3

53 13 0
                                    

Davin menginjakkan kakinya disebuah rumah mewah ber cat serba putih. Tangan kanannya menenteng satu kresek martabak manis rasa coklat pesanan Mama yang sudah dia beli di perjalanan pulang tadi.

"Mama martabak sudah dataaang," teriak Davin begitu melihat Mamanya sedang menonton televisi di ruang tengah.

"Gausah teriak say! Aing masih bisa dengeeer," jawab Mina --Mama Davin--setengah berteriak mengikuti cara berbicara anaknya,

Davin hanya menyengir kuda. Setelah memberikan martabak, dia berjalan menuju kamarnya. Baru saja dia merebahkan tubuhnya di atas kasur, ada satu pesan masuk ke handphonenya yang membuat dia harus beranjak mengambil benda itu didalam tas yang sudah tergeletak di atas lantai.

Dafa : Ntar malem nongkrong tempat biasa oke?

Davin : Bosen ah gue, tempat lain kek

Dafa : Kalo di Angkasa gimana? Kan sebelahnya Timezone tuh jadi asik

Davin : Kejauhan bro, gue juga belum pesen tiket buat roket

Dafa : Bodo. Gue tunggu ntar malem jam 8

Davin : Ashiaaaap

Davin terkekeh sekejap. Dahinya berkerut, tiba-tiba teringat temannya yang bernama Dafa itu kelas IPA 2 bukan? Itu berarti dia satu kelas dengan Aline. Mereka satu kelas!

Davin menggelengkan kepalanya begitu sadar kalau dia memikirkan Aline. Kenapa harus dipikirkan toh mereka cuma sekedar mengenal.

Dia beranjak mengambil handuk lalu segera melangkah ke kamar mandi. Mungkin pikirannya bisa jernih setelah mandi.

Jarum jam menunjukkan pukul 20.00. Davin segera bersiap setelah mengerjakan tugas sekolahnya. Dia keluar kamar dengan menggunakan celana ripped jeans hitam ditambah kaos putih polos yang dipadukan dengan hoodie army.

Simple tetapi berkelas. Apalagi dengan tubuhnya yang tinggi dan atletis menambah kesan ingin dipandang setiap saat.

Damn. He so cool!

"Mom where are youuu? I will keluar rumah. Want to nongkrong with my friends," ucapnya setengah berteriak begitu tidak menemukan Mama di ruang tengah.

"I'am in hereee," celetuk Mama dari arah dapur

Davin pun menemukan Mamanya sedang menggoreng pisang. Lalu dia mengulurkan tangannya ke arah Mama,
"Pergi dulu Ma,"

"Yes, but you pulang no malam-malam," saran Mama sambil menjabat tangan anak ganteng kesayangannya.

Davin mulai mengendarai motor yang sebelumnya terparkir di garasi rumah. Motor hitamnya melaju kencang ketika sudah berada di atas aspal. Membelah ramainya jalanan kota Jakarta dimalam hari.

Lagu milik Ed Sheeran - Perfect menyambut kedatangan Davin. Seolah-olah sedang menilai penampilannya malam ini. Perfect.

"Vin," panggil Dafa dari arah meja pojok.

Davin menganggukan kepala sebagai jawabannya. Dia melihat ada Zikri dan Raka juga disana.

Zikri, cowok kocak yang seringkali menghidupkan suasana.

Sangat berbeda dengan Raka, sifatnya berbeda 180 derajat dengan Zikri, dingin. Tetapi semua orang tahu, se cuek-cuek nya seseorang, pasti berubah saat sedang bersama teman dekatnya.

Davin mendekat ke arah meja pemesanan sebelum bergabung dengan ketiga sahabatnya. "Americano satu mbak,"

"Oke silahkan ditunggu," kata mbak mbak berseragam hitam itu dan dibalas anggukan oleh Davin.

"Eh gimana pdkt lo sama Risa?" tanya Dafa kepada Zikri.

"Lancar langgeng kok, tenang aja." Jawabannya singkat dengan cengiran khasnya.

"Risa siapa, Zik?" Sahut Davin yang baru saja mendudukkan dirinya di kursi yang tersisa

"Anak IPS 1. Yang lagi ngehitz gara-gara direkrut jadi model perwakilan sekolah itu," jawab Dafa ketus.

Davin memukul lengan Zikri, "Beeh, cerdas juga lo nyarinya."

Zikri hanya cengengesan mendengar pendapat sahabatnya itu. "Eh tapir, ga usah nyinyir dong. Bilang aja lo iri sama gue, iya kan?" Tanyanya kepada Dafa.

"Ini kopinya silahkan menikmati," potong mba-mba pelayan meletakkan kopi pesanan Davin.

"Eh Mba!" Panggil Zikri, sontak mba-mba pelayan berhenti berjalan dan membalikkan badannya.

Ketiga sahabatnya sudah menatap tajam kearah Zikri, was was dengan kelakuan bocah itu akan aneh-aneh.

"Iya ada yang bisa saya bantu?"

Zikri menunjuk Dafa, "Mba bisa bantuin temen saya cari jodoh nggak? Masih jomblo tapi kerjaannya nyinyir orang nih,"

"Hehe mohon maaf mas, nggak bisa."

"Yaudah kalo ga bisa, mending Mba nya aja deh yaa,"

Dafa melempari Zikri dengan tisu yang sebelumnya sudah digulung, "Mba mending pergi aja deh. Ini orang baru keluar rumah sakit jiwa, dimaklumi aja Mba,"

Lalu Mba pelayanan meninggalkan kerumunan mereka. "Gila lo yang bener aja, masa gue disuruh sama mba-mba yang udah berumur,"

Davin, Raka, dan Zikri tergelak. Sedangkan yang jadi bahan omongan hanya menatap kesal.

"Ya lo sih nyinyir orang pdkt mulu udah kayak admin akun gosip. Kan guenya kesel,"

"Eh ke Timezone kuy," ajak Raka mencoba menghentikan perdebatan kedua orang itu.

"Yuk," jawab Dafa dan Zikri serentak.

Davin mendongakkan kepalanya ke ketiga sahabatnya yang sudah beranjak, "Gue kopi nya belum abis nih,"

"Yaudah tinggal lo abisin dulu bambank. Ntar tinggal nyusul," celetuk Zikri dan Davin hanya mengangguk.

Selepas kepergian ketiga sahabatnya, Davin memainkan handphonenya sambil menikmati segelas Americano.

Setelah sepuluh menit akhirnya segelas Americano sudah tandas. Davin memutuskan berjalan ke Timezone yang letaknya dengan Cafe Angkasa hanya dibatasi pintu kaca.

Matanya menyapu seluruh ruangan tapi hasilnya nihil. Dia memutuskan untuk duduk sebentar sambil mengirimkan pesan kepada ketiga sahabatnya.

Davin : Wahai rakyatku dimanakah kalian gerangan?

Dafa : Kita udah pulang duluan Vin wkwk

Raka : Gue disuruh pulang sama Zikri:v

Zikri : Ya maap abisnya gue kebelet tadi. Nih sekarang lagi nongkrong di WC.

Davin : Sialan ya kalian dasar temen laknat.

Davin mematikan handphonenya dan berjalan keluar Timezone hendak pulang ke rumah juga. Tetapi saat dia baru saja keluar, ada suara seseorang yang menginterupsi nya.
"Davin," sontak Davin berhenti berjalan dan mengedarkan pandangannya ke sekitar.

Davin melihat Adam dan Aline sedang berjalan kearahnya, "Eh Bang Adam,"

i can see your feelings -discontinueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang