4. Tertarik
"Kata orang cewek jutek itu sebenarnya perhatian ya. Cuman perhatiannya diem-diem nggak nunjukin langsung."
Reyhan Bannar Wijaya
****
Hujan turun semalaman tanpa henti membuat suhu yang biasanya panas menjadi dingin seketika, beberapa orang memilih menikmati hujan dari dalam rumah- tapi hal itu tidak termasuk pada seorang gadis yang memakai hoodie putih dipadukan celana training hitam sedang jogging dibawah rintik hujan.
Dian hanya memakai topi berwarna putih polos sebagai penutup kepalanya dari guyuran air hujan. Salah satu keunikan dari Dian Diarasanti adalah dia lebih suka berolahraga ketika gerimis turun dan Dian akan lebih memilih berdiam diri dirumahnya jika cuaca sedang panas, hal itu dia lakukan hanya untuk menghindari keramaian.
Mungkin orang lain malah sebaliknya, mereka lebih suka berdiam diri di rumah ketika gerimis datang, mendengarkan lagu galau dan membuat puisi rindu untuk mengenang seseorang yang jauh di sana. Sama hal nya seperti pria satu ini yang sedang menatap sendu ke luar jendela rumahnya.
Reyhan, si pria pemalas yang biasanya sangat beutah bertapa di kamar sudah bangun sejak tadi pagi membuat seisi rumah heran dan juga..... khawatir.
"Kak, adik kamu kenapa? Tanya gih, Mama takut dia kenapa-napa." Mira dan Renada sedang berdiri di ruang tengah tidak jauh dari jarak Reyhan yang sedang berdiri di dekat jendela.
"Apa ini salah satu tanda kiamat ya, Mah? Makanya Reyhan bangun pagi buat meratapi semua dosa-dosanya?" lirih Renada.
Mereka berdua jelas tidak mempercayai keajaiban dunia yang sedang mereka saksikan saat ini. Reyhan yang tidak pernah bisa bangun pagi kecuali jika Renada atau Mira meneriaki namanya- kali ini, tepat di depan mata mereka berdua. Pukul 06:25 WIB. Dihari Minggu. Reyhan bangun pagi sendirinya tanpa di bangunkan. Ingat! Tanpa di bangunkan.
"Mamah khawatir, Kak. Soalnya selama Mamah memelihara kalian berdua baru kali ini Mamah liat Reyhan bangun pagi," ujar Mira sedikit terharu ketika mengatakan hal itu.
Renada cengo mendengar penuturan Mamahnya, memelihara? Dikira selama ini Mamanya ngelahirin anak kucing apa?
"Bukannya Papa dulu juga gitu ya, Mah? Waktu muda suka tidur pas dewasa..." Renada menggantungkan ucapannya.
"Sama aja! Papa kamu itu sampai sekarang masih suka tidur. Sampe si Baret supir Papa kamu sering ngeluh ke Mama gegara di lempar kunci mobil pas ngebangunin Papa kamu," ungkap Mira merasa jengah.
Renada ber-oh ria, mereka sudah lama tidak bertemu dengan Amar Wijaya karena Papanya sedang berada di Singapura mengurus perusahaannya disana. Reyhan itu benar-benar mirip seperti Papanya, sama-sama tukang tidur.
"Kerasukan apa lo, Han? Pagi-pagi gini udah bangun," teriak Renada.
Tanpa menoleh Reyhan berkata, "Gue tiba-tiba keinget seseorang."
Reyhan dan Mira sama-sama mengerutkan keningnya bersamaan, lalu berjalan menghampiri Reyhan.
"Tadinya gue pengen mengenang memori indah bersama seseorang," jeda Reyhan lalu menghela napas setelahnya, "Tapi gue baru inget kalo gue nggak punya pacar."
Renada mendecak sebal sedangkan Mira mengelus putranya sayang seakan mengerti apa yang sedang dialami oleh Reyhan.
"Makanya kali-kali lo belajar suka sama cewek jangan sama Hadi mulu," sindir Renada.
"Adik kamu itu masih normal, Kak. Nggak mungkin dia pacaran sama Hadi." Mira membela.
"Kalau Reyhan pacaran sama Janda depan rumah gimana, Mah?" tanya Reyhan penasaran begitupun Renada.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIAN
Teen FictionDian seorang murid baru di SMA Wijaya datang untuk membuka lembaran baru dan kisah baru dikehidupannya. Dian tidak mau lagi jatuh cinta karena trauma masa lalunya, Dian juga tidak mau bersosialasi dengan siapapun terkecuali dengan Sari putri dari bi...