Day 13

2.7K 333 49
                                    

Jika ditanya siapakah yang paling sempurna dalam hidup, jelas Hyunjin akan menjawab orangtuanya.

Mama nya yang telah mempertaruhkan nyawa untuk mengirinya melihat indahnya dunia, dan sang papa yang mengabaikan keringat dan rasa sakit untuk sesuap nasi agar Hyunjin tetap kenyang dan tumbuh dengan baik.

Namun jika ditanya siapakah yang kini bertahta dengan layak dihatinya, dengan lantang Hyunjin katakan.

Bae Jeongin, miliknya.

Jingga nya senja dan senyapnya waktu tak akan mampu membuat fokus Hyunjin teralih dari Jeongin nya.

Wajah manisnya

Lengan mungilnya

Kulit lembutnya

Senyum teduhnya, dan

Bibir manisnya.

Hyunjin jatuh cinta pada setiap kata yang menjelaskan rubah kesayangannya.

Penyesalan terburuk bagi Hyunjin selalu menghantui ketika lagi dan lagi pikirannya terlempar jauh ke masa dimana hanya ada tangis dan luka yang bisa ia persembahkan untuk sosok terkasihnya.

Jika orang orang mengira selama ini Hyunjin hidup dengan bahagia ketika melihat raut sendu Jeongin, jelas mereka salah.

Hyunjin kerap kali menangis ketika mengingat perlakuannya pada Jeongin.
Kerap kali melukai bagian tubuhnya ketika mengingat betapa sakitnya luka yang Jeongin rasakan karenanya.

Hyunjin menangis, meratapi semua kebodohannya yang harus mengorbankan cinta dan kasihnya.

Namun kini, tak ada lagi waktu untuk menyesal.
Tuhan masih berbaik hati untuk mengizinkan Jeongin tetap berada disisinya ketika ia sadar.
Lengan mungil nan cantik itu masih bisa ia genggam dengan erat.
Pun dengan suara nyaring lagi merdu yang masih bisa ia dengar dengan lembut.

Tuhan masih mengizinkan Hyunjin untuk menebus semua dosanya meski ia tahu, Jeongin tak mungkin menaruh dendam terhadapnya.

Seperti sekarang, Hyunjin tengah sibuk mengurut tengkuk Jeongin yang lagi lagi harus mengeluarkan isi perutnya.
Wajah pucatnya nampak kesakitan.
Lengan mungilnya tetap setia meremat ujung bantal ketika rasa pusing kembali mendera kepala.

" Udah? "

Si manis mengangguk lemah,

Dengan segera Hyunjin membersihkan bibir tipis milik Jeongin, mengusapnya lembut dengan kain kecil dilengannya yang bebas.

" Kak Hyunjin buang ini dulu ya "

Sejak kemarin, Hyunjin tak pulang.
Ia menjaga Jeongin dengan baik ketika mendapat kabar bahwa Changbin pun tengah drop kali ini.

Dengan senang hati, Hyunjin menjaga Jeongin dengan semua rasa tulusnya.
Menyuapi Jeongin meski yang bisa lelaki manis itu makan hanya sedikit.
Mengurut tengkuk nya ketika lagi dan lagi ia merasa mual.
Merelakan lengannya diremat kuat ketika Jeongin kembali merasakan kepalanya berdenyut nyeri.

Apapun itu, untuk menebus semua dosa di masa lalunya.

" Kak Hyunjin.. " panggilnya lirih.

Hyunjin dengan segera menghampiri, menggenggam jemari lembut Jeongin sembari mengecupinya pelan.

" Abang nggak kesini? "

Mendadak senyum Hyunjin luntur begitu saja.
Tak mungkin ia mengatakan Changbin tengah sakit sekarang.

" Changbin juga butuh istirahat, Jeongin. Jeongin disini aja sama kak Hyunjin ya? "

Mata rubah itu nampak berair.
Jari telunjuk dan jari tengahnya terangkat, mengisyaratkan angka dua berbentuk tanda peace.

15 days before i go ; [ Hyunjeong ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang