3. Tetangga baru
"Jangan pernah menilai seseorang dari penampilannya, bahkan seekor Panda yang terlihat lucu sekalipun bisa saja menyakiti manusia."
Dian Diarasanti
****Dian berdiri sendirian di halte bus, merutuki dirinya sendiri karena menolak tawaran Dika tadi, andai saja dia menerima tawaran Dika yang ingin mengajaknya pulang bersama mungkin saat ini Dian sudah berada di rumahnya.
Jam sudah menunjuka pukul 16:50 WIB, sudah sangat sore. Sandi tidak dapat menjemputnya karena lembur sedangkan Sari? Gadis itu kembali pergi bersama teman-temannya entah kemana, sebenarnya Dian sudah menaiki angkot tadi hanya saja dia tidak tahu angkot jurusan mana yang dia naiki tadi dan berakhirlah di sini. Seperti anak yang ditinggal Ibunya di mall Dian tidak tahu arah pulang.
"Tetangga baru ya?"
Dian menoleh ke arah suara yang terdengar familiar di telinganya. Ah Ibu-Ibu ini tinggal di sebelah rumahnya yang menerima sekeranjang apel dari Dian beberapa hari yang lalu.
"Kok belum pulang?" tanyanya sambil melihat seragam sekolah yang Dian pakai.
"Saya salah naik jurusan angkot Tante," balas Dian sedikit tersenyum.
Bu Mira mengangguk mengerti, mungkin karena Dian masih baru di Jakarta itu sebabnya dia tersesat.
"Pulang bareng sama Tante aja yu, Tante juga mau pulang," ajak Mira ramah.
Dian mengangguk kecil tanda setuju, bersyukur bahwa dia dipertemukan dengan Bu Mira disini karena jika tidak entah bagaimana caranya pulang.
****
Setelah turun dari angkot, Dian membawa beberapa kresek yang dibawa oleh Mira sebagai tanda terima kasih.
"Makasih udah dibawain," ucap Mira mengambil kembali kreseknya begitu mereka sampai di depan gerbang rumah Mira.
"Makasih kembali Tante udah bantuin saya tadi." Dian tersenyum manis, senyuman yang sudah tidak dia perlihatkan lagi pada orang lain.
Reyhan keluar dari rumah dan menemukan Ibunya sedang berbicara dengan seorang gadis remaja. Reyhan sedikit mendengus karena dia berpikir bahwa Ibunya akan kembali mencari jodoh untuk Reyhan tapi beberapa saat kemudian matanya bulat sempurna begitu tahu siapa gadis itu.
"Dian mau mampi dulu?" tanya Mira yang dibalas gelengan oleh Dian.
"Nggak Tante, saya mau langsung pulang aja takut Bi Asih khawatir." Dian langsung berpamitan padanya.
Mira berbalik dan melihat Reyhan yang sedang berdiri tidak jauh dari posisinya, lelaki itu mendekat dan mengambil semua kresek yang ada pada tangan Ibunya.
"Mama kenapa bisa kenal Dian?" tanya Reyhan.
"Dia anak gadis yang ngasih apel waktu itu," jelas Mira.
"Kok nggak pernah cerita ke Reyhan?"
"Kamu aja yang nggak nanya."
"Ya kan sekarang Reyhan tanya," ujar Reyhan.
Mira menghentikan langkahnya tepat di ruang tengah dan berbalik menghadapi Reyhan, menatapnya menyelidik.
"Sejak kapan kamu kepo soal cewek? Kamu udah mulai normal kan sekarang, Rey? Udah mulai suka cewek lagi kan? Apa yang dibilang Renada kalau kamu sama Hadi pacaran itu nggak bener kan? Anak Mama normal, kan?" Mira berucap dengan nada terharu bahkan dia sampai menutupi mulut dan hidungnya dengan tangan tanda bahwa dia tidak percaya pada kemajuan Reyhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIAN
Teen FictionDian seorang murid baru di SMA Wijaya datang untuk membuka lembaran baru dan kisah baru dikehidupannya. Dian tidak mau lagi jatuh cinta karena trauma masa lalunya, Dian juga tidak mau bersosialasi dengan siapapun terkecuali dengan Sari putri dari bi...