Chapter 13

1.5K 179 59
                                    

"Park Jihoon!"

Brak!!

Bunyi gebrakan meja menghentikan aktivitas semuanya. Lantas menoleh ke asal suara.

"Sudah dua kali kau tak mengumpulkan buku tugas. Lalu sekarang apa lagi? Apa lagi alasannya, hah?!"

"Bu-bukunya hilang, Saem." Jihoon menunduk takut.

"Hilang lagi? Ini sudah yang ketiga kalinya kau bilang hilang. Kejadian seperti itu tak mungkin terjadi berulang kali, bukan? Kau saja yang lupa atau hanya mengarang alasan!"

"Tidak, Saem. Aku tidak mengarang alasan. Bukunya memang benar hilang. Buku pertama hilang di loker. Yang kedua hilang dari dalam tas, dan yang terakhir memang telah saya kumpul dan hilangnya tepat setelah saya kumpulkan pada Saem."

"Kalau sudah dikumpul tidak akan hilang begitu saja, Park Jihoon. Kau saja yang tidak mau mengaku. Keluar dan berdiri di depan kelas!"

Jihoon mendengus kesal atas usiran dari wali kelasnya itu. Ia berjalan gontai ke luar  sambil memikirkan nasib buku tugasnya.

Ia telah mengerjakan semuanya. Dan anehnya untuk ketiga kalinya bukunya kembali hilang tanpa jejak. Satu kelas sudah digeledah dan hasilnya tetap nihil. Bukunya benar - benar menghilang.

"Ah, Bagaimana ini. Kalau begini terus aku bakal tinggal kelas." Jihoon memijit pangkal hidungnya yang mendadak nyeri.

"Eh, tunggu!"

Jihoon memberhentikan tiga yeoja penggemar Samuel yang melewatinya sambil bergosip.
"Sunbae, boleh aku bertanya?"

Jihoon berusaha bersikap sopan untuk bertanya sesuatu namun ketiga yeoja itu diam tak berniat menjawab.

"Kalian tidak sedang mengerjaiku, bukan? Seperti menyembunyikan buku tugas ku misalnya."

Pertanyaan Jihoon membuat salah satu diantara ketiganya menyeringai diikuti tawa jahat ketiganya.

"Memangnya kenapa? Bukankah bagus jika kau dihukum lalu dikeluarkan dari sekolah. Samuel kami akan terbebas dari makhluk cupu seperti mu."

"Sudah ku bilang Samuel itu hanya teman bermain game. Kalian saja yang terlalu protektif."

"Karena kami tak suka namja lemah sepertimu berteman dengannya! Tidak pantas!"

"Yak! Aku tidak lemah!"

"Tentu saja kau lemah! Buku saja kau hilangkan dan tak ada yang menolongmu. Tak ada yang peduli padamu. Bukankah itu salah satu buktinya?!"

"Sebaiknya kau cepat mencari pelindung agar tak ada lagi yang mengganggumu, Park Jihoon."

Ketiganya lantas pergi dan tak lupa menyenggol keras lengan Jihoon.

"Pelindung? Apa aku perlu pengawal?" Jihoon bergumam pelan sambil meneruskan hukumannya.

.
.
.
.
.

"Apa?! Apalagi sekarang?!" Jihoon memekik kaget saat melihat tas nya basah dan mengeluarkan bau tak sedap.

Ini baru istirahat pertama dan pelajaran masih akan berlangsung lama, lagi - lagi ia dikerjai. Jangan sampai ia dihukum seperti kemarin lagi. Ia sungguh malu.

"Hei. Bersihkan tas mu Jihoon-ah, bau nya sangat busuk!" Mina yang duduk tak jauh darinya mendorong Jihoon keluar seraya menutup hidung.

"Ish! Ini sungguh membuatku gila!"

Jihoon melemparkan tas nya ke dalam bak sampah di ujung lorong. Tak ia pedulikan tas mahal maupun buku - buku baru miliknya yang ia buang. Toh ia bisa membeli yang baru. Ia sungguh muak dan sudah lelah dengan segala bully-an yang diterimanya. Apa salahnya hingga ia diperlakukan tak layak seperti itu.

BULLYING [Panwink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang