku juga merindukanmu."

Woojin memeluk Jihoon namun tersadar bahwa yang dipeluknya itu sedikit basah.

"Tunggu.. Apa yang terjadi Jihoon-ah? Kenapa.. kau.. basah?"

Woojin menatap Jihoon penuh tanya.

"Hmmm.. i-ituu.. Hanya masalah sepele. Oh iya, boleh aku pinjam uang kash mu? Aku memerlukannya sekarang untuk mengambil seragam ganti pada Jisung-saem."

"Yak! Bukannya kau punya banyak uang?!"

"Aku hanya membawa kartu atm yang diberikan Hyungku. Sedangkan Jisung-saem meminta pembayaran secara langsung."

"Hahahaa, kau sungguh sial." Woojin tertawa untuk kesekian kalinya.

"Baiklah aku pinjamkan, tapi bayarnya harus dua kali lipat."

"Astagaaa. Kau masih sama seperti dulu. Dasar matre."

"Oke kalau begitu aku pergi."

Woojin membalikkan badannya namun tangannya ditahan oleh Jihoon.

"Baiklah aku turuti maumu. Cepat berikan aku uangnya, aku sudah kedinginan dari tadi."

Woojin mengeluarkan dompet kulitnya lalu memberikan sejumlah uang pada Jihoon.

"Gomawo, aku akan mentransfer uangnya sepulang sekolah nanti."

Jihoon segera beranjak pergi diiringi senyum lebar Woojin yang senang akan keberuntungannya hari ini.

TBC.

*JHS : Junior Hanyang School

6. Park Woojin

19 tahun    Kelas 3B    Ketua eskul dance    Sangat menyukai ketenaran    Paling care sama fans - fans Bully cs

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

19 tahun
    Kelas 3B
    Ketua eskul dance
    Sangat menyukai ketenaran
    Paling care sama fans - fans Bully cs

BULLYING [Panwink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang