Day 8

2.1K 334 23
                                    

Pagi ini Jeongin bergegas untuk pergi kesuatu tempat.
Hoodie putih dengan celana jeans yang tadi tergeletak diatas kasur kini telah melekat dengan sempurna ditubuh Jeongin.

Langkah kecilnya ia arahkan untuk menuju ruang tv sederhana yang terdapat Changbin disana.
Matanya menangkap sosok Changbin yang asik dengan film didepannya dan cemilan cemilan ringan yang berserakan diatas meja.

" Abang "

Yang lebih tua menoleh, sedikit mengerutkan dahi ketika melihat sang adik telah rapi dipagi seperti ini.

" Adek mau kemana? "

" Adek semalam mimpi papa, adek izin ke papa ya bang? "

" Mau abang anterin? "

Dengan segera Jeongin menggeleng.

" Gak usah, abang ada les kan abis ini? "

Changbin hanya mengangguk.

" Yaudah, adek berangkat ya bang. Dadah "

Jeongin mengecup singkat pipi milik sang kakak, kemudian beranjak dengan senyum riangnya.

Langkahnya ia arahkan pada halte yang terdapat diseberang jalan sana.
Jeongin sesekali tersenyum ketika melihat beberapa tetangga yang lewat didepannya dan menyapanya dengan senyuman milik mereka.

Setelah sampai dihalte, Jeongin duduk.
Lelaki manis itu memainkan ujung sepatunya hingga akhirnya ia bisa melihat sebuah bus yang akan berhenti didepannya.

Kartu berwarna biru langit yang sedari tadi ia genggam, ia tempelkan pada mesin yang berada disamping bus itu.

Tanpa lupa, Jeongin menyapa sang supir bus yang bahkan telah hafal dengan wajah manis milik Jeongin.

" Selamat pagi, uncle El "

" Selamat pagi juga Jeongin, bangku nomer dua dari depan kosong. Kau bisa mendudukinya "

" Terimakasih uncle, jangan lupakan sarapanmu " Ucap Jeongin sembari tersenyum.

Sesuai dengan perkataan supir bus yang Jeongin panggil uncle tadi, Jeongin menduduki bangku kosong yang ada disana.
Matanya sibuk memandangi betapa sejuknya kota ini dipagi hari.
Beberapa anak bermain dengan wajah sehabis tidur, juga beberapa anjing lucu yang terdapat disebuah toko hewan peliharaan yang tadi Jeongin lewati.

Hari ini, Jeongin ingin mengunjungi papa nya.
Selain karena Jeongin yang semalam bermimpi tentang sang papa yang kembali mengajak Jeongin pergi bersamanya, Jeongin juga ingin mencurahkan tentang sosok Hyunjin yang sekelebat muncul dalam mimpinya.

Tak terasa, terlalu lama melamun membuat Jeongin tak sadar kalau tempat papa nya tak lagi jauh.
Dan ketika bus itu berhenti, Jeongin pun beranjak dari tempat duduknya.

" Terimakasih uncle, Jeongin pamit dulu "

" Ya Jeongin, sampaikan salam ku pada papa mu. Semoga harimu menyenangkan "

Jeongin mengangguk kemudian tersenyum.
Langkahnya ia arahkan kesalah satu toko bunga langganannya.
Disana, ia bisa melihat seorang wanita paruh baya yang sangat familiar wajahnya tengah menata beberapa bunga yang sepertinya baru datang.

" Selamat pagi bibi Lee " sapa Jeongin.

" Ah Jeongin, selamat pagi nak. Mau ambil bunga mu? "

Jeongin mengangguk sebagai jawaban.
Dan tak lama, wanita yang Jeongin panggil dengan sebutan bibi itu pun kembali dengan beberapa tangkai bunga lily putih ditangannya.

" Ini, hari ini aku berikan lebih satu. Sampaikan pada papa mu, itu dariku. Itu sebagai tanda terimakasih karena Papa mu telah merawat anak dengan hati yang bersih seperti mu Jeongin. "

Jeongin tersenyum, kemudian membungkuk sebagai bentuk ucapan terimakasihnya pada wanita didepannya ini.

" Ah terimakasih bibi Lee, papa pasti senang mendapat bunga dari orang yang menyayangi Jeongin "

Wanita itu pun maju. Mengarahkan lengannya untuk mengusak rambut halus milik Jeongin.

" Sampaikan juga salamku pada Changbin. Makan lah yang banyak nak, tubuhmu terlihat semakin kurus "

Jeongin lagi lagi hanya tersenyum. Dan itu mampu membuat hati wanita yang ada didepannya itu menghangat.

" Yasudah bi, Jeongin pamit dulu ya? "

" Ya Jeongin "

" Dadah bibi Lee " ucap Jeongin sembari melambaikan lengannya kearah wanita itu.

Jeongin meluruskan langkahnya.
Lagi lagi dirinya bersyukur ketika mengingat betapa baiknya Tuhan yang masih mau menyelipkan orang orang baik pada kisah menyakitkannya.
Diperhatikan bahkan hanya dalam bentuk sebuah sapaan adalah sesuatu yang bermakna dan berarti bagi Jeongin.
Dan lagi lagi, Jeongin harus bersyukur untuk semua nikmat yang telah ia dapatkan dalam hidupnya.

" Selamat pagi papa, hari ini Jeongin datang lagi. Papa sedang apa disana? "

" Ini, Jeongin belikan lagi bunga lily kesukaan papa. Hari ini Jeongin bawa tiga, satu lagi dari bibi Lee. Bibi Lee bilang, terimakasih karena papa sudah rawat Jeongin dengan baik "

Jeongin meletakkan ketiga bunga itu diatas pusara milik sang papa.
Lengannya ia arahkan pada batu bertulisan nama sang papa.
Jeongin tak lagi menangis.
Karena papa nya tidak suka jika Jeongin menjadi lemah.

" Papa, lihat, Jeongin udak gak nangis lagi. Jeongin kangen banget sama papa, bang Changbin juga kangen sama papa "

" Kemarin Jeongin lihat Kak Hyunjin sama Seungmin pa. Mereka cocok banget. Jeongin cape pa, Jeongin nyerah aja ya? "

" Kata abang, cinta itu gak boleh dipaksain. Dan sekarang Jeongin gak mau maksain perasaan Jeongin buat kak Hyunjin lagi "

" Jeongin bakal biarin Kak Hyunjin bahagia, kaya Jeongin yang bahagia karena mau ketemu papa "

" Jeongin kangen papa, makasih udah mau jenguk Jeongin di mimpi tadi malam pa. Sebentar lagi, Jeongin bisa peluk papa lagi "

" Tungguin Jeongin ya pa? Abis itu kita main robot robotan bareng lagi "



" Jeongin sayang papa "









































-TBC
Double update nih!!
Maaf ya aku updatenya kelamaan huhuhu:')
See you in next chapter semua-!

15 days before i go ; [ Hyunjeong ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang