BAG 12 Kotu 2

177 10 0
                                    

12. Kota tua 2

MULMED: COVER | JAEHYUN - I LIKE ME BETTER (LAUV)

****

"Apa lagi yang bisa gue harapin dari orang lain setelah gue merasakan pengkhinatan dari orang-orang di sekeliling gue?”

~DianD

****

Alunan lagu yang dibawakan seorang lelaki di tengah keramaian mengalun indah, suaranya mampu menghipnotis semua orang untuk menatapnya. Dian duduk di salah satu bangku panjang yang disediakan, tatapannya lurus ke arah si penyanyi dengan seukir senyuman tipis di bibirnya.

Lagu yang dia bawakan adalah lagu Vagetoz – kehadiranmu. Lirik demi lirik membuat Dian terhanyut ke dalam lagu, entah mengapa mendadak wajah Reyhan ada dalam bayangannya ketika Dian mendengar lagu itu.

Hari sudah malam dan Dian masih belum pulang, biasanya Dian tidak terlalu suka tempat ramai tapi sekarang rasanya berbeda ketika pria itu lah yang menemaninya.

“Sorry lama, tadi gue mau beli kerak telor tapi ngantri panjang jadinya beli martabak, nggak pa-pa kan?” Reyhan duduk di samping Dian sambil menyimpan kresek martabak di tengah-tengah mereka.

Dian menoleh, memperhatikan Reyhan yang tampak sibuk membuka bungkus martabak. Padahal beberapa hari yang lalu Dian sudah bertekad untuk menjauhi Reyhan dan tidak berhubungan dengan siapapun di sekolah. Tapi, pada akhirnya dia menyerah, pengaruh dari Reyhan membuat tekadnya hancur seketika.

“Lo emang gak bakalan di marahin kalau pulang malem?” tanya Dian.

“Emang gue anak perawan harus di marahin segala,” jawab Reyhan seraya memakan martabaknya.

“Iya, kan namanya orang tua mau anaknya cewek atau cowok pun tetep aja khawatir,” ujar Dian menatap gamang ke depan. Pandangannya benar-benar terlihat menyedihkan.

“Terus lo sendiri? Orang tua lo yang di Bandung emang gak bakalan marah kalau nanti bibi lo ngadu lo pulang malem?” Reyhan tidak sadar bahwa pertanyaannya bisa saja menyinggung Dian. Tapi begitu melihat keterdiaman cewek itu membuat Reyhan merasa tidak enak.

“Sorry, gue—”

Dian menggeleng, “Ibu gak akan marah, khawatir juga gak,” jawab Dian lesu. “Kalau masih ada ayah mungkin ayah yang bakalan marah.”

“Lo anak tunggal?”

“Hmm, harapan orang tua satu-satunya.” Dian tersenyum miris, sebagai seorang anak dia merasa sangat tidak berguna. Dia menjadi penyebab ayahnya meninggal. Dian adalah cerminan anak yang gagal membahagiakan orang tuanya.

“Kenapa lo gak tanya soal ini?” tanya Dian seraya memperlihatkan pergelangan tangan kirinya. Dian tahu bahwa Reyhan mungkin menahan semua rasa penasarannya karena tidak mau menyinggung Dian.

“Lo pernah berniat untuk bunuh diri?” akhirnya Reyhan bertanya sesuatu hal yang sangat membuatnya penasaran.

“Hampir setiap saat gue berniat untuk bunuh diri, setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik, yang ada di pikiran gue cuman ‘gue harus mati'.” Dian menjelaskan membuat Reyhan terpaku.

DIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang