11

25 7 1
                                    

Sepeninggal Aline, Davin melanjutkan langkahnya memasuki kantin. Ia langsung duduk menyelip diantara Dava dan Zikri.

"Geseran dong," ucap Davin setelah merasa duduknya terhimpit.

"Dava, geser dong. Kalo Gue yang geser ntar bakso Gue tumpah," Zikri menunjuk Dava dengan garpu bakso ditangannya.

"Elah bilang aja males geser. Lebay banget," balas Dava sarkastik.

Zikri cengengesan memamerkan gigi putihnya. Detik selanjutnya punggungnya menegak tanda teringat sesuatu, "Oh iya tadi Gue liat cewek yang kemarin sama Lo, Vin. Di meja sebelah, tapi pas Gue tanya si doi malah lari kabur," jelas Zikri menggebu-gebu sambil menunjukan meja disebelah mereka yang sudah terisi oleh anak lain.

Davin menganggukan kepalanya setelah menyadari penyebab Aline berlarian tadi.

"Aline siapa Lo, Vin?" Tanya Dava menyipitkan matanya.

"Oooh jadi namanya Aline," kata Zikri dan Raka berbarengan.

"Murni temen,"

"Masa?"

"Sumpah iya," jawab Davin mengangkat kedua jarinya ke udara.

"Iya cuma temen, tapi salah satu pasti ada yang naruh perasaan. Awas aja kalo lebih dari temen," ancam Zikri.

"Emang apa urusan Lo?"

"ASTAGFIRULLAH JADI GUE GAK PERNAH DIAKUI SAHABAT?!" Teriak Zikri mengelus-elus dadanya.

Sontak seisi kantin langsung memandangi dengan tatapan 'sekali lagi bersuara, habislah sudah'. Siapa suruh mengganggu khidmatnya makan.

.

Bel pergantian pelajaran baru saja terdengar seantero sekolah, Davin menyempatkan untuk mengirim pesan kepada Aline untuk sekedar bertanya bagaimana ulangan fisikanya.

Davin : Gimana fisikanya?

Aline : Lumayan bisa ngerjain daripada biasanya.

Davin : Sip bagus.

Aline : Oh iya ntar Gue nebeng pulangnya ya ehe. Bang Adam ada les buat ujian, sampe malem katanya.

Davin : Oke siap bosQ

Aline : Ketemunya didepan aja jangan masuk.

Davin : Iyaaa. Ada guru gue udahan dulu.

Kemudian Davin memasukkan ponselnya kedalam saku bajunya.

.

Bel pulang sekolah pun berdering. Davin menghembuskan napasnya lega. Selesai sudah pelajaran Bahasa Indonesia yang sangat sangat sangat membosankan, dan pelajaran yang paling aneh menurutnya.

Bagaimana tidak? Sudah menjadi warga negara Indonesia kenapa harus belajar Bahasa Indonesia lagi. Dan kenapa ia selalu mendapat guru yang ketika menjelaskan sudah seperti mendongeng. Tadi saja hampir semua anak dikelasnya sudah tidur, hanya beberapa saja yang tidak tidur karena memang memperhatikan dan karena tidak tega melihat gurunya berbicara sendiri. Dan Davin termasuk opsi yang terakhir.

Davin melangkahkan kakinya lebar-lebar menuju parkiran. Dan ketika sampai, ia langsung menancapkan gas untuk menemui Aline dihalte depan sekolah.

Davin tersenyum samar dibalik helmnya begitu melihat Aline yang sedang terduduk menunggunya, "Yuk," ajaknya.

"Langsung pulang ya," ujar Aline sembari menaiki sepeda motor Davin.

Sesampainya didepan pintu gerbang rumah Aline langsung turun, "Mau main dulu ga?" Tanyanya.

"Boleh deh Gue lagi free," jawab Davin.

Kemudian Davin memasukkan motornya ke halaman rumah Aline. Ia mengekori Aline masuk kedalam rumah.

"Duduk situ aja. Mau minum apa?" tanya Aline dengan menunjuk sebuah sofa lalu menyalakan televisi didepannya.

Davin memasang wajah berpikirnya, "Emmm gue pengen soda gembira biar tambah gembira,"

"Ga ada kali, Vin."

"Adanya apa?"

"Air putih," jawab Aline menyengir.

Davin menyentil dahi Aline, "Yaudah Anoa gausah sok sokan tanya mau minum apa,"

"Sakit ih. Gue ambilin minum dulu deh," ujar Aline melenggang pergi menuju dapur.

Suara dentingan pesan membuat Davin mengalihkan pandangannya dari tayangan kartun spons yang hidup dibawah air. Alis Davin terangkat sebelah, ternyata nomor tidak dikenal yang mengiriminya pesan.

+6281227***6524 : Bener ini Davin?

Davin mendongakkan kepalanya begitu mendengar suara langkah kaki, "Lo tau nomor ini ga?" Tanyanya menyodorkan room chatnya pada Aline.

"Kayaknya ini nomornya Danu deh,"

"Danu si ketua osis?"

"Iyaa. Soalnya Gue juga save nomornya,"

"Urusan apa sama Danu?" Imbuhnya.

"Gatau nih belum bilang anaknya,"

"Yaudah lanjutin aja, Gue tinggal bentar yoo,"

Davin : Iya bener. Lo Danu?

+6281227***6524 : Yups betul.

Davin : Kenapa?

+6281227***6524 : Jadi gini. Model cowo yang buat perwakilan sekolah tiba-tiba aja ngundurin diri karena dilarang sama ortunya, sebelumnya dia juga belum minta izin. Nah setelah Gue diskusi sama anggota OSIS lain, kita nentuin Lo buat jadi penggantinya.

Davin : Kok gue? Yang lain aja deh

+6281227***6524 : Kita udah diskusi dan yang paling pas sesuai kriteria tuh Lo. Lombanya juga ada seleksi. Jadi, Lo cuma dateng ke studio fotonya dulu, buat photoshoot. Abis itu tinggal nunggu pengumumannya.

Davin : Terus kalo Gue lolos?

+6281227***6524 : Diambil tiga besar buat ke tahap selanjutnya. Kalo lolos di photoshoot itu aja udah dapet bagian lah, you know. Kalo sampe menang dapet yang lebih banyak dari yang cuma sampe tahap photoshoot.

Davin : Tapi Gue sama sekali belum pernah gituan.

+6281227***6524 : Belajar dari yutub kalo ga gugel deh. Kita juga udah bilang ke kesiswaan, dan mereka juga setuju kalo Lo yang gantiin.

Davin : Gue pikirin dulu deh ya,

+6281227***6524 : Sip. Nanti malem kabarin Gue lagi.

Davin menghembus napasnya kasar, jemarinya memijat kepalanya yang terasa pusing.

i can see your feelings -discontinueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang