Jihoon merasa heran, bukankah ia tak pernah melakukan kesalahan. Membolos atau membelot juga bukan sifatnya. Jadi ada masalah apa hingga ia dipanggil ke ruang kepala sekolah. Oke, ruang kepala sekolah, bukan ruang bk.
Tak ingin berbicara langsung pada Guanlin, Jihoon memutuskan mengirim pesan pada Woojin. Cari aman lebih tepatnya.
Dengan gugup kakinya melangkah meninggalkan kantin menuju ruang kepala sekolah sendirian.
Dilihatnya Guanlin berjalan santai di depannya tanpa rasa gugup sedikitpun.
Guanlin membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu dan langsung masuk begitu saja."Huh, dasar tak tahu sopan santun!" Jihoon menggerutu kesal.
Jihoon mengetuk pintu hingga terdengar seruan menyuruhnya masuk, dengan berat hati ia membuka pintu dan memasuki ruangan besar itu.
Terlihat Guanlin duduk di salah satu sofa dengan seseorang yang cukup tua duduk di sebrangnya.
"Silahkan duduk." Ucapnya menunjuk sofa di samping Guanlin. Jihoon membungkuk sopan lalu duduk dengan canggung.
"Kenapa kakek memanggilnya juga?!"
What the.. kakek?
Berarti orang tua di hadapannya ini adalah kakek Guanlin, si pemilik sekolah.
"Kau..!" Tunjuknya pada Jihoon yang langsung membuat Jihoon menelan salivanya gugup.
"..Yang berani terhadap cucuku. Menyemburkan air ke wajahnya dan dengan sengaja menumpahkan bubuk cabai ke minumannya. Benarkah Park Jihoon?"
Jihoon hanya bisa menunduk takut dan menjawab pelan.
"N-ne, maafkan aku. Aku telah kurang ajar pada cucumu."
"Bisa ku tau alasan kau melakukan itu?"
"Dia.. eee.. membully sahabatku. Menyuruhnya ini itu lalu membentaknya. Bahkan ia juga suka memerintah seenaknya pada orang lain. Aku tidak suka makanya aku memberinya sedikit pelajaran. Sekali lagi maafkan aku."
"Kesini. Berdirilah di hadapanku! Aku akan menghukummu!"
Jihoon kembali menelan salivanya gugup lalu berjalan mendekat dan berhenti tepat di depan orang tua itu tetap menunduk takut.
"Kau cucuku. Panggil aku kakek!"
Jihoon terkejut kala kakek Guanlin memeluknya dan mengatakan ia cucunya.
"Guanlin itu anak kurang ajar. Aku tidak suka punya cucu seperti itu. Kau saja yang jadi cucuku, ya?"
"E-eh?"
"Anggukkan kepalamu!"
Jihoon hanya bisa mengangguk patah - patah.
"Aku sudah mendengar semua tentangmu dari guru - guru disini. Sudah pintar, rajin, dan yang terpenting kau berani melawan hal yang tidak pantas. Apalagi kau ternyata semenggemaskan ini."
Kedua belah pipi Jihoon dicubit secara bersamaan membuat Jihoon meringis sakit.
"Jadi kau memanggilku hanya untuk melihat kemesraan kalian? Cih, membuang waktuku saja."
Guanlin melipat tangannya di dada dan menatap malas keduanya.
"Dasar cucu kurang ajar! Ku sita black card-mu baru tau rasa. Lagipula ayahmu sudah menyerahkannya padaku."
Kakek itu mengambil satu kartu berwarna hitam dari dompet dan menunjukkannya pada Guanlin.
"APA?!!"
Guanlin tampak sangat syok melihat kartu itu, lalu memeriksa dompetnya secepat kilat.
Ternyata black card-nya memang hilang.

KAMU SEDANG MEMBACA
BULLYING [Panwink]
FanfictionPark Jihoon si anak keluarga kaya di bully. What? Apa yang salah? Warning⚠️⚠️ BxB! Typo! Bahasa baku tapi tidak sesuai EYD! Tidak suka silahkan pindah lapak!