Felix nampak memeluk tubuhnya sendiri.
Hujan tengah mengguyur tanah yang mengering diluar sana.
Changbin bilang, ia akan menemui Felix setelah bertemu dengan kepala sekolah saat pulang sekolah nanti.
Namun sudah sekitar lima belas menit Felix menunggu, Changbin tak kunjung datang.Sesekali, kedua telapak tangannya ia gosokkan. Kemudian menempelkannya pada pipi nya yang terasa mendingin.
Terus ia lakukan seperti itu, hingga ia tak menyadari ada seseorang yang menatapnya bersalah dari belakang.
Sosok itu langsung melepas jaket yang ia kenakan. Kemudian memakaikannya pada tubuh kurus itu." Maaf ya kelamaan, kamu jadi kedinginan gini "
Felix mendonggak.
Dirinya hanya tersenyum, kemudian menghambur ke pelukan Changbin." Pa Taehyung bilang apa soal Jeongin? "
Changbin tak langsung menjawab. Ia lebih memilih untuk mengelus pucuk kepala Felix dan mengecupnya sesekali.
Felix nyatanya bisa menggantikan sosok Jihoon dalam hidupnya.
Jihoon bahkan tak pernah lagi menanyakan keadaan dirinya dan juga Jeongin.
Terlebih setelah kedua adik kembarnya itu lahir.
Baik Jihoon maupun Guanlin seakan melupakan bahwa ada Changbin dan Jeongin yang harus mereka hidupi juga.
Tapi Guanlin tetaplah Guanlin.
Lelaki jangkung itu tetap sesekali menanyakan keadaan Changbin dan Jeongin, walaupun tak lagi sesering dulu.
Guanlin pun masih tetap mengirimi uang untuk kedua putranya itu.
Bagi Guanlin, Jeongin dan Changbin tetaplah keluarganya, anaknya, yang harus ia nafkahi." Aku nanya sama kamu loh "
Changbin sedikit menunduk untuk melihat wajah cantik kekasihnya ini.
" Aku udah bilang, tugas Jeongin bakal diringanin. Aku juga udah bilang kalo Jeongin gak akan la- "
" Jeongin itu anak kuat Bin. Aku salah meluk orang kayanya. Changbin yang aku kenal itu ga lemah kaya gini! Kalo kamu sedih, terus yang bakal jadi penyemangat Jeongin siapa? "
Changbin tersenyum. Ia bisa merasakan telapak tangan halus milik Felix yang menangkup pipinya. Menghapus air mata yang terus mengalir tanpa jeda.
" Makasih Felix, makasih "
Felix mengelus pelan bahu tegap Changbin. Kekasihnya ini lemah, rapuh. Dan Felix menyadari itu.
Changbin pun hanya seorang remaja yang ingin bebas diusianya. Bukan seperti ini.
Mengemban banyak beban. Memiliki masalah yang seolah olah hadir tanpa penyelesaian.
Dan disinilah sosok Felix dibutuhkan." Hujan hujan gini makan indomie enak kali ya "
Keduanya tersentak.
Entah sejak kapan Jeongin telah hadir dihadapan mereka.
Lucu rasanya, seperti sedang memergoki dua ekor kucing yang tengah mencuri makanan majikannya." E-eh Jeongin "
" Kak Piliks pipinya merahh!! Abangg, ini kaka aku diapain hah?! "
Bibir Jeongin mengerucut lucu.
Ia segera menarik tubuh Felix, kemudian membaliknya. Melihat apakah kakak kesayangannya itu terluka atau tidak." Aku gak apa apa Jeongin "
" Beneran? "
Felix hanya mengangguk.
" Soudzon terus sih "
Jeongin hanya menjulurkan lidahnya. Berniat mengejek sang abang.
" Hujan nih, gimana pulangnya? "
Felix dan Jeongin menyadarinya.
Hujan pasti akan turun lama. Sedangkan hari sudah semakin sore." Hujan hujanan aja yu? "
Changbin dan Felix sontak menoleh.
" Gak usah aneh aneh deh de "
" Hujannya udah gak begitu deras kok bang! "
" Jangan Jeong, kakak gamau kamu kenapa kenapa "
" Tapi kak- "
" BAE JEONGIN! "
Jeongin tersentak. Changbin membentaknya.
Felix mencoba menenangkan Changbin. Felix tau, Changbin pasti khawatir.
Namun suatu hal terlintas secara mendadak di otak Changbin." Ade mau hujan hujan an? "
Jeongin menoleh " Ngg- "
" Ayo! "
Changbin dengan segera menarik lengan Jeongin. Membawa tubuh ringkih itu untuk bersentuhan langsung dengan derai hujan.
Jeongin tertawa, tawa yang lepas.
Rasanya, ia tak bisa mengingat lagi kapan dirinya bisa merasakan rintik hujan yang membasahi tubuhnya.
Ia tak bisa lagi mengingat betapa bahagianya bisa menginjak air air yang menggenang disekitar taman." Kak Piliks, sini!! "
Yang dipanggil menggeleng.
" Ih kakak lama "
Tanpa berfikir panjang, Jeongin dengan segera menarik lengan putih milik Felix.
" Jeong- Jeongin!!! "
Changbin hanya tertawa. Melihat betapa bahagianya kedua orang tersayangnya itu.
Changbin hanya ingin membuat Jeongin bahagia. Membuat adik manisnya itu lepas dari beban beban beratnya, walaupun cara yang ia lakukan salah.
Minhyun bilang, satu satu nya cara yang bisa membuat Jeongin tetap bertahan hanyalah kebahagiaan.
Changbin harus memastikan Jeongin selalu dalam kebahagiaan.
Tak stres atau bahkan depresi.
Itu akan memperburuk keadaan bocah manis itu." Abang! "
Yang dipanggil menoleh.
Jeongin menghampiri Changbin. Sedikit berjinjit untuk mencapai pipi sang kakak.cup
" Makasih abang, Jeongin sayang abang! "
BRUK
" JEONGIN! "
-TBC
Maaf ngaret dan update ga sampe 1k word😭
Keteteran tugas dari sekolah:')
( Padahal dikerjain aja ngga:v )
Makasiii semuanya, see you in next chapter♥️With love
Pecinta Panthera Tigris
KAMU SEDANG MEMBACA
15 days before i go ; [ Hyunjeong ] ✓
Fanfiction" Jeongin sayang kak Hyunjin. See you kak, kita harus ketemu dikesempatan yang lebih baik lagi nanti! " Tentang betapa tulusnya sebuah cinta yang tak terbalaskan. Sebuah kisah cinta nyata, tanpa ujung. Kisah tentang betapa mudahnya sebuah hati dip...