Hyunjin berlari dengan sekuat tenaga disepi nya koridor sebuah bangunan ber cat putih bersih.
Dadanya bergemuruh hebat, matanya tak berhenti mengeluarkan cairan bening yang kian menderas ketika langkahnya semakin dekat pada tujuan.
Lengannya bergetar hebat, tombol lift pun terasa sangat sulit untuk ditekan.
Dan ketika langkahnya sampai di tempat yang membuat nya harus menancap gas pada pukul dua pagi, Hyunjin ambruk menabrak dinginnya lantai.
Disana, ia bisa mendapati sosok yang sama seperti sosok yang menemaninya menyambut fajar dihari kemarin.
Namun kenyataan menamparnya jauh ke lubang dunia terdalam ketika senyum hangat yang biasa terpancar pada masing masing wajah sahabatnya kini berubah menjadi tatapan sendu lagi kecewa.
Hyunjin menunduk dalam dalam, berharap apa yang ia lihat di pagi ini hanyalah bunga tidurnya semata.
" Bangun Jin, jangan gini. Kita doa sama sama ya? "
Minho, lelaki tegap itu langsung membawa Hyunjin untuk ia dekap.
Bisa ia rasakan Hyunjin menggeleng lemah seiring dengan pundaknya yang terasa kian memanas.Minho tau, Hyunjin menangis,
dunia nya runtuh.
Bak diterpa puluhan ribu belati yang tak nampak, Hyunjin bisa merasakan luka hati yang menganga lebar namun tak terlihat.
Hyunjin menyesal mengapa harus pulang dan tertidur dengan nyaman dirumah sedangkan sang kekasih harus menemui mimpi panjangnya ketika ia tak dapat menggenggam erat jemari cantik itu.
Tepat pada pukul sebelas malam, Hyunjin memilih untuk pulang tanpa berpamitan pada Jeongin kekasihnya.
Hyunjin hanya mengecup pelan dahi milik Jeongin, kemudian pergi setelah berpamitan dengan Changbin.
Namun nyatanya, Tuhan ingin Hyunjin menebus dosanya lebih cepat dari yang selama ini ia duga.
Di dua jam ia menutup mata dengan berharap tubuhnya akan kembali segar untuk menemui sang kekasih di hari esok, dering telpon yang berasal dari Minho malah mengusik tidur nya.
Alih alih mendapat kabar gembira, kalimat yang Minho ucapkan lebih seperti mimpi buruk yang paling Hyunjin takuti didunia ini.
" Jin, dateng kerumah sakit sekarang. Jeongin kritis "
Tanpa memedulikan penampilannya yang jauh dari kata layak, Hyunjin langsung menancap gas motornya membelah jalanan kota Seoul yang terlihat sangat lenggang.
Air matanya tak kunjung surut.
Sesak di dadanya tak kunjung menghilang.Bayang bayang wajah dengan semburat merah yang berpadu dengan cantiknya senja masih terngiang ngiang pada benak pemuda Hwang itu.
Bagaimana ia menyatakan bahwa Jeongin adalah miliknya, lalu ciuman panjang yang membuat kasih mereka terpadu harus hancur karena penebusan dosa yang harus mengorbankan orang terkasih Hyunjin.
Hyunjin ingin kembali egois.
Maafnya belum tersampaikan.
Penyesalannya belum hilang.
Hatinya menolak untuk dipatahkan.Hyunjin ingin Jeongin terus bersamanya dalam jangka waktu yang lebih lama dari selamanya.
" Jin, kuat Jin. Jeongin kuat, Jeong- "
" Lo gatau rasanya jadi gua Ho, makanya lo bisa bilang kaya gitu " ucap Hyunjin lirih, nyaris tak terdengar.
Hyunjin menegapkan tubuhnya, memaksakan kedua kaki lemasnya untuk kembali berpijak dengan gagah.
Matanya langsung tertuju ke satu sosok.Changbin.
KAMU SEDANG MEMBACA
15 days before i go ; [ Hyunjeong ] ✓
Fanfiction" Jeongin sayang kak Hyunjin. See you kak, kita harus ketemu dikesempatan yang lebih baik lagi nanti! " Tentang betapa tulusnya sebuah cinta yang tak terbalaskan. Sebuah kisah cinta nyata, tanpa ujung. Kisah tentang betapa mudahnya sebuah hati dip...