Waktu berjalan cepat setelah kejadian di kafe itu terjadi. Dan kini genap sudah satu bulan Wonwoo dan Yeonsoo saling mengenal.
Tak ada perbedaan yang signifikan dalam hubungan mereka. Karena Wonwoo juga memang tidak ingin terburu-buru. Cukup dengan dia ada untuk Yeonsoo dan menjaganya dari jauh saat mereka tak saling ada satu sama lain.
Sepertinya Yeonsoo juga sudah menyadari tentang betapa pedulinya Wonwoo padanya. Yeonsoo itu layaknya wanita lain yang memiliki insting tersendiri saat ada laki-laki yang tertarik padanya. Tapi ia juga tak ingin berharap lebih sebab semua itu tergantung takdir dan Wonwoo juga tentunya. Bisa saja rasa tertarik itu bukan hal yang meranah pada perasaan. Bisa jadi itu hanya ketertarikan dari orang yang ingin berteman dengannya.
Kak Wonu
Lo ada kelas gak?Itu adalah pesan ketiga yang Wonwoo kirimkan setelah mereka bertukar nomor ponsel kemarin. Dua di atasnya hanya berisi huruf 'p' dan tes kebenaran nomor itu.
Agak canggung juga sebenarnya membalas pesan itu mengingat mereka tidak punya hubungan apa-apa. Terlebih lagi mereka itu tidak dalam fakultas yang sama yang membuat mereka saling berhubungan mengenai perkuliahan.
Ada, kak. Tapi nanti siang, kenapa kak?
Yeonsoo membaca kembali balasan pesannya berulang, menimbang-nimbang apakah itu sopan atau tidak. Tapi, bodo amatlah Wonwoo juga tidak akan mungkin mempermasalahkannya.
"Soo, lo lagi liat apa sih? Serius amat keliatannya." Tanya Daerim yang duduk di seberangnya sambil memegang gelas berisi jus jambunya.
"Gue lagi bales chat," ucap Yeonsoo sekenanya.
"Chat siapa sih, serius amat lo keliatannya. Ohh, jangan-jangan itu gebetan lo ya." Tebak Daerim dengan tawa tengilnya. Yeonsoo hanya memutar bola mata mendengar ucapan Daerim, tidak aneh pikirnya.
"Ngaco! Yang ada gue udah digorok duluan sama ibu kalau dia tahu gue disini pacaran." Sembur Yeonsoo langsung.
Sebenarnya sih hal ini tidak ada sangkut pautnya dengan ibu Yeonsoo nan jauh disana. Tapi mungkin menjadikan alasan itu untuk melajang lumayan ampuh juga. Walaupun kenyataannya justru berbanding terbalik karena ibunya kini sudah mengharapkan kehadiran seorang cucu. Ya ampun! Calon saja Yeonsoo harus pontang-panting cari yang srek di hati mainnya minta cucu aja.
"Ohh in aja. Gue kan tahu kalo ibu lo justru pengin dapet cucu sesegera mungkin." Balas Daerim yang menohok Yeonsoo dalam.
Pura-pura acuh, Yeonsoo kembali memperhatikan ponselnya dan balasan dari Wonwoo terlihat disana.
Lo lagi di kantin gak? Gue mau nyamperin temen gue disana. Kali aja dia telat jadi ada temen nunggu
Iya, kak
Yeonsoo jadi penasaran siapa teman yang Wonwoo maksud sampai harus jauh-jauh datang ke fakultas Manajemen Bisnis. Jujur saja Yeonsoo tidak tahu dari fakultas mana Wonwoo berada. Meski begitu dia tahu kalau jarak antara gedung fakultas satu ke gedung lainnya itu lumayan jauh. Terlebih jika itu fakultas hukum, menurut Yeonsoo cukup membuat kakinya pegal-pegal dua hari dua malam kalo tidak terbiasa.
Belum sampai satu menit Yeonsoo mengirim pesan itu, Wonwoo tahu-tahu sudah berada di mulut kantin dengan mata yang menelusur jauh mencari Yeonsoo. Untung saja jarak mereka tidak terlalu jauh, jadi Yeonsoo memutuskan mengangkat tangannya saat Wonwoo terlihat kesulitan mencari dirinya.
Tunggu! Ini memang pada dasarnya Wonwoo itu tampan atau kurang tampannya laki-laki di fakultasnya sampai-sampai Wonwoo jalan saja orang di kantin terus mengikuti pergerakannya dengan tatapan memuja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuliah | Wonwoo ver.
Random"Won, lo beneran suka sama dia?" Wonwoo berhenti lalu menoleh pada Woozi. "Dia siapa?" tanyanya singkat. "Anak fakultas sebelah yang lo ajak ngobrol tadi," balas Woozi menunjuk tempat Wonwoo mengobrol beberapa saat yang lalu. "Oh..." Wonwoo kembali...