Chapter 1

3.9K 265 13
                                    

Bandara Incheon terlihat ramai. Namja itu lantas berdiri dari duduknya mendongak dan menoleh ke kanan dan ke kiri saat orang – orang mulai berdatangan. Sudah 15 menit berlalu sejak kedatangan pesawat dari Jepang yang ditunggunya itu, namun orang yang ditunggunya sejak tadi belum juga memunculkan batang hidungnya. Ia sudah kesal setengah mati disuruh menunggu, karena sebelum ini tak ada yang pernah berani membuatnya menunggu. Yah tentu saja kali ini ia akan mengalah karena orang yang ditunggunya itu begitu spesial dan berharga baginya.

“Chanyeol Hyung.” Seru seseorang dari belakangnya.

Ia sontak berbalik dan mendapati seseorang berperawakan mungil sedang menatapnya.

“Astagaa. Kenapa lama sekali. Kau tau, kau sudah membuat Hyung lumutan karena menunggumu.” Chanyeol mengusap keringat di dahinya perlahan.

"Hei! Bukannya menyambutku kau malah mengomel. Kau tidak sayang denganku?” Lelaki mungil itu mengerucutkan bibirnya kesal.

Astaga. Ia terlihat begitu menggemaskan sekarang.

“Baiklah, maafkan Hyung. Tentu saja aku sayang denganmu Jihoonie. Bagaimana mungkin aku menunggumu hingga berpeluh begini sedangkan aku tidak pernah dibuat menunggu. Tapi demi adikku tersayang aku rela melakukan ini.”

Chanyeol memeluk namja mungil dihadapannya itu erat.

Sudah 3 tahun ia tidak bertemu secara langsung dengan adik satu – satunya itu karena bersekolah di Jepang. Sungguh ia merindukan sosok manis dan menyebalkan itu.

“Selamat datang kembali ke Korea Park Jihoon.”

“Ya, terima kasih Hyung sudah menungguku.”

Jihoon melepaskan pelukannya lalu menatap Chanyeol dari bawah ke atas. Sepatu hitam, jeans hitam, kaos serta jaket hitam. Tak lupa topi dan masker hitam yang menutup setengah wajahnya.

“Hei! Tentu saja kau berkeringat banyak karena memakai pakaian seperti itu.”

“Aku tidak ingin menarik perhatian orang – orang. Kau kan tau aku ini orang terkenal, apa jadinya jika ada wartawan yang melihatku sedang menunggu bocah ingusan sepertimu.”

“Ish, aku bukan bocah ingusan Hyung. Aku Park Jihoon, bukan bocah.” Tegas Jihoon.

“Baiklah – baiklah, kau pasti Lelah sekarang. Lebih baik kita pulang agar kau bisa langsung beristirahat. Besok Hyung akan mengurus kepindahan sekolahmu.” Chanyeol mengambil koper besar Jihoon dan langsung menariknya seraya berjalan menuju parkiran bandara.

“Oke Hyung.” Jihoon menggenggam tangan Hyungnya dengan senang hati.

.
.
.
.
.

“Jihoon-ah, cepat bangun. Hyung sudah buatkan sarapan untukmu.” Chanyeol mengetuk pintu kamar Jihoon.

“Ya, aku mandi dulu Hyung.” Terdengar sahutan dari dalam menandakan si pemilik kamar telah bangun.

“Hyung tunggu di bawah ya? Jangan lama.”

"Oke."

Jihoon mandi sekitar 10 menit lalu membuka lemari di kamarnya.

Wow, banyak pakaian baru bermerk terkenal berukuran pas dengan tubuhnya di lemari itu.

"Pasti Hyung yang membelikan ini semua. Tapi ini sungguh berlebihan. Baju lamaku lebih baik."

Jihoon beranjak menutup lemari dan membuka kopernya. Baju lamanya memang tak bermerk terkenal tapi tetap bagus dan modis. Jihoon si kaya yang sederhana.

Siapa yang tak tau dengan kekayaan keluarga Park. Park Hyungsik dan Park Boyoung, sepasang suami istri pemilik perusahaan Park Corp yang mencakup bidang tekstil dan bangunan. Walaupun keduanya telah meninggal dunia, Park Chanyeol selaku anak tertua (beda 5 tahun dari Jihoon) meneruskan perusahaan terkenal itu hingga berkembang pesat seperti sekarang. Berawal dari berandal nakal yang tak bisa diatur, berubah menjadi pribadi yang tegas dan dingin karena tuntutan pekerjaannya yang tak biasa. Sedangkan Jihoon begitu terpukul saat mengetahui kedua orang tuanya meninggal.

Saat itu keduanya sedang menghadiri peresmian hotel bintang lima milik sahabat mereka di Kanada. Namun naas, terjadi pengeboman di salah satu kamar yang diduga bom bunuh diri dan langsung menewaskan semuanya karena ledakan yang terjadi cukup hebat. Jihoon yang begitu sedih lantas pergi ke Jepang untuk tinggal bersama kakeknya dan meninggalkan Chanyeol sendiri di Korea yang memulai pekerjaannya. Sering kali Chanyeol menelpon Jihoon untuk segera kembali ke Korea, namun tetap dijawab tidak dengan tegas oleh Jihoon. Dan sejak kakek mereka meninggal 1 bulan yang lalu, Jihoon langsung menelpon Chanyeol untuk mengurus kepindahannya ke Korea dan mulai berdamai dengan masa lalu.

“Jihoon-ah, Hyung sudah mengurus kepindahan sekolahmu di SHS kemarin dan besok kau bisa langsung sekolah.”

Chanyeol memulai pembicaraan saat Jihoon sudah duduk di meja makan dan memakan sarapannya.

“Ne, Hyung.”

“Kau tinggal pilih mobil mana yang kau inginkan di garasi untuk kau pakai sekolah, karena Hyung sibuk bekerja jadi tak bisa mengantar dan menjemputmu. Lagian tiga mobil tidak bisa Hyung pakai sekaligus, jadi kau bisa memakainya.”

“Wow, hyung punya 3 mobil?”

"Ya, Lamborghini Reventon, Bugatti Veyron, dan Zenvo st1."

"Kau punya Lamborghini?"

“Tentu saja, kalo itu Hyung yang pakai. Kau pakai yang sisanya saja.”

“Tidak.”

“Kenapa? Kau tidak mau?”

“Tidak.”

“Lalu?”

“Aku naik bus saja.”

“Apa? Naik bus katamu?”

“Ya, aku tidak ingin naik mobil ke sekolah. Itu terlalu mencolok.”

“Astaga Jihoonie. Memangnya kenapa kalau begitu?”

“Aku hanya tidak ingin menarik perhatian. Aku hanya ingin bersekolah biasa seperti murid – murid lainnya.”

“Yak! Aku memasukkanmu ke SHS karena hanya orang – orang pintar dan kaya yang bisa masuk ke sekolah itu. Buat apa aku memasukkanmu kesana jika kau hanya ingin sekolah biasa? Kau adik seorang Park Chanyeol salah satu donator tetap sekaligus alumni sekolah itu. Tak ada yang tak mengenalku , jadi aku tak akan membiarkanmu dipandang biasa saja saat bersekolah disana.” Chanyeol menatap adiknya heran.

“Ayolah Hyung, aku tidak meminta yang aneh – aneh. Jadi biarkan aku ya?”

Chanyeol menatap adiknya semakin heran. Banyak siswa yang ingin bersekolah di sana karena sekolah itu sekolah bergengsi tapi adiknya malah sebaliknya. Apa yang diajarkan kakeknya pada Jihoon selama di Jepang jadi bisa membuat Jihoon yang awalnya manja menjadi begitu baik dan sederhana?  Wah sungguh hebat.

“Baiklah. Tapi jika terjadi sesuatu segera bilang padaku dan aku akan mengurusnya, oke.”

“Oke hyung. Terima kasih.” Jihoon tersenyum senang karena Chanyeol mengabulkan permintaannya.

“Baiklah, Hyung berangkat dulu ya? Kalau kau ingin jalan – jalan ambil kunci mobil di laci bawah tv, dan jangan lupa bilang sama Sooman ahjussi kau mau pergi.”

“Iya hyung, aku akan menelponmu jika aku memutuskan pergi nanti.”

“Nah, itu lebih baik.”

“Hati – hati Hyung.”

“Oke. Hyung pergi sekarang.” Chanyeol memeluk adiknya lalu mengelus kepalanya sayang. Lantas pergi ke luar menuju mobil yang sudah disiapkan oleh Sooman si penjaga rumah.

Jihoon mengedarkan pandangannya mengelilingi rumah. Rumahnya masih sama seperti dulu, hanya berganti warna di beberapa tempat, dan beberapa perkakas tambahan. Rumah yang lumayan besar itu dihuni oleh Chanyeol, ia, dan beberapa maid. Namun saat ini, maid – maid itu sedang diliburkan karena memang waktunya mereka libur.

“Huh, sekarang aku harus beres – beres rumah. Semoga saja cepat selesai.” Jihoon bergumam sendiri lalu pergi ke dapur mengambil beberapa alat kebersihan.

.
.
.

*SHS : Seol High School

BULLYING [Panwink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang