Day 6

2.4K 352 19
                                    

Pagi ini, Changbin nampak kewalahan.
Jeongin mengalami demam setelah pulang sekolah kemarin.
Dari awal, Changbin memang yakin. Hujan hanya akan membuat adik manisnya itu semakin terpuruk. Tapi membayangkan senyum manis yang membuat mata rubah itu menyipit, tak ayal Changbin pun melupakan konsekuensi terburuk yang akan terjadi pada Jeongin.

Seperti sekarang, entah yang keberapa kalinya Changbin menghubungi Felix yang belum juga datang sejak Changbin telepon pagi tadi.
Changbin tahu, pasti Felix masih berada disekolah, bahkan pemuda Aussie itu bisa saja baru sampai disekolahnya ketika Changbin mengatakan bahwa Jeongin mengalami demam tinggi.

Awalnya, Changbin berinisiatif untuk membawa Jeongin ke rumah sakit, namun mengingat ibunya bisa saja mengetahui bahwa Jeongin tengah sakit dan memperburuk keadaan, Changbin mengurungkan hal tersebut.
Changbin yakin, yang Jeongin butuhkan hanyalah kasih sayang untuk hari ini.
Si manis pasti bisa mengerti keadaan.

Clek

" Felix! "

Changbin dengan segera langsung menghampiri kekasihnya tersebut.
Dan Changbin bisa menemukan sosok lain dibelakang Felix, dan Changbin tahu betul siapa dia.

" Apa Jeongin kambuh lagi? "

Changbin hanya menggeleng.
Itu Jackson, papah dari kekasihnya.

" Biar saya periksa "

Lelaki dengan setelan jas putih berbahu lebar itu pun berjalan menghampiri Jeongin yang masih memejamkan matanya.
Entah apa yang Jackson lakukan, lutut Changbin terasa lemas hingga tak kuat untuk hanya menoleh kearah Jeongin.
Changbin takut. Takut jika hal bodoh yang ia lakukan kemarin hanya akan membuat adiknya kembali tersiksa akan rasa sakit.

" Dokter Jihoon kedapatan shift siang hari ini. Benar tak ingin membawa Jeongin kerumah sakit, Changbin? "

Changbin seperti berfikir.
Changbin tahu betul semua aktivitas mamanya.
Jihoon memang lebih sering kedapatan shift siang beberapa bulan terakhir ini. Mengingat ia memiliki bayi yang harus dijaga karena Guanlin pun bekerja.
Tapi tetap saja, Changbin terlalu takut.
Takut jika bisa saja tiba tiba mamanya datang dan kembali membuat adiknya terpuruk.
Changbin benci itu.

" Saya rasa, saya bisa mengurus Jeongin sendiri om "

Jackson maju.
Menepuk bahu Changbin yang masih menunduk sejak tadi.
Selalu seperti ini.
Pemuda berambut hitam itu tak akan pernah mau menatap Jackson secara langsung.
Jackson sebenarnya sudah menganggap Changbin dan Jeongin seperti anaknya sendiri.
Mengingat betapa baiknya perlakuan Changbin kepada putra manisnya yang berstatus sebagai kekasihnya.
Dan Jackson pun tahu, Changbin adalah pemuda terkuat yang pernah Jackson temui setelah mendiang ayahnya.
Dan, Jackson benar benar bangga, karena Felix memilik Changbin untuk menjadi penyempurna hidupnya.

" Datanglah kerumah sekali kali, bawa Jeongin jalan jalan kerumah. Mama Felix pun merindukan adikmu, kalian sudah kami anggap seperti keluarga sendiri "

Setelahnya, Jackson mengusap bahu Changbin. Menepuk bahunya sekali, berusaha membuat Changbin kembali menjadi lelaki yang tegar.

" Papa harus pulang, temani Changbin disini. Jika Jeongin kenapa napa, langsung hubungi papa "

Felix mengangguk kemudian tersenyum.
Ini adalah salah satu alasan, mengapa Felix benar benar menyayangi ayahnya.
Jackson tak hanya menyayangi Felix, tapi menyayangi semua yang Felix sayangi.
Dan Felix benar benar bersyukur untuk itu.

Setelah Jackson pergi, Felix menghampiri Changbin yang duduk disisi ranjang Jeongin.
Menatap pilu pada wajah pucat dihadapannya.

" Jangan melamun Bin "

15 days before i go ; [ Hyunjeong ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang