Perkenalkan, Namaku Willem Van Derkann, aku biasa dipanggil Will, sekarang aku tengah duduk di bangku kelas 2 SMA di Bandung, jika kalian tanya kenapa namaku tak ada Indonesia-nya sama sekali, itu karena Papaku adalah orang Belanda, sedangkan Mamaku orang Indonesia, aku punya seorang kakak, sekarang dia sedang bekerja di Belanda, namanya Alexander Van Derkann, dia adalah anak yang sangat rajin dan cerdas, karena itu sekarang dia sudah mendapat gelar S2 dari kuliahnya. Sebenarnya sejak kecil aku dan keluargaku tinggal di Belanda, sehingga kami lumayan fasih berbahasa Belanda, tapi tiba-tiba saja, Mama mengatakan pada Papa, bahwa dirinya ingin pulang dan menetap di Indonesia, akhirnya Papa mengiyakan hal itu, tapi semakin lama, Mama jarang bertemu dengan Papa, dan semakin tua, pikirannya semakin linglung, kerap kali Mama memanggilku dengan Kristoff, itu adalah nama Papa, ketika melihatku, Mama merasakan bahwa aku ini adalah Papa, karena warna rambut dan iris mataku yang persis dengan Papa, beda dengan Kak Alex, dia juga berambut pirang sepertiku, namun iris matanya berwarna sama dengan Mama. Sering kali aku memutuskan untuk menggunakan lensa kontak, itu agar Mama sadar bahwa aku bukan Papa, meskipun Kak Alex sudah membantu Papa di Belanda, Papa tetap saja sibuk, dan tak menyempatkan waktunya ke Indonesia untuk bertemu istri dan anak keduanya, kadang aku geram memikirkannya, apakah tak ada waktu sehari saja untuk Mama? Atau bahkan Papa sudah tidak mencintai Mama? Ingin rasanya aku membawa Mama ke Belanda untuk bertemu Papa, dan melihat apa saja kegiatannya di Belanda yang membuatnya begitu sibuk sampai-sampai tak bisa sedikitpun meluangkan waktunya untuk bertemu istrinya sendiri, tapi apa dayaku, aku hanya anak SMA yang punya mimpi begitu besar. Saat Kak Alex lulus Kuliah S1 dia bilang padaku bahwa dia akan merebut Perusahaan Papa dari tangan Papa, dan mengirim Papa ke Indonesia agar melanjutkan hari tuanya bersama Mama, setidaknya itulah motivasi Kak Alex sehingga ia bisa menjadi orang yang rajin dan cerdas, selain itu orang selalu bisa mengandalkannya. Tapi hingga sekarang, dia belum menepati janjinya padaku, entah sampai kapan aku harus menunggu, dengan keadaan Mama yang kadang-kadang seperti orang pikun, Dokter bilang Mama terkena depresi ringan karena kerinduannya yang begitu besar terhadap Papa.
??? : Will, Kenapa melamun?
Willem : Ah! Sharon... Mengagetkanku saja...
Sharon : Hmm... Biar aku tebak, kamu mikirin keadaan Mamamu lagi ya?
Willem : Huhh... Sepertinya...
Sharon : Jangan terlalu nyalahin dirimu, Will... Itu bukan salahmu, kamu udah merawat Mamamu dengan baik!
Willem : Kadang aku bingung, Ron... Kenapa aku dilahirkan sebagai laki-laki, kalau takdirku hanya buat merawat Mama, jika Tuhan menakdirkanku sebagai perempuan, pasti aku bisa merawat Mama dengan telaten...
Sharon : Kamu gak perlu jadi perempuan, Will... Karena cowo yang bisa merawat Mamanya dengan baik itu jauh lebih keren daripada perempuan yang bisa merawat orang, karena itu memang tugas perempuan, tapi berbeda denganmu, yang bisa melakukan dua-duanya sekaligus!
Willem : Hmm... Makasih Sharon, kau memang sahabatku yang paling keren! Aku beruntung punya sahabat kaya kamu!
Sharon : Haha! Kamu menyanjungku? Aku memang begitu orangnya!
Willem : Menyebalkan!
Sharon : Hahaha! Sudahlah... Jangan melamun, habiskan makananmu sana... Nanti keburu bel masuk loh! Kita bisa dimarahin!
Willem : Hmmm... Yaa, yaa... Baiklah anak cerewet!
Sharon : Siapa yang kamu bilang cerewet, Hah?
Willem : Itu, orang di meja sebelah...
Sharon : Alasan!
Willem : Hahaha! Kamu ini gak ubahnya Bu Nur yang selalu marah-marah!
Sharon : Huhh! Menyebalkan!Bel masuk pun berbunyi, mereka segera masuk ke kelas.
Pak Andri : Baik, kita mulai quiz sejarah hari ini...
Naya : Will, kamu kan pintar, mohon bantuannya ya!
Devina : Iyaa, aku mohon, bantu kami, Will!
Willem : Aku akan membantu kalian sebisaku! (tersenyum)
Naya dan Devina : Asikk!! Makasih ganteng!
Sharon : Will, kenapa kamu selalu baik pada orang-orang yang tidak peduli padamu sih?
Willem : Tenang saja, Ron... Aku gak apa-apa, kok! Nanti setelah quiz aku ceritain deh, kenapa aku seperti itu...
Sharon : Baiklah, tapi jangan memaksakan diri, ya? Aku khawatir padamu!
Willem : Tenang saja gadisku! (mencubit pipi Sharon)
Sharon : Apa!? gadismu!? (pipinya memerah)
Willem : Aku hanya bercanda! Hahaha!
Sharon : Huh! Menyebalkan!
Willem : Hahaha!!
Pak Andri : Sudah, jangan berisik! Mari kita mulai! Nomor 1, Siapakah pimpinan armada Belanda yang pertama mendarat di Indonesia? Anaya Alecia! Coba jawab!
Naya : Hmm... Will... Will... (Berbisik)
Willem : Iyaa, Nay... Aku dengar... Jawabannya Cornelis De Houtman... (Membalas bisikannya)
Pak Andri : Ayo jawab Anaya!
Naya : Eh... Iya pak! Jawabannya Cornelis De Houtman!
Pak Andri : Tepat! Nomor 2, Sebutkan semboyan yang di bawa Bangsa Eropa ke Indonesia? Willem Van Derkann! Ayo jawab!
Willem : Gold atau kekayaan, Glory atau kejayaan, dan Gospel atau keagamaan, Pak!
Pak Andri : Bagus! Kamu memang siswa andalan bapak, Will! Selanjutnya Nomor 3, Sebutkan Negara apa saja yang menjajah Indonesia, secara langsung dan tidak langsung! Sharonina Cammellia! Ayo coba jawab!
Sharon : Hmm... Baik Pak! Ada, Portugis, Spanyol, Belanda, Prancis secara tidak langsung, Inggris, dan Jepang, Pak!
Pak Andri : Bagus sekali! Selanjutnya...Quiz itu berlangsung sampai seisi kelas mendapatkan pertanyaan dan menjawabnya. Tak lama setelah quiz selesai, bel pulang pun berdering, seisi kelas berhamburan keluar, Willem masih asyik membereskan buku-bukunya.
Sharon : Will!
Willem : Iyaa, Ron?
Sharon : Berhenti memanggilku "Ron" itu terdengar kayak aku ini laki-laki...
Willem : Kau kan memang kayak laki-laki! Hahaha!
Sharon : Uhh! Dasar cowok menyebalkan!
Willem : Ayolah, gadisku! Jangan marah... Aku hanya bercanda...
Sharon : Uhh, berhenti memanggilku gadismu, aku bukan gadismu tau! (pipinya memerah)
Willem : Hmm... Baiklah! Kalau kutawarkan menjadi gadisku yang sebenarnya kamu mau?
Sharon : Apa maksudmu? (pipinya semerah tomat)
Willem : Hahaha! Wajahmu lucu sekali! Merah kayak kepiting rebus!
Sharon : Uhh, berhenti bercanda! Dasar menyebalkan! Sekarang jawab pertanyaanku yang tadi!
Willem : Tentang kenapa aku bersikap baik pada orang yang gak pernah peduli padaku? (sambil tersenyum)
Sharon : Iyaa! Ayo jawab! Aku menagih hutangmu yang tadi!
Willem : Aku gak ingin seperti Papa, yang sampai sekarang gak pernah kasih kabar ke Mama, seperti lupa pada Mama yang dulu penuh perhatian pada Papa, aku gak ingin mewarisi sifat Papa yang semacam itu, itu keterlaluan... (senyumnya hilang seketika)
Sharon : Will, jangan seperti ini... Mungkin jauh di Belanda sana, Papamu memperjuangkan kehidupan keluarga... Kumohon jangan putus harapan, berpikirlah positif, aku yakin, Papamu pasti kembali pada Mama! Kamu harus sabar...
Willem : Sudahlah, Ron... Aku gak ingin membicarakan hal itu lagi... Memikirkannya malah membuat kepalaku sakit... Ngomong-ngomong aku menunggu jawabanmu, lho!
Sharon : Jawaban apa?
Willem : Mengenai tawaranku tadi, kalau kau mau jadi gadisku, datanglah ke taman belakang sekolah besok, sebelum bel masuk... Aku akan menunggumu disana! (tersenyum lalu pergi)
Sharon : Will! Will! Apa maksudmu? (pipinya semakin merah)
Willem : Doei, mooie meisje! (tersenyum lalu pergi)
(Sampai jumpa, gadis cantik)~~Bersambung~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Is Het Leven
Romance"Hoe slecht mijn situatie ook is, je zult altijd aan mijn zijde staan, dat is wat je zegt, toch?" "Seburuk apapun situasiku, kamu akan selalu disisiku, itu yang kamu katakan, kan?"