" JEONGINNNN!!!! "
Jeongin menolehkan kepalanya kesumber suara.
Oh ternyata Changbin dan Felix.
Tanpa Jeongin sadari, ia menyimpulkan senyumnya melihat interaksi kedua kakaknya itu.
Entah mengapa hatinya menghangat.
Changbin yang mengejar Felix, dan keduanya terlihat tertawa." Mau kemana Jeong? " Tanya lelaki berdarah campuran itu.
" Ke Aula kak, cari angin "
" Yaud-- " Belum selesai Changbin meneruskan kata katanya, Felix telah mendahuluinya dengan merangkul pundak Jeongin kemudian berjalan kearah aula.
" Untung sayang " monolognya sendiri.
Suasana aula bisa dibilang sangat ramai hari ini.
Sekolah mereka kedatangan seorang motivator terkenal yang akan mengisi acara untuk dua hari ini.
Tadi, mereka semua berkumpul di aula kemudian dilanjut dengan menjalani kegiatan training motivasi dan esok, mereka akan menjalani kegiatan olahraga." Sini ah Je duduk "
Jeongin mengangguk, ia memilih untuk duduk disebelah kanan Felix.
" Aku ga disuruh duduk yang? "
" Udah gede juga!, masa duduk aja masih harus disuruh! "
Changbin terkekeh pelan.
" Pacarnya siapa sih ini hm gemes banget " Changbin mencubit pipi Felix gemas. Baik dilihat dari manapun, semua orang pasti tahu bahwa kekasihnya ini benar benar menggemaskan.
" YAK!!! SAKIT CHANGBINNNN "
Jeongin hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua kakaknya ini.
Mungkin 16 hanya lah sebuah angka. Nyatanya, kelakuan mereka sama sekali tidak mencerminkan bagaimana sikap seseorang yang telah menginjak usia enam belas tahun.Tak banyak yang mereka lakukan disini. Mereka hanya mengamati orang yang berlalu lalang di aula.
Perbincangan ringan itu seakan akan membuat ketiganya hanyut dan melupakan masalah untuk hari ini.
Mereka pun sedikit mengintip kegiatan yang berlangsung di lapangan.
Ada yang bermain basket, futsal dan sebagainya.
Changbin menolehkan pandangannya pada wajah Jeongin.
Ya, ada wajah keputus asaan disana. Changbin tau, Jeongin pasti ingin bermain seperti temannya yang lain. Tapi Changbin juga mengerti, Jeongin tidak bisa.
Jeongin berbeda, jantungnya lemah. Begitupun dengan kekuatan fisik tubuhnya yang benar benar lemah." Abang, kak, Jeongin mau ketoilet dulu ya "
" Mau dianter? " tanya Changbin.
Jeongin hanya menggeleng. Kemudian tersenyum sebelum akhirnya meninggalkan keduanya.
Jeongin berjalan kekamar mandi dengan kepala yang tertunduk. Ah, rasanya, kemanapun Jeongin pergi sendirian, ia akan menundukkan kepalanya.
Jeongin selalu merasa takut bahwa dunia tidak pernah bisa menerima makhluk lemah sepertinya.
Ia takut teman temannya tidak menyukai kelemahannya.
Itu alasan mengapa Jeongin selalu menundukkan kepalanya ketika berjalan sendirian.
Tatapan mereka semakin membuat Jeongin merasa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
15 days before i go ; [ Hyunjeong ] ✓
Fanfiction" Jeongin sayang kak Hyunjin. See you kak, kita harus ketemu dikesempatan yang lebih baik lagi nanti! " Tentang betapa tulusnya sebuah cinta yang tak terbalaskan. Sebuah kisah cinta nyata, tanpa ujung. Kisah tentang betapa mudahnya sebuah hati dip...