Chap [13]

160 25 6
                                    

Seperti biasa, silahkan komen kalau melihat typo karena masalah terbesarku adalah typo wkwk...

.
.
.
.
.
.

Happy reading guys❤️

Woozi kini sedang berjalan sendiri menuju kelas. Dua teman laknatnya berada di kantin. Katanya mereka akan menyusul 5 menit menjelang kelas dimulai. Dan teman cueknya alias Wonwoo, ia tak tahu dimana keberadaannya.

"Zi, Wonwoo udah punya pacar?" tanya Anna, salah satu teman kelasnya.

"Hah? Gila kali lo! Wonwoo mana pernah deket sama cewek sampe pacaran pula."

Anna memijat kepalanya pusing. Woozi saja yang sahabatnya tidak tahu, tapi apa-apaan pemandangan yang ia dapati ketika lewat taman fakultas.

Ia memang telah lama menyukai Wonwoo. Bahkan itu telah menjadi rahasia umum yang mungkin saja Wonwoo juga tahu tentang beritanya. Namun, sifat Wonwoo yang kadang cuek membuat Anna sulit untuk mendekat. Wonwoo seakan tahu kalau Anna sedang berusaha mendekat dan karena hal itu Wonwoo selalu mencari jalan untuk menjauh.

Woozi menatap iba Anna, salah satu alasan kenapa ia, Hoshi dan Jun mendesak Wonwoo untuk punya pacar itu karena rasa kasihan pada gadis di depannya ini. Tak bisa dipungkiri, Anna memang gadis yang baik. Dan rasa sukanya pada Wonwoo memang bukan hal yang salah. Tapi mencoba mempertahankan perasaan itu membuatnya terlihat seperti orang bodoh.

Bertahan selama hampir lima tahun lamanya bukanlah hal yang mudah. Anna sering mendapat pengakuan dari teman laki-lakinya, tapi tak satu pun dari mereka yang Anna terima. Woozi harus mengacungkan keempat jempolnya pada kesetiaan Anna.

"Gue tadi liat dia di taman fakultas sama cewek," ucap Anna sedih.

"Oh, iya?" Anna mengangguk kecil.

"Ya udah, Na. Gue ke sana dulu, ya. Makasih buat infonya," pamit Woozi cepat.

Aish, dia tidak tahan jika dihadapkan pada gadis bernama Hong Anna itu. Ia berjalan dengan langkah cepat tanpa niatan membalik badannya—untuk sekadar melihat keadaan Anna.

Benar saja, Wonwoo sedang berada di taman fakultas. Dari yang Woozi lihat di sedang bersama adik kelas dari fakultas sebelah, Eun Yeonsoo. Senyumnya melebar kala melihat adanya percikan-percikan cinta di antara keduanya.

Mungkin inilah saatnya Wonwoo untuk mengenal asmara, pikirnya.

•••••

"Jeon Wonwoo!"

Panggilan itu membuat Wonwoo mengalihkan pandangan dari Yeonsoo, kemudian tangannya terangkat ke atas menyuruh orang itu segera mendekat.

"Hallo, Yeonsoo...." sapa Woozi yang dibalas senyum manis Yeonsoo.

Woozi mengambil tempat di samping Wonwoo dan segera memasukkan makanan yang ada di depan Wonwoo ke dalam mulutnya sekali telan. Tatapan tajam Wonwoo berikan dengan wajah datar.

"Itu makanan gue, sialan!" raung Wonwoo marah.

Dia memegang kerah baju Woozi dengan marah. Bukannya merasa bersalah, Woozi malah senang melihatnya. Kapan lagi dia bisa menjahili Wonwoo.

"Kak, udah, kak. Malu diliatin orang, ini masih banyak kok makanannya." Yeonsoo mencoba menengahi keduanya.

Mendengar ucapan Yeonsoo, akhirnya Wonwoo melepaskan cengkeraman tangannya meskipun matanya masih menatap tajam Woozi yang tertawa keras.

Setelah selesai memakan sarapannya, Yeonsoo mengecek ponselnya. Di sana ada notifikasi pesan dari Daerim.

Daerim

Soo...

Lo dimana?

Liat jam woi!!!!

Kemarin lo udah janji mau nemenin gue ke toko baru itu

Yeonsoo....

Yeonsoo menepuk dahi keras membuat kedua laki-laki yang berada di depannya menatap heran dirinya. Padahal tadi sebelum berangkat Daerim sudah mengingatkannya. Bego banget sih.

"Kak, aku duluan, ya. Lupa ada janji sama temen," ucap Yeonsoo tergesa-gesa.

"Temen atau temen, Soo?" tanya Woozi sambil menaik-turunkan alisnya.

Wonwoo segera menoyor kepala Woozi dan tersenyum pada Yeonsoo. "Jangan didengerin, Soo. Duluan aja, nanti tempat makannya gue anterin."

Yeonsoo mengangguk paham dan pamit segera meninggalkan Wonwoo yang tersenyum lebar mengiringi kepergian Yeonsoo. Saat itu terjadi, Woozi diam-diam bangkit dari duduknya dan mengambil kotak makan Yeonsoo.

"Makasih sarapannya, Won!" seru Woozi cepat lalu mulai berlari.

"Woi! Dasar orang gila!" kesal Wonwoo lalu ikut berlari mengejar Woozi.

Di tempatnya, Daerim sedang menunggu Yeonsoo sambil mengumpat beberapa kali. Yeonsoo memang pelupa akut. Kurang baik apa coba dirinya yang sudah mengingatkan Yeonsoo sampai bosan sendiri. Dan lihatlah hasilnya, anak itu masih saja lupa.

"Sorry, gue telat. Abis sarapan dulu tadi," ucap Yeonsoo dengan nafas ngos-ngosan.

"Kalo bukan temen, udah gue cekek lo, Soo!"

"Udah, deh. Yuk, berangkat mumpung kelas hari ini masih lama. " Yeonsoo menarik backpack yang dikenakan Daerim membuat anak itu berteriak kesal karena hampir terjengkang.

"Astaga, lo emang pantes masuk ke rumah sakit jiwa!" geram Daerim.

Yeonsoo tertawa keras dan melepaskan tangannya.

"Btw, itu toko baru isinya skincare semua?"

"Kepo, lo!"

Yeonsoo menarik nafas sabar. Berteman dengan Daerim memang menguras tenaganya. Apalagi saat dalam mode kesal, Daerim akan jadi lebih mengesalkan dari biasanya.

"Padahal mau gue traktir, tapi gak jadi, deh. Lo kan gak butuh," pancing Yeonsoo.

Traktir, adalah kata ajaib yang bisa membuat semua orang terlena. Utamanya untuk kaum pecinta gratisan seperti Yeonsoo dan Daerim ini. Mohon maaf saja, kami bukan sultan yang sekali tunjuk langsung ada.

"Butuh banget. Udah, pokoknya Lo harus bayarin gue sekarang." Yeonsoo tersenyum miring.

"Skincare mahal, Rim. Gak sanggup gue!" keluh Yeonsoo pura-pura.

"Pinter amat alesan lo. Oke, nanti gue traktir makan siang."

"Makan siang doang, nih?" Dearim mendengus kesal, Yeonsoo itu memang seperti rubah yang licik.

Hanya saja, lambaian skincare gratis dalam otaknya membuat ia mengikuti permainan Yeonsoo.

"Sama makan malam titik! Gak ada tawaran lain."

"Call!" seru Yeonsoo senang.

Dia segera merangkul Daerim dan masuk ke toko itu. Isinya memang surga wanita. Pantas saja Daerim keukeuh mengajaknya ke sini sejak satu Minggu lalu.

Harganya juga lumayan murah untuk kantong mahasiswa. Mulai dari skincare sampai kosmetik semuanya tersedia. Bahkan dari yang Yeonsoo lihat, tadi ada orang yang mendapat hadiah travel kit skincare. Pemasaran yang menarik, pikirnya.

Sementara Daerim sibuk dengan kosmetik di belakangnya, Yeonsoo berjalan ke arah skincare dan menemukan apa yang dibutuhkannya.

"Wow, masker di sini kebanyakan. Pusing gue mau pilih yang mana," gumamnya.

Ketika ia mencoba mengambil masker bubuk yang menarik perhatiannya, ujung matanya menangkap perawakan seseorang yang berjalan mendekat.

"Mingyu?"

__TBC__

Yuk, sudah ku keluarkan tuh si Kiming.

Kira-kira dia bakal jadi apa ya disini?
Enaknya jadi apa guys? Saingan Wonwoo atau saingan Yeonsoo/eh/

See you in next chapter...

Kuliah | Wonwoo ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang