Vote komen juseyoooo
.
.
.Kelopak mata mulai mengerjap perlahan bersamaan dengan gerak jari yang meraba rasa asing di bawahnya. Sesuatu yang besar dan terasa hangat.
Guanlin terpekur ditempatnya tak berani membuka mata. Gulingnya tak mungkin sebesar ini, juga tak bisa mengeluarkan rasa hangat.
Suara erangan tertahan disertai pergerakan singkat menyadarkan Guanlin sepenuhnya dari berbagai pikiran randomnya. Ia pun membuka mata dengan segera dan menemukan satu wajah familiar di hadapannya.
Deru napas yang teratur berhembus mengenai rambut di dahi Guanlin seakan membelainya dengan kehangatan. Ia tersenyum saat mengetahui ia tertidur memeluk Jihoon yang notaben adalah musuhnya.
Yeah, mungkin sudah naik tahta menjadi temannya sekarang.
Dengan perlahan ia beranjak duduk dan mengalihkan tangannya dari perut Jihoon untuk meraba nakas di samping tempat tidur bermaksud mengambil ponsel. Entah kenapa matanya enggan beranjak menatap wajah polos Jihoon yang tertidur seperti bayi.
Dengan lihai tangannya membuka lockscreen ponsel dan menyalakan kamera. Dengan mencondongkan sedikit badannya ia membidik wajah polos Jihoon dengan rambut acak - acakan dan bibir terbuka setengahnya. Guanlin menahan tawa senangnya setelah mendapatkan foto limited edition tersebut.
Gemuruh suara perut yang lapar menghentikan aksi jahilnya itu. Ia meringis saat ingat hanya memakan sedikit kimbab siang tadi. Ia pun beranjak perlahan tak ingin menimbulkan suara berisik. Berharap Jihoon tak terganggu karenanya.
Guanlin berhenti di anak tangga terakhir, matanya menatap meja makan dengan teliti. Kosong hingga tanpa noda. Kemana perginya kimbab siang tadi? Ia hanya tertidur 3 jam dan hanya memakan satu potong, tak mungkin habis begitu saja mengingat 3 piring besar berbeda isi yang cukup banyak.
"Mencari sesuatu?" Guanlin mengalihkan atensinya ke asal suara. Ayahnya duduk di ujung kursi makan sambil fokus menatap gadget.
"Mana kimbab tadi? Appa tidak menghabiskan semuanya, kan?" Guanlin menyusuri lemari dapur bermaksud mencari kimbab miliknya.
"Tentu saja tidak. Bagaimana mungkin aku bisa menghabiskan sebanyak itu?!" Ayah Guanlin berhenti menatap ganget dan beralih menatap tajam anaknya kesal tidak terima karena menjadi objek tuduhan.
"Lalu, di mana kimbab milikku?"
"Tanyakan pada mereka yang langsung mengambil semuanya!" Tunjuk ayahnya dengan dagu.
Guanlin pun mengalihkan pandangannya ke arah ruang tamu yang terdengar berisik oleh canda tawa. Dengan penasaran ia mendekat dan langsung menatap galak.
Piring - piring kimbab miliknya terlihat berjejer rapi dengan isi yang sudah kosong. Hanya tersisa remahan rumput laut dan beberapa butir nasi di piringnya.
"Yak! Kenapa dihabiskan?!" Guanlin berkacak pinggang. Semua mata kini tertuju padanya.
"Kami lapar, ya dari pada tidak dimakan lebih baik kami yang makan." Woojin dengan santainya mencomot camilan dari toples.
"Iya, sangat disayangkan kalau dibuang." Jinyoung mengambil remot tv dan mengubah channel.
"Kebetulan aku sudah lama tidak makan kimbab, dan kimbab tadi enak jadi aku menghabiskan sisanya." Hanya Samuel yang benar - benar menjawab Guanlin dengan menatapnya.
"Aish, aku tidak membuangnya! Aku bahkan belum memakannya! Tapi kalian langsung menghabiskannya!" Guanlin mengacak rambutnya kesal.
"Aku bertanya pada ayahmu apa ada makanan dan ayahmu menunjuk kimbab di atas meja. Jadi kami makan saja. Lagipula bukan salah kami sepenuhnya. Kalau mau nanti aku pesankan lewat delivery."

KAMU SEDANG MEMBACA
BULLYING [Panwink]
FanfictionPark Jihoon si anak keluarga kaya di bully. What? Apa yang salah? Warning⚠️⚠️ BxB! Typo! Bahasa baku tapi tidak sesuai EYD! Tidak suka silahkan pindah lapak!