Sore ini Daerim dibuat takut setengah mati oleh kelakuan Yeonsoo yang di luar nalar. Padahal tadi pagi saat berangkat menuju kampus anak itu masih waras, tapi kenapa kewarasannya jadi menurun saat tiba waktunya pulang kampus?
"Lo sebenernya kenapa sih?"
"Rim, lo percaya gak kalo ada stalker yang ngikutin gue?"
"Hah? Stalker? Ngikutin lo? Lo mimpi apa gimana? Artis bukan, model bukan, terkenal juga enggak. Jadi, ya gak mungkinlah."
"Iya, kan? Walaupun kata-kata lo nyelekit banget, tapi itu bener adanya. Terus, kalo bukan stalker orang itu siapa sih?"
Yeonsoo mengacak-acak rambutnya dan berakhir dengan menangkup kedua pipinya dengan wajah lelah. Kenapa juga pake ada acara orang misterius segala. Bikin orang meradang semalaman saja.
"Ya, positif thinking aja. Mungkin dia tertarik sama lo." Celetuk Daerim
"Hah?! Lo bilang apa? Tertarik? Cowok itu?" Yeonsoo benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang Daerim ucapkan. "Kenal aja enggak. Pake acara tertarik segala. Masuk akal iya kalo gue yang tertarik. Tapi, kalo cowok itu yang tertarik berasa mengharapkan bulan bertemu matahari. Gak mungkin!"
Yeonsoo meledak. Dia bahkan tanpa sadar meninggikan nada suaranya satu tingkat membuat Daerim terperanjat kaget. Untung saja ponsel yang ada di tangannya tidak jatuh. Kan sayang kalau-kalau ponsel itu harus berakhir di tukang loak.
"Lo bisa biasa aja gak, Yeon? Gue jauhnya gak sampe satu meter juga, pake acara teriak-teriak segala." Segera Daerim mengambil dan menyampirkan tas selempangnya di bahu kanan. Yeonsoo yang tidak peduli dengan hal itu hanya bisa menarik dan menghela nafas frustasi dan mengacak rambutnya.
"Gue pergi dulu, ya. Gue mau ke dokter hewan dulu." Yeonsoo tak menanggapinya sedikit pun. Helaan nafas jengah pun keluar dari mulut Daerim. Biarkan sajalah Yeonsoo melamun, cuman sesekali gak akan buat anak itu kesambet tiba-tiba.
Belum juga melangkahkan kakinya, Daerim kembali dibuat pusing dengan kelakuan Yeonsoo yang sudah berjalan mendahuluinya. Untuk kesekian kalinya Daerim hanya bisa menghela nafas dan mencoba menyadarkan diri dengan kenyataan bahwa Yeonsoo memang bukan manusia normal.
"Gue gak percaya spesies kayak gitu temen gue sendiri." Kesal Daerim sebelum pergi menuju klinik dokter hewan.
Lima belas menit sudah Yeonsoo jalan-jalan tak tentu arah. Hari mulai gelap tapi pikirannya justru masih sibuk memikirkan hal sepele. Dia bahkan sampai melupakan perutnya yang sudah keroncongan sejak di kampus tadi.
Entah apa yang merasukinya, Yeonsoo tiba-tiba saja berhenti di pinggir jalan dengan wajah yang menekan kekesalan.
"Gue punya otak kok hobinya mikir aja sih! Kan pusing kalo kayak gini terus. Mau apa-apa jadi gak bener. Ahk...!" Tatapan aneh menyerbu Yeonsoo saat ia berbicara bahkan berteriak tidak jelas di jalan.
Ingin rasanya Yeonsoo menendang sesuatu sampai puas. Tapi sayangnya dia trauma akan kekerasan. Jadi, yang dilakukannya tidak akan jauh dari ngomel dan teriak.
"Tuh orang emang kelewatan. Kenal juga enggak pake acara muncul dimana-mana. Emang ben-"
Ucapannya terhenti saat bunyi perutnya menginterupsi dan menarik perhatian orang yang ada di dekatnya.
Kini setidaknya Yeonsoo sadar jika orang-orang yang ada di sekitarnya tengah memperhatikan tingkah anehnya. Yeonsoo menutup sebagian wajahnya dengan tangan kiri dan meletakan tangan kanannya di perut berisiknya dan berjalan kembali dengan memalingkan wajah dari tatapan orang-orang yang tertawa melihat tingkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuliah | Wonwoo ver.
Random"Won, lo beneran suka sama dia?" Wonwoo berhenti lalu menoleh pada Woozi. "Dia siapa?" tanyanya singkat. "Anak fakultas sebelah yang lo ajak ngobrol tadi," balas Woozi menunjuk tempat Wonwoo mengobrol beberapa saat yang lalu. "Oh..." Wonwoo kembali...