2

52 14 0
                                    

"Ini bocah kemana si, katanya udah kelar. Encok gue yang nunggu," gerutu Adam.

Adam sedang didalam mobilnya, menjemput Aline yang katanya sudah selesai sekolah. Adam mencari nomor adiknya pada kolom kontak lalu menyentuh ikon telfon.

"Eh bisul, lo dimana si. Ini gue udah jamuran nunggu lo didepan sekolah." teriak Adam menggebu-gebu.

"Bentar Dam, gue lagi disuruh guru buat masukkin nilai ulangan." jawab Aline setengah berbisik.

"Emang lo dibayar?! Maunya disuruh. Cepetan pulang atau gue tinggal,"

"Tunggu bentaaa..." Adam mendengar teriakan diseberang sana.

Sebenarnya dia tidak akan tega jika meninggalkan adiknya pulang sendirian.

Adam mengedarkan pandangannya menyapu kumpulan siswa diseberang mobilnya. Matanya menangkap satu objek yang baru dia lihat kemarin pagi sedang duduk di atas motor sambil mengobrol dengan teman sebayanya. Adam turun dari mobil untuk menemui orang itu.

"Bro!" Sapa Adam menepuk bahu Davin

"Eh iya?"

"Lo yang kemarin boncengin adik gue ke sekolah kan?"

"Iya bang. Gimana?"

"Gue minta nomer lo dong siapa tau bisa jalan bareng," Adam menatap Davin dengan cengiran sok gantengnya ditambah satu kedipan mata seolah-olah seperti wanita penggoda.

Davin yang melihat itu langsung melebarkan matanya, terlalu kaget dengan kelakuan Adam. Adam terkekeh melihat ekspresi Davin yang tegang seperti itu. Sedetik berikutnya Davin pun tersadar dan ikut tertawa.

"Elah santai dong bro. Gue bercanda kali, masih doyan cewe nih,"

"Oh ya gue Adam. Lo?" tambah Adam sembari menyodorkan handphonenya.
Davin menerima handphone Adam, jarinya mulai menari-nari mengetikkan sederet angka disana,

"Davin bang,"

Davin menyerahkan kembali benda persegi panjang itu kepada pemiliknya.
"Bang Adam lagi ngapain disini?"

"Jemput Aline. Tapi tuh bocah ga keluar-keluar, dasar."

"Lah bukannya itu Aline?" kata Davin menunjuk ke seorang cewek yang sedang berdiri disebelah mobil hitam dengan wajah bingungnya.

"Eh iya bener. Yaudah gue duluan bro," ucap Adam berlari menuju mobilnya.

Adam menekan tombol kunci mobil setelah menyebrang. Aline sedikit terlonjak, sedetik kemudian dia masuk ke dalam mobilnya.

"Abis ngapain tadi bang? Nyuruh gue cepet-cepet lo sendiri malah ngilang,"

"Itu tadi gue liat Davin, yaudah gue samperin aja,"

"Ih ga usah sok kenal deh,"

"Weh kutu, prinsip cowok tuh gitu. Nyari temen sebanyak-banyaknya selagi bisa. Emang kaum situ, gengsian. Baperan lagi ih,"

"Lo kok ngatain gue?!" Suara Aline naik satu oktaf

"Tuh tuh, baperan kan. Siapa juga yang ngatain lo. Orang gue bilangnya kaum Lo," jawab Adam menekankan pada dua kata terakhir.

Aline memilih diam daripada harus melanjutkan perdebatan tidak jelas itu. Kalaupun dia kembali menjawab, pasti akan kalah dengan pembelaan Adam. Percayalah.

Aline terlebih dahulu membuka pintu rumahnya. "Bunda sama Ayah masih di Bandung bang?"

"Iya, katanya sih pulang besok pagi."

Bunda dan Ayah mereka memang sedang pergi ke Bandung dari kemarin. Katanya si mau melihat pembangunan toko kue ke 5 mereka disana, cabang toko kue yang ke 5 lebih tepatnya.

Adam merebahkan tubuhnya ke sofa panjang berwarna putih tulang di ruang keluarga. Dirinya memainkan handphone lalu membuka aplikasi game, membiarkan televisi yang sudah dia nyalakan sebelumnya.

Matahari mulai tenggelam, bulan mulai menampakkan dirinya. Menggantikan tugas matahari untuk menerangi bumi.

Sekarang jarum jam menunjukkan pukul 7 malam. Setelah menunaikan shalat isya, Aline keluar kamar berniat menemui kakaknya.

Aline beralih menuju kamar Adam setelah sebelumnya dia tidak menemukan kakaknya diruang tengah,
"Bang Aline lapeeer," ucapnya mendobrak pintu kamar kakak kandungnya.

Adam yang sedang duduk tenang bersila sambil memejamkan matanya terlonjak, "Lo kenapa si demen banget ngagetin gue. Orang lagi bertapa juga diganggu,"

"Lagian lo juga lagi ngapain emang merem-merem gitu. Stres," Aline terkekeh

"Gue lagi ada tugas tapi gatau jawabannya. Makanya bertapa, siapa tau dapet ilham," jawab Adam kembali memejamkan matanya.

Aline ikut duduk disebelah Adam lalu menggoyangkan lengan kakaknya itu, "Keluar cari makan yok, sumpah gue laper banget. Kalo gue mati lo yang tanggung jawab,"

Adam mendelik mendengar perkataan adiknya itu lalu mendorong kasar Aline supaya keluar dari kamarnya, "Yaudah sana keluar, gue mau ganti baju dulu."

"Yess," Aline bersorak riang.

Aline menengok ke kakaknya yang sedang serius menyetir, "Makan diwarung nasi padang aja ya bang,"

"Hmmm,"

Setelah setengah jam mereka menikmati makanan Padang, "Langsung pulang?" Tanya Aline ketika sudah memasuki mobilnya.

"Nggak asik ah. Kemana dulu yaa,"

"Fix ke Timezone aja. Gue pengen main basket,"

"Masa Timezone sih kayak anak kecil. Males ah,"

"Abaaaaang," teriak Aline di dalam mobil sambil menunjukkan wajah kesalnya. Sontak Adam langsung menutupi telinganya kuat-kuat.

"Iyaaa ah bawel," jawab Adam menyerah.
.
.
.
.
.
Temen-temen makasiiih yaa yang udah mau baca.
Jangan lupa like and comment buat nambah semangat aku hehee:v
Mohon maaf kalo ceritanya absurd gitu yaaa
Sekian dan waalaikumsalam

i can see your feelings -discontinueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang