BAG 1 Permulaan

292 15 0
                                    

"Langit selalu menjadi saksi bisu di semua kejadian."
~

Dian Diarasanti


****

Seorang perempuan berambut panjang tengah menikmati angin yang berhembus di malam hari. Dia menutup matanya membiarkan angin itu menerpa wajah cantiknya, sesekali hembusan napas berat keluar dari mulut gadis itu.

Udara di malam hari membuatnya merasa damai.

"Dian."

Seseorang memanggilnya dari arah belakang, refleks gadis itu berbalik dan menatap seorang wanita yang terlihat berumur 40 tahun nan.

"Ada apa Bi?" Tanya nya seraya menghampiri wanita yang memanggilnya tadi.

Tanpa menjawab pertanyaan dari keponakannya, wanita itu langsung masuk begitu saja diikuti oleh Dian.

DIAN DIARASANTI

Gadis berusia 17 tahun ini tinggal bersama Bibinya di Jakarta setelah dua minggu yang lalu dia sempat mengalami berbagai masalah di Bandung.

"Ada banyak hal yang ingin Bibi bicarakan sama kamu," ujar Bi Asih seraya mengambil duduk di sofa ruang tengah.

Dian mengikuti Bibinya itu dan duduk di sofa yang panjang tepat di sebelah kiri bi Asih.

Bi Asih menatap Dian serius seperti akan melontarkan banyak pertanyaan pada gadis itu, Dian hanya menatapnya datar tanpa rasa gugup sedikitpun.

"Kamu bener mau tinggal sama Bibi? Bibi nggak sekaya keluarga kamu loh," ujar Bi Asih menatap Dian tidak yakin.

"Dian kan udah yakin sama keputusan Dian, Dian nggak akan meminta banyak uang sama Bibi, suatu hari nanti Dian akan mengembalikan uang yang udah Bibi keluarkan untuk Dian," jelas gadis itu tanpa keraguan.

Sebenarnya yang di permasalahkan Bi Asih bukanlah uang, tapi keputusan Dian yang bisa dibilang nekad untuk anak seusianya.

"Dian udah aku daftarin ke SMA yang sama dengan Sari, biar nggak terlalu canggung juga nanti di sekolah baru."

Suara lelaki muncul dipertengahan obrolan mereka, itu Ka Sandi putra pertama Bi Asih sekaligus tulang punggung keluarga setelah suami Bi Asih meninggal dunia 3 tahun yang lalu.

Sandi menjatuhkan bokongnya di sofa samping Dian. Sandi memang sangat baik,ramah dan juga pintar,selain itu dia juga cukup tampan. Sandi bekerja di perusahaan ternama dan dia menjadi pegawai tetap disana.

"Kalau ada apa-apa di sekolah tinggal bilang aja ke Sari, dia udah kenal sama seluruh siswa di SMA Wijaya," jelas Sandi.

Dian hanya tersenyum kecil mendengar perkataan Kakak Sari ini, dia memang dekat dengan Sari tapi itu dulu dan sekarang mereka harus mengakrabkan diri lagi.

"Dian besok kasih buah buah han ini ke tetangga kita ya," pinta Bi Asih seraya memberikan satu keranjang apel kepadanya.

****


Esoknya

Lelaki itu masih tertidur pulas di kasur meski jam sudah menunjukan pukul 08.45 pagi, karena hari ini adalah hari liburan sekolah semester 1, tidak ada alasan baginya untuk bangun pagi terkecuali untuk shalat subuh.

"WOYY BANGUN," teriak seorang wanita yang terlihat lebih muda darinya.

"HAN LO MATI?" teriaknya lagi, kali ini dia menendang bokongnya.

DIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang