11. Kota Tua
"Terimakasih Jakarta sudah mempertemukanku dengan seorang Reyhan Bannar Wijaya. Bersamanya aku yakin aku menjadi wanita paling beruntung memilikinya"
~Dian Diarasanti****
“Kemarin kek nya gue liat lo sama Dian di toko buah deh, ngapain lo berdua disana?” ujar Hadi menatap curiga ke arah Reyhan yang sedang bermain game mobile legends di ponselnya.
“Mulung,” jawab Reyhan asal.
“Gue serius, Nge!” Hadi mencibir.
Kebiasaan Reyhan ini tidak pernah bisa lepas, jika ditanya, tidak pernah sekalipun Reyhan menjawabnya dengan serius. Apalagi jika sudah menyangkut perempuan. Reyhan tidak pernah mau membahasnya.
Sudah hampir 5 tahun Hadi berteman dengan Reyhan dari SMP. Sampai sekarang Hadi belum pernah melihat Reyhan deket sama cewek, paling mentok paling cuman Resa dan Icha.
Reyhan ini bukan cowok dingin, bukan juga cowok tertutup. Dia mungkin nakal tapi sebatas kenakalan murid SMA biasanya. Setiap kali ada siswi yang nembak Reyhan, cowok itu selalu menolak dengan cara yang paling halus.
Dan lagi, Reyhan itu tidak pernah peduli dengan yang namanya gosip. Meskipun Hadi sering bercerita tentang topik terhangat di sekolahnya, tetap saja Reyhan tidak pernah mau mendengarkan.
“Mvp mulu gue ah, bosen.” Keluh Reyhan menyimpan ponselnya di meja. Lalu menguap lebar sambil merentangkan kedua tangannya ke atas.
Tampaknya Reyhan sudah mulai mengantuk.
“Emang dasar kebo, di manapun kapanpun kerjaannya molor mulu. Lo tau gak, Han? Orang keseringan tidur itu cepet mati,” ujar Hadi pada Reyhan.
“Tetangga gue juga kemarin bilang gitu,” kata Reyhan, “Besoknya dia yang mati.”
“Astogfiruloh.” Hadi mengelus dadanya sabar.
“Berdoa aja sama Tuhan, minta jadwal mati lo di pending dulu jangan besok.”
“Emang bisa?” bodohnya Hadi menanggapi perkataan Reyhan.
“Gak tau, coba lo temuin tuhan dulu sekarang gih,” suruh Reyhan.
“Mati dong Han. Udah ah gue gak mau bahas mati, masih banyak mimpi yang belum gue raih soalnya,” ujar Hadi mendadak bijak.
“Lo punya mimpi?” Reyhan bertanya antusias.
“Punyalah!”
“Apa coba?”
Hadi berpikir sebentar, “Bahagiain orang tua.”
“Ohh lo punya orang tua?”
“Kurang ajar lo, Han!” Hadi mencebik.
Reyhan nyengir, “Gue kira lo keluar dari batu yang disambar petir, Di.”
“Lo kira gue apaan hah? Kera sakti? Siluman?” sewot Hadi.
“Yaaa sejenis gitu lah.”
Hadi sempat akan protes tapi tertahan begitu Reyhan sudah beranjak dari duduknya. Hendak pergi sambil membawa satu buah jeruk di tangan kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIAN
Teen FictionDian seorang murid baru di SMA Wijaya datang untuk membuka lembaran baru dan kisah baru dikehidupannya. Dian tidak mau lagi jatuh cinta karena trauma masa lalunya, Dian juga tidak mau bersosialasi dengan siapapun terkecuali dengan Sari putri dari bi...