6

29 10 0
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi setengah jam yang lalu. Begitupun Aline yang sudah menunggu Davin yang tak kunjung datang menjemputnya. Beribu rencana sudah dia siapkan untuk marah terhadap Davin.

Coba saja tadi Aline menerima tawaran Bila, sahabatnya. Pasti sekarang dia sedang bersantai dirumah sambil meminum segelas jus alpukat buatan Mamanya.

Duh kan, jadi teringat! Sekarang Aline jadi ingin minum jus alpukat.

Aline sudah sangat lelah hari ini, berangkat sekolah yang disambut hukuman, kemudian berlanjut ulangan harian kimia sekaligus matematika yang diadakan dadakan. Belajar saja Aline susah memahaminya, apalagi dadakan seperti ini. Kalian para anak IPA pasti tau persis bagaimana stress nya dia hari ini.

Tapi biarlah kini Aline merilekskan dirinya sebentar sambil menunggu Davin.

Tiiiiiiiiin

Baru saja Aline memejamkan matanya, suara klakson yang begitu keras langsung menginterupsi nya supaya membuka mata. Lalu seorang yang sudah membuat Aline kesal itu turun dari sepeda motornya untuk menemui Aline.

"Sorry, tadi gue kelabas nge game jadi lupa ehe," ucap Davin menunjukkan cengiran khasnya sekaligus mengangkat kedua jari kedamaian, kemudian duduk disebelah Aline.

"Tau gitu tadi mending pulang sama temen gue," jawab Aline ketus.

"Ya maaf kan lupa,"

"Yaudah langsung pulang aja deh," tambah Davin.

Aline masih duduk tenang terdiam, "Udah betah disini, males pulang" jawabnya lagi masih dengan nada ketus.

Davin yang sebelumnya sudah beranjak dari duduknya pun akhirnya kembali duduk

Tiba-tiba ada sebuah sepeda motor sport mendekati keduanya, kemudian berhenti tepat disebelah sepeda motor milik Davin. Si pengendara membuka helm full facenya yang berwarna hitam dengan corak putih.

"Vin, buku fisika gue ketinggalan ditempat Lo ga?" Tanya seorang itu yang ternyata adalah Dafa, sahabat Davin yang sekelas dengan Aline.

"Lah mana gue tau,"

"Lo ngapain disini? Sama Aline?" Tanya Dafa mengerutkan dahinya setelah melihat Aline duduk disebelah Davin, sahabatnya.

"Ini gue mau pulang sama dia, dia kan--"

"Gue disuruh sama Abang, Daf" potong Aline cepat sebelum Davin berkata yang tidak tidak.

"Hah?"

"Iyaa. Abang gue kan temenan sama Davin, kebetulan dia gabisa jemput gue," jelas Aline dengan nada lembut, berbeda 180 derajat ketika berbicara dengan Davin.

"Oooh gitu. Yaudah gue langsung aja ke rumah Lo yaa, Lo anterin dia aja," ucap Dafa sembari menunjuk Aline dengan dagunya.

"Oke, cari aja bukunya dimeja belajar gue. Kalo gak tanya aja ke Mbok Ina,"

"Sipp," jawab Dafa mengangkat ibu jarinya. Kemudian menancap gas menuju rumah milik Davin.

"Lo kok kenal sama Dafa?" Tanya Aline begitu Dafa sudah menghilang dari pandangannya.

"Kenal lah, dia kan sahabat gue."

"Kenapa emangnya?" tanya Davin dengan alis terangkat sebelah.

"Tanya doang," jawab Aline kembali dengan nada ketusnya kemudian mengalihkan pandangannya dari Davin.

"Tadi aja ngomongnya lembut waktu sama Dafa, eh sekarang kayak macan betina," sindir Davin.

"Bodo. Mau pulang sekarang," Aline berjalan duluan mendekati sepeda motor Davin.

Davin menyusul Aline, lalu dirinya menaiki sepeda motornya. Kemudian disusul Aline setelahnya.

Sesampainya dirumah Aline langsung turun dari sepeda motor milik Davin, dirinya membuka pintu gerbang untuk membantu Davin memasukkan sepeda motor hitamnya.

"Thanks," ucap Davin singkat.

Aline menyahuti dengan deheman. Dia memasuki pintu rumah, dan mengisyaratkan Davin agar mengikutinya.

Jangan lupa vote + comment + saran + kritik
👇Tap

i can see your feelings -discontinueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang