BAG 8 Fanny Alfi Adyarani

149 13 0
                                    

8. Fanny Alfi Adyarani

"Berawal dari rasa penasaran, aku jadi ingin mengenalmu lebih dalam."

ReyhanBW

****

Reyhan berhenti di sebuah kafe yang cukup terkenal di kalangan para remaja. Dian turun dari motor Reyhan dan berdiri di samping cowok itu yang juga melakukan hal yang sama.

"Kenapa? Lo belum pernah datang ke kafe kan?" tanya Reyhan melihat Dian yang malah melamun.

"Pernah," jawab Dian, "Sama Aldo waktu itu." Sambung Dian membuat Reyhan yang baru saja melepas helmnya tiba-tiba memakai helmnya kembali.

"Naik!" perintah Reyhan sambil menyalakan motornya lagi.

Dian mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan tindakan Reyhan.

"Buruan naik sebelum gue sentil ginjal lo," lagi-lagi ancaman Reyhan membuat Dian terkekeh, kali ini pundak Dian ikut bergetar karena kekehannya.

Rasa kesal Reyhan meluap entah kemana ketika mendengar suara tawa dari Dian, gadis itu beribu-ribu kali lipat lebih cantik saat tertawa dan tersenyum.

Dengan patuh Dian menaiki motor Reyhan. Kali ini cowok itu membawa motornya dengan kecepatan sedang sambil melirik kanan kiri seperti mencari tempat makan, Dian memegang pundak Reyhan sebagai penyangga jika Reyhan tiba-tiba saja ngebut atau nge rem mendadak.

Reyhan berhenti di salah satu pedagang kaki lima yang menjual mie goreng, nasi goreng dan kwetiaw goreng. Mata Dian berbinar melihatnya, kedua bola matanya seperti berbentuk bintang saat mencium bau harum dari masakan. Sewaktu di Bandung Dian juga sangat suka diajak makan ke tempat seperti ini, meskipun harganya murah bukan berarti makanannya murahan.

"Makanan di sini gak kalah enaknya sama makanan di kafe." Jelas Reyhan.

Dian mengekori Reyhan dari belakang, mereka memilih duduk di pojokan— saling berhadapan.

"Bang nasi gorengnya dua sama air teh hangat ya," teriak Reyhan agar terdengar, karena letaknya yang dipinggir jalan membuat suasana di sana cukup berisik, belum lagi orang-orang yang sedang bercanda tawa.

Sesekali Reyhan mencuri pandang ke arah Dian, gadis dihadapannya ini sedang mengedarkan pandangan mengelilingi tempat dimana mereka berada.

Lama menatap Dian membuat Reyhan menyadari kecantikan wajah Dian, meskipun hari sudah sore dan wajah gadis itu sedikit berminyak, kecantikannya tetap saja terlihat dan tidak berkurang sedikitpun. Iris matanya berwarna coklat terang dengan halis yang berbentuk sempurna di atasnya, hidung yang ideal serta bibir tipis berwarna merah muda alami membuat kecantikan Dian terlihat natural.

Tanpa sadar Reyhan menelan ludahnya kasar. Memerhatikan wajah Dian membuat jantungnya berdetak tak karuan seperti sudah mencuri kotak amal di masjid. Terakhir kali jantungnya berdetak cepat seperti sekarang itu sewaktu Reyhan kehilangan sebelah sendal swallow nya di mesjid pas jumat'tan kemarin. Beuhh taukan rasa deg deggan nya gimana? Pergi niat ibadah ehh pulang-pulang kena musibah. Ujian sekali.

Lagian tuh orang kayak nggak ada kerjaan banget. Sendal swallow lima belas rebuan aja di curi apalagi kalau Reyhan pake sendal gucci yang harganya jauh lebih mahal dari harga dirinya?

"Kenapa lo?" Dian bertanya ketika melihat Reyhan terus menggelengkan kepalanya sambil sesekali menampar pelan pipinya.

"Laper gue," kilah Reyhan bersikap normal kembali.

Tak lama setelah itu, pesanan mereka tiba membuat sudut bibir Dian terangkat sedikit, ini pertama kalinya Dian merasa senang selama tinggal di Jakarta.

DIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang