Adam : Assalamualaikum sayaaaang
Davin : Iya gimana Beb?
Adam : Main ke rumah sini, Abang pengin main PS tapi ga ada temennya
Davin : Hmm maap Beb gabisa. Acu besok ada tes fisika, mau belajar dong Beb buat masa depan kita.
Adam : Yaaah yaudah deh. Besok ya pulang sekolah mampir rumah gue sekalian bawa pulang Aline.
Davin : Boleh deh.
Adam : Kalo gitu selamat belajar sayaaang. Byee
Davin bergidik ngeri setelah membaca percakapan online dirinya dengan Bang Adam, membayangkannya saja sudah tidak tahan sendiri.
Bagaimana mereka yang bertahan dengan keadaan begitu? Entahlah biarkan saja karena ini bukan artikel tentang hubungan sejenis. Tanyakan saja pada pohon yang bergoyang.
Pandangan mata cokelat itu kini beralih, kembali terfokus pada layar laptop hitam di atas pangkuan kakinya yang sebelumnya sudah dia anggurkan.
Terkadang tangan kanannya menari-nari dengan pensil di atas kertas putih. Sesekali memandang buku cetak tebal yang terisi penuh dengan angka dan rumus. Lalu beralih lagi pada berbagai jenis contoh soal yang sudah dia download pada layar laptopnya. Begitu seterusnya.
Walaupun Davin aktif pada ekstrakurikuler basket, dan sering memenangkan pertandingan dengan teman-temannya, tapi dia juga sadar betapa pentingnya pendidikan untuk masa depan kelak.
Kriiing kriiiing
Bunyi alarm jam menggema di seisi ruangan 4×4 meter itu. Davin mulai membuka mata perlahan sambil berusaha untuk bangkit dari kasur empuknya.
Matanya terbelalak begitu dilihatnya jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang seperempat. Sontak dia langsung beranjak dari kasurnya dan menyambar handuk lalu berlarian menuju kamar mandi.
Tak perlu waktu lama untuk menyiapkan diri, cukup sepuluh menit saja dia sudah selesai. Tinggal kurang dari lima menit lagi sekolahnya akan ditutup.
"Maa, Paa, aku berangkat dulu udah telat banget nih" Davin berjabat tangan dengan kedua orangtuanya yang sedang sarapan dimeja makan
"Ngga sarapan dulu?" tanya Mama Davin
"Ga usah Ma. Keburu telaat,"
"Yaudah hati-hati, Vin" teriak Mama Davin yang melihat anak sulungnya berlarian menuju garasi disebelah rumah mereka.
Ternyata benar seperti dugaan Davin. Pintu gerbang sekolah sudah ditutup dan dilihatnya sudah ada satpam dan guru piket yang bertugas disana.
"Cepat parkir kan motor kamu, dan langsung kembali kesini lagi," perintah Pak Danar sambil menunjuk sepetak lahan parkiran yang khusus disediakan untuk siswa yang terlambat.
"Iyaa pak,"
Sesuai dengan instruksi Pak Danar, Davin memarkirkan sepeda motornya diparkiran yang sudah tersedia. Ia kembali berjalan mendekati Pak Danar, ternyata sudah ada empat anak terlambat seperti dirinya.
"Lah lo telat juga," bisik Davin begitu melihat Aline berdiri dikumpulan siswa yang terlambat.
"Iya nih. Bang Adam sialan banget," jawab Aline dengan wajah kesalnya
Davin terkekeh mendengar pernyataan Aline yang ketus.
Aline memandang tajam Davin, mengisyaratkan supaya dia berhenti tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
i can see your feelings -discontinue
Teen FictionCerita seorang gadis bernama Fatiya Aline. Gadis yang mempunyai keistimewaan dapat melihat perasaan seseorang, hanya dengan menatap dalam manik mata seseorang itu. "Gue ga usah ngungkapin gimana perasaan Gue ke Lo. Gue yakin Lo udah tau," ucapnya me...