Chap [10]

205 22 1
                                    

Minggu ini entah apa yang merasuki Dino, pagi-pagi sekali dia sudah menggedor-gedor pintu kamar Yoensoo. Gilanya lagi ini masih pukul setengah 5 pagi.

"Apa sih Chan, berisik tahu!" sungut Yeonsoo masih setengah sadar.

"Nanti siang kita nonton, gue yang bayar." kata Dino.

Yeonsoo yang memang masih mengantuk hanya bergumam tidak jelas lalu kembali menutup pintu untuk kembali ke alam mimpi. Di luar Dino hanya bisa berdecak kesal merutuki Yeonsoo.

"Apa sih bagusnya itu anak, sampe-sampe temen gue kepincut gini." gumamnya menatap halaman chatting-nya dengan seseorang di layar ponsel.

Tak peduli, Dino akhirnya pergi menuju kamarnya dan tidur. Tadi itu sebenarnya dia hanya bangun untuk men-carger ponselnya. Namun begitu dia lihat ada chat masuk, mau tak mau dia menghampiri Yeonsoo dulu.

Dua jam kemudian, Yeonsoo bangun dari tidur dengan wajah linglung. Entah kenapa dia barusan bermimpi Dino mengajaknya nonton. Ada apa gerangan dari mimpi itu.

"Apa ini pertanda buruk?" tanyanya entah pada siapa.

"Tapi ini beneran aneh. Dino sodara gue yang paling pelit itu mau bayarin nonton? Wah, ini sih beneran buruk." gumamnya tidak jelas dengan rambut acak-acakan.

Tak ingin ambil pusing, Yeonsoo akhirnya beranjak menuju kamar mandi. Jika sudah terbangun seperti ini susah baginya untuk tidur lagi. Anggap saja hari ini dia sedang rajin bangun pagi.

Selesai membersihkan diri Yeonsoo segera turun menuju dapur. Di sana sudah ada ibunya yang sedang menyiapkan sarapan.

"Lho, ini hari apa?" tanya ibunya begitu Yeonsoo duduk di meja makan.

"Hari Minggu, dong." balas Yeonsoo dengan ceria.

"Kamu gak kesambet, kan? Jam segini udah bangun, wangi pula." celetuk ibunya dengan mata meneliti keseluruhan penampilan Yeonsoo.

"Bangun siang dimarahin, bangun pagi dinyinyirin." Dengan tangan mengusap dada Yeonsoo mengangguk-angguk tabah.

"Nih, makan." Raut wajah Yeonsoo berubah ketika ibunya menyodorkan satu mangkuk bubur.

"Duh, ibu tahu aja anaknya pengen makan bubur." Yeonsoo langsung mengambil sendok dan menyuapkan bubur itu.

"Ah, panas..." Bubur yang tadi sudah mencapai mulut dia keluarkan lagi.

"Ya iyalah panas, orang buburnya baru dimasak." ledek ibunya terkekeh lalu menyodorkan segelas air pada Yeonsoo.

"Makasih, Bu."

"Hm,"

Yeonsoo dan sang ibu makan dalam diam. Terbiasa dengan keadaan seperti ini membuat keluarga mereka menganut prinsip makan dalam diam. Yah, tapi sesekali mereka juga akan mengobrol jika ada topik yang menarik. Keberadaan Dino di rumah ini juga banyak membawa perubahan.

Dino keluar dari kamarnya dengan handuk yang ia gunakan untuk mengusap rambutnya yang basah. "Pagi, Tan." sapanya pada ibu Yeonsoo.

"Tumben kamu udah bangun, Chan."

"Aku mau nonton Tan sama Yeonsoo," Dino menyimpan handuk di punggung kursi dan hal itu tak luput dari perhatian Yeonsoo yang sejak tadi melihat tingkahnya.

Kata orang saat kita sedang fokus pada satu hal, maka keadaan sekitar pun tak akan dipedulikan. Seperti Yeonsoo yang hanya fokus pada handuk dan rambut basah Dino, dia jadi tak bisa menangkap apa yang dikatakan Dino.

Sungguh, tapi memang seperti itu kenyataan. "Chan, kan gue udah bilang kalo handuk itu simpen di tempatnya." ingat Yeonsoo dengan penekanan di setiap katanya.

Kuliah | Wonwoo ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang