Drie (Kabar dari Alex)

57 3 0
                                    

Sharon : Mamamu gimana?
Willem : Mama menyuruhku untuk gak menggunakan lensa kontak hari ini... Mama bilang mataku butuh kebebasan, mungkin saja Mama dengar obrolan kita kemarin, saat aku bilang mataku agak perih... Tadi pagi juga aku sebenarnya lupa pakai lensa kontak, tapi Mama sudah gak memanggilku dengan nama Papa lagi... Mama diam sebentar, lalu Mama mencegahku saat mau mengambil lensa kontak di kamar... Mama bilang, Mama ingin lihat aku tumbuh dengan bahagia dan sehat...
Sharon : Wahh!! Aku ikut senang mendengarnya! Semoga keadaan Mamamu semakin membaik yaa! Oh iyaa, mulai sekarang kamu milikku, jadi kamu harus menjaga kesehatanmu yaa! Jangan sampai sakit! Sekarang ayo kita ke kelas, supaya gak telat!
Willem : Oké, mooie meisje! (tersenyum)
(oke, gadis cantik!)

Mereka segera menuju kelas.

Sharon : Aku boleh duduk didekatmu, kan?
Willem : Tentu saja, gadisku! (tersenyum)
Sharon : Oh iyaa, ada yang sudah lama ingin aku tanyakan!
Willem : Apa itu? Katakan saja?
Sharon : Aku tau sejak kecil kamu tinggal di Belanda, jadi pasti darah Belanda-mu sangat kental, kamu juga sering memanggilku Mooie Meisje, apa artinya, Will?
Willem : Mooi itu artinya cantik, dan Meisje itu artinya gadis atau anak perempuan... Jadi kalau diartikan jadi Gadis cantik!
Sharon : Kalau aku mengerti bahasa Belanda, pasti aku sudah menyadari dari awal kalau kamu suka padaku...
Willem : Itu sebabnya aku pakai bahasa Belanda, kalau dengan bahasa Indonesia kamu akan langsung mengerti!
Sharon : Kekasihku ini memang licik ya! Hahaha!
Willem : Hahaha! Tentu saja aku harus licik buat merebut hatimu! Ehh, Bu Nur udah datang ayo kita siap-siap!
Sharon : Baiklah!

Kelas pun dimulai, pelajaran demi pelajaran mereka lalui seperti biasanya, seperti biasa Bu Nur memarahi anak-anak yang dianggapnya nakal, hingga bel istirahat pun akhirnya berbunyi. Willem dan Sharon pergi ke kantin bersama dengan Kania dan Astra.

Sharon : Kamu ingin makan apa, Will?
Willem : Hmm... Sama sepertimu deh!
Sharon : Baiklah! Pak Kumis! Mie ayam dan es teh manisnya 4 yaa!
Pak Kumis : Siap, Neng!
Astra : Will, apa hari ini kamu pakai lensa kontak? Matamu terlihat berbeda!
Willem : Sebaliknya, As... Ini wujud mataku yang asli, dari awal aku bersekolah disini aku menggunakan lensa kontak karena ada masalah di rumahku...
Astra : Astaga! Jadi selama ini mata aslimu berwarna seperti ini? Indah sekali, Will! Aku dan Kania teman dekatmu, tapi kami kok gak pernah diberi tau?
Willem : Maaf... Aku tipe orang yang malas mencabut dan memasang lensa kontak kalau gak karena terdesak, jadi kalian gak pernah lihat warna mataku yang seperti ini!
Astra : Santai saja, Will! Dengan mata itu kamu terlihat lebih mempesona!
Willem : Tapi aku sudah ada yang punya, As...
Astra : Benarkah? Siapa yang sudah memilikimu?
Willem : Dit mooie meisje naast mij heeft al eigendomsrechten over mij! Hahaha!
(Gadis cantik di sebelahku inilah yang sudah mempunyai hak milik atas aku! Hahaha!)
Astra : Benarkah? Astaga! Jadi kalian benar-benar sudah resmi!? Kalau begitu selamat Yaa!
Kania : Walaupun sudah punya kekasih, jangan sampai kalian bersikap sombong pada kami yaa?
Willem : Tentu saja, gak, Kania!
Sharon : Yaa! Itu benar!
Pak Kumis : Ini Neng!
Sharon : Makasih, Pak!

Mereka makan bersama sambil sedikit berbincang, tiba-tiba ponsel Willem berdering.

Ponsel : 🎶🎶🎶
Alex : Hallo, Willem? ben jij dat? Dit ben ik, Alex!
(Halo, Willem? apakah ini kau? Ini aku, Alex!)
Willem : Ja, ik ben het, Willem, ben jij dat echt, Alex!?
(Iya, ini aku, Willem, apa benar ini kau, Alex!?)
Alex : Sorry dat ik je nu gewoon bel, hoe gaat het met Mama? verbetert de toestand?
(Maaf karena baru menghubungimu sekarang, bagaimana kabar Mama? apakah kondisinya membaik?)
Willem : Ja, het is goed, godzijdank, Mama's toestand wordt beter, zelfs zij kan mij en Papa onderscheiden als ik geen contactlenzen gebruik, is er nieuws?
(Ya, gak apa, syukurlah, keadaan Mama semakin membaik, bahkan ia bisa membedakan aku dan Papa ketika aku gak menggunakan lensa kontak, apa ada kabar?)
Alex : Gedurende deze tijd was Papa niet bereid om Mama te ontmoeten, of te druk in Nederland, Papa was ziek, Will... De pijn was zo hevig, toen ik in Nederland aankwam, was het bedrijf erg in de problemen omdat Papa in het Ziekenhuis lag, ze waren als kuikens die hun moeder verloren, is dat Ik kwam, ze vroegen me onmiddellijk om te leiden, ik had niet de moed om het je te vertellen, omdat ik bang was dat de toestand van mama erger werd... Het spijt me...
(Selama ini Papa bukannya gak mau menemui Mama, atau terlalu sibuk di Nederland, Papa sedang sakit, Will... Sakitnya parah sekali, begitu aku sampai di Nederland, perusahaan sangat kerepotan karena Papa terbaring di ziekenhuis, mereka bagai anak ayam kehilangan induk, begitu aku datang, mereka langsung memintaku memimpin, aku tak punya nyali untuk memberi tahu kalian, karena aku takut kondisi Mama semakin parah... Maafkan aku...)
Willem : Wat is er met Papa gebeurd, tot op het punt dat je het ons niet durfde te vertellen?
(Apa yang terjadi dengan Papa, sampai-sampai kau gak berani memberi tahu kami?)
Alex : Nu, ik ben in het Ziekenhuis, je kunt Papa's toestand met je eigen ogen zien, denk alsjeblieft niet weer slecht aan Papa... (menyalakan kamera ponsel)
(Sekarang, aku sedang di Ziekenhuis, kamu bisa lihat kondisi Papa dengan mata kepalamu sendiri, tolong jangan berpikiran buruk tentang Papa...)
Willem : Wat is er met papa gebeurd? waarom zou het zo zwak zijn? Nog niet klaar met de toestand van Mama, nu weet ik dat Papa ook ziek is?
(Apa yang terjadi dengan Papa? kenapa bisa sampai selemah itu kondisinya? Belum habis dengan kondisi Mama, sekarang aku mengetahui kalau Papa juga sakit?)
Alex : Papa leed aan complicaties, ik weet dat de behandelingsfaciliteiten in Indonesië niet zo compleet zijn als in Nederland, dus ik heb Papa niet naar Indonesië gerepatrieerd...
(Papa menderita komplikasi, aku tau fasilitas perawatannya di Indonesia gak selengkap di Nederland, karenanya aku gak memulangkan Papa ke Indonesia...)
Willem : God, ik weet niet wat ik anders moet doen, Mama is depressief, Papa is ziek, wat moet ik anders krijgen?
(Ya tuhan, aku gak tahu lagi harus berbuat apa, Mama depresi, Papa sakit, apalagi yang harus kudapatkan?)
Alex : Wees geduldig, zal... ik zal mijn best doen om Papa te genezen, je probeert ook mama beter te maken... wanneer de tijd rijp is, zal ik je zeker samen met Papa brengen!
(Bersabarlah, Will... Aku akan berusaha yang terbaik untuk menyembuhkan Papa, kau juga berusahalah membuat Mama semakin baik... Saat waktu yang tepat aku pasti akan mempertemukan kalian dengan Papa!)
Willem : Oké, ik zal mijn best doen om je te helpen, je gezondheid te behouden, Alex!
(Baiklah, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk membantumu, tetap jaga kesehatanmu, Alex!)
Alex : Ja, wees een slimme jongen! help me Papa's bedrijf te beheren als de tijd rijp is, hang ik de telefoon op...
(Ya, Jadilah anak yang cerdas! bantu aku mengelola perusahaan Papa saat waktunya tepat, kututup teleponnya...)
Willem : Let maar niet op mij, zorg gewoon voor Papa daar...
(Jangan pedulikan aku, urus saja Papa disana...)
Alex : Hahaha! Je bent niet veranderd! jij bent mijn jongere broer! Oké, Doei!
(Hahaha! Kamu memang gak berubah! kamu memang adik laki-lakiku! Oke, sampai jumpa!)

~~Bersambung~~

Is Het LevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang