Sejak kejadian memalukan tiga hari yang lalu, kini Yeonsoo mendedikasikan dirinya untuk mendahulukan makan daripada kerjaan tugasnya yang bagaikan gunung hendak erupsi itu.
Malu banget anjir.
Itulah kata yang selalu keluar dalam otaknya setiap kali mengingat kejadian di perpustakaan. Sebenernya sih kalau dipikir-pikir lagi, kejadian tiga hari yang lalu itu bukan sepenuhnya salah Yeonsoo karena itu sudah sangat jelas jika keempat kakak tingkatnya yang entah dari fakultas mana lah yang menghalangi jalannya.
Jadi, untuk apa dia malu. Toh, pastinya mereka tidak akan bertemu lagi kan. Walaupun memang nantinya mereka bertemu sekalipun sudah dapat dipastikan mereka tidak akan mengingatnya. Secara, saat itu Yeonsoo pergi dengan menundukan kepalanya.
"Yeonsoo!"
Yeonsoo menolehkan kepalanya melihat malas pada orang yang memanggilnya—lebih tepatnya meneriakan namanya.
"Paan?" Tanya Yeonsoo pada mahkluk astral bernama Seokmin a.k.a dikei.
"Ih, kok gitu amat sih sama adek sendiri."
"Adek pala lu botak. Sorry, yang duluan lahir itu lo ya bukan gue."
"Yes in ae lah. Eh betewe, gue mau minjem duit dong, please!" Dengan muka sok imutnya Seokmin memohon.
"Penting pake banget?"
"Iyalah, ya ya?"
"Oh. Terus untungnya buat gue apa?"
"Dijamin hati lo nanti bakal cepet dapet pemiliknya."
"Gak nyambung."
"Ya udah kalo lo gak percaya. Tapi beneran deh Yeon gue lagi butuh banget nih."
Walaupun jawaban yang diberikan Seokmin itu kurang bahkan tidak memuasakan, Yeonsoo yang tidak tegaan pun pasrah meminjamkan uangnya.
"Jangan lupa balikin." Ucap Yeonsoo memberikan uang seratus ribu pada Seokmin.
Kenapa dia langsung ngasih dan gak nanya dulu berapa nominalnya?
Ya, karena meminjam uang untuk Seokmin itu biasa adanya dan nominalnya pasti sama. Paling tuh duit buat beli pulsa.
"Assa…pastinya dong."
Seokmin segera memasukkan uang itu ke kantung celananya, takut-takut Yeonsoo berubah pikiran.
"Gue pergi dulu. Oh iya, kalo lo dapet pesan dari orang gak dikenal bales aja itu temen gue." Ucap Seokmin cepat dan segera berlari dari hadapan Yeonsoo.
Yeonsoo melebarkan matanya. Seokmin ini memang tipe laki-laki yang secara gamblang suka menjual nomor telepon temannya demi kepentingannya sendiri. Untung Yeonsoo sabar … kalo nggak Seokmin mungkin udah mati dikubur hidup-hidup olehnya.
"Lo harus sabar. Ujian hidup emang gak ada yang enak." Ingat Yeonsoo sembari mengelus-elus dadanya menahan amarah.
Drrtt…
Merasakan teleponnya bergetar, Yeonsoo segera mengambilnya dan melihat satu notifikasi pesan masuk ke teleponnya.
_____________
Jeon.woo
Hai
_____________
'Ini temennya Seokmin itu?'
'Tapi kok dia malah nge-DM gue sih? Gue kira si Seokmin ngasih nomor telepon gue? Taulah bales aja biar cepet beres.' Gumam Yeonsoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuliah | Wonwoo ver.
De Todo"Won, lo beneran suka sama dia?" Wonwoo berhenti lalu menoleh pada Woozi. "Dia siapa?" tanyanya singkat. "Anak fakultas sebelah yang lo ajak ngobrol tadi," balas Woozi menunjuk tempat Wonwoo mengobrol beberapa saat yang lalu. "Oh..." Wonwoo kembali...