7

30 9 4
                                    

"Yooo wassap brooo," teriak Adam mengangkat tangan kanannya begitu melihat Davin memasuki pintu rumah.

"Yoo Bang brooo," ucap Davin mengikuti cara berbicara Adam. Hanya saja dia tidak berani berteriak dirumah orang.

"Siniii buru, Vin. Tangan gue udah gatel pengen main bareng,"

Davin mendekat ke arah Adam sesuai instruksinya. Dilihatnya Adam sedang duduk bersender disofa dengan stik PS ditangannya, lalu ia memilih duduk di karpet lembut bergambar panda disebelah sofa tadi.

Sedangkan Aline sudah menghilang dibalik pintu kamar miliknya sejak awal tiba.

Kini Adam dan Davin tengah memainkan game yang sebelumnya dimainkan oleh Adam seorang diri.

"Eh Adam, berapa hari lagi kamu kan ujian. Bukannya belajar malah main terus," teriak Rani --Bunda Aline-- yang datang dari arah kamar dengan menggunakan dress ala emak emak dan sapuan make up tipis.

"Iya deh Bun, satu kali lagi yaaa. Abis itu belajar deh janji." Adam meringis mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya berbarengan.

"Dari tadi satu kali lagi teruus. Gitu aja sampe gajah bertelur," cibir Rani mengingat ia sudah menegur anaknya sejak tadi, tapi sampai sekarang pun masih dengan keadaan yang sama.

"Lah ini ada orang ternyata," tunjuk Rani setelah melihat kepala Davin yang menyembul dari balik sofa.

Davin terkekeh kemudian beranjak dari duduknya untuk menyapa Rani, "Davin tante," ucapnya sambil menjabat tangan Rani.

"Maap yaa, gara-gara Adam jadinya kamu main ke sini, gak bisa belajar. Kebiasaan nih dia sukanya bawa temen kerumah,"

"Gapapa tante, lagian saya masih kelas sebelas. Ujiannya masih lama,"

"Loh, kok?"

"Saya temen sekolahnya Aline tante, kebetulan aja kenal sama Bang Adam."

"Owalaaaah yaudah, main lagi silahkan. Tapi Adam udah stop, belajar dulu. Biar Aline yang temenin Davin. Masa depanmu mau gimana kalo nge game terus,"

"Adam kan pengen jadi gamers Bundaaa,"

"Gamers gundulmu. Ga usah kebanyakan mengkhayal,"

"Udah sana masuk kamar belajar!!!" geram Rani suaranya naik satu oktaf karena Adam tak kunjung menurutinya.

Sontak Adam melemparkan stik PS nya ke sembarang arah lalu terbirit-birit memasuki kamarnya, meninggalkan Davin bersama Bunda Rani.

"Bentar deh Tante panggilin Aline buat temenin kamu," ucap Rani yang kemudian berjalan menuju sebuah kamar yang pasti didalamnya terdapat Aline.

Tok tok tok

"Masuk," teriak Aline dari dalam kamarnya.

Rani membuka kenop pintu kamar Aline, ia mendekati anak bungsunya yang sedang berbaring di kasur sambil memainkan ponselnya, "Keluar yuk, temenin Davin. Dia nya sendirian," ajak Rani ikut menaiki kasur empuk milik anaknya.

"Bang Adam?"

"Bunda suruh dia buat belajar. Kan bentar lagi ujian,"

"Males keluar, Bun" ucap Aline

"Ayoo lah, masa iya Bunda yang temenin Davin bisa-bisa Ayah kamu cari cewe lain. Bunda juga mau arisan disebelah,"

"Bunda buatin jus alpukat deh," imbuhnya.

"Yaaah Bunda ga asik ah, masa nyuap pake gituan. Mana bisa Aline nolak," keluh Aline sembari beranjak dari kasurnya lalu keluar kamar menuju ruang tengah untuk menemani Davin.

i can see your feelings -discontinueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang