10

33 8 2
                                    

Sesampainya dirumah, Aline langsung masuk ke dalam kamarnya. Merebahkan tubuhnya ke kasur berbalut kain biru gelap dengan corak bintang bulan. Matanya menatap langit-langit kamar.

Pikirannya terus teringat dengan apa yang dia lihat tadi sebelum pulang dari rumah makan. Ia memejamkan matanya mencoba tidur untuk menghilangkan ingatan itu.

Aline pikir dengan cara tidur dirinya akan lebih tenang. Tetapi faktanya dia sama sekali tidak bisa tertidur.

Ponselnya terus berbunyi sedari tadi. Aline baru ingat kalau ia belum menyentuh ponselnya sejak belajar dengan Davin tadi siang.

Davin : kalo enggak juga gapapa (3)

Bila Zheyeeng : mau bocoran soal UH fisika  ga? (4)

Family : kalian berdua hati-hati dirumah (3)

Bisa Ae IPA 2 : buruan pap (58)

Abangquh : bungkusin buat gue (2)

Jari Aline terarah untuk membuka pesan dari grup keluarganya. Ternyata kedua orangtuanya pergi ke luar kota lagi untuk persiapan dan pembukaan toko mereka.

Kemudian Aline membuka pesan dari Davin,

Davin : Lo beneran gapapa kan?
Kalo ada apa-apa bisa cerita ke gue,
Kalo enggak juga gapapa.

Aline : Gapapa, Vin. Makasih yaa

Lima detik kemudian, ponselnya kembali berbunyi.

Davin : Okee yaudah.
Jangan lupa tetep semangat.

Setelah membaca pesan balasan dari Davin, Aline berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa sangat lengket.

Setelah mandi, ia kembali duduk di meja belajarnya. Membuka buku fisika dan kembali mengerjakan soal-soal yang sudah ditandai Davin pada bukunya.

Terdengar suara pintu terbuka, kepala Adam menyembul dari balik pintu dengan cengiran lebarnya, "Makanan buat gue mana?"

"Lupa beli,"

Seketika Adam memasang wajah datarnya. Kemudian menutup pintu kembali.

Jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Aline rasa belajarnya sudah cukup. Sangat cukup. Ia menutup buku fisikanya lalu merebahkan tubuhnya di kasur kemudian menarik selimutnya dan tidur.

.

Braaaak

Suara pintu kamar Aline terbuka cukup keras, Adam masuk lengkap dengan seragam sekolah sudah melekat ditubuhnya serta tas ransel hitam pada sebelah bahunya.

"Gue mau berangkat dulu, Al." Ujar Adam sembari menarik selimut Aline agar dia terbangun.

Aline membuka matanya perlahan kemudian melirik jam yang berada di atas nakas, masih pukul enam rupanya, "Tumben berangkat pagi," kata Aline dengan suara serak khas bangun tidur.

"Hari pertama ujian nih gue, ada pengarahan dulu. Gue udah bilang Davin ntar dia jemput Lo kesini,"

"Yaudah Gue berangkat dulu," lanjut Adam yang kemudian melenggang keluar dari kamar Aline.

Aline terduduk sebentar, kemudian beranjak menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi.

Lima belas menit sudah berlalu, kini Aline hendak keluar rumah untuk menunggu Davin yang sebelumnya sudah mengirim pesan bahwa dia segera berangkat menjemput Aline.

i can see your feelings -discontinueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang